Labibah tidak tahu harus dengan cara seperti apa menjelaskan semuanya pada Fauzan soal Syafira. Soal yang sebenarnya terjadi. Hubungan Fauzan dengan Syafira memang berawal dari kesalahan. Kesalahan dirinya yang saat itu sangat mencintai Fauzan, tapi dia tidak mau mengakuinya. Dia malah menitipkan puisi untuk Fauzan pada Syafira, dan Fauzan mengira Syafira pengirimnya, karena Syafira bilang itu puisi dari dirinya. Fauzan malah jatuh cinta dengan Syafira, pun Syafira, dengan mudahnya dia juga menerima cintanya Fauzan, tidak peduli dengan Labibah yang mencintai Fauzan sejak Labibah SMA. Akhirnya Syafira dan Fauzan meresmikan hubungannya, padahal saat itu Syafira sednang dekat dengan laki-laki yang bernama Jamil.
Setelah sidang skripsi selesai, Fauzan melamar Syafira. Kedua pihak keluarga Syafira dan Fauzan juga menyetujuinya, dan langsung membicarakan tanggal pernikahan mereka. Hati Labibah saat itu hancur. Tidak ia sangka sahabatnya akan menusuknya dari belakang. Padahal Syafira sangat tahu, kalau Labibah sangat mencintai Fauzan. Bahkan Syafira tidak tahu malu dengan Labibah, dia selalu minta puisi untuk Fauzan, karena Fauzan sering meminta dibuatkan puisi pada Syafira.
“Bibah, aku minta maaf. Aku tidak tahu akan seperti ini jadinya? Fauzan suka sama aku, masa iya aku menolak? Kamu tahu, kan? Jamil sampai sekarang gak ada kepastian? Aku juga pengin merasakan punya pacar, Bibah? Apalagi setampan Fauzan,” ucap Syafira pada Labibah saat setelah Fauzan menyatakan cintanya.
“Kamu tega ya, Fir? Kamu harusnya ngasih tahu dia, kalau itu puisi dariku, Fir! Aku kecewa sama kamu!” ucap Labibah.
“Bibah, aku minta maaf. Aku tahu kamu marah, aku juga suka sama Fauzan, dan Fauzan sukanya sama aku, bukan kamu. Kalau aku maksa dia untuk sama kamu, juga kamu yang nantinya akan sakit hati? Lagian kenapa kamu gak bilang sendiri sih? Kamu kan dulu satu SMA dengan dia? Dia pun tidak tahu kamu, kok?” ucap Syafira.
“Harusnya kamu empati sedikit sama aku, Fir! Kamu jadian sama Fauzan, kamu juga bilang itu puisi dari kamu! Kamu boleh ambil Fauzan, tapi jangan mengakui hasil karyaku, Fir! Itu berharga lebih dari apa pun! Silakan ambil Fauzan, aku sadar aku bukan tipenya dia, tapi tolong, jangan akui hasil karyaku ini!” ucap Labibah dengan kecewa.
“Oke aku akan ganti rugi untuk itu. Aku beli hak cipta untuk karya kamu berapa. Asal aku minta, buatkan puisi lagi, Bibah. Fauzan memintanya. Aku mohon ....” Syafira memohon dengan Labibah, dia benar-benar tidak memikirkan hati sahabatnya itu.
“Kamu jahat sekali ya, Fir? Kamu sudah mengambil Fauzan, sekarang dengan mudahnya aku harus menjual karyaku ke kamu, dan kamu bilang itu karya kamu pada Fauzan. Sadar gak sih, Fir? Aku juga suka sama Fauzan!” ucap Labibah.
“Kalau kamu suka, kenapa kamu gak memberikannya sendiri? Ya aku gak tahu dia bakal suka sama aku? Dia terus ngejar aku, ya sudah aku terpaksa terima dia!” ucap Syafira.
Benar juga apa yang Syafira katakan. Kenapa tidak dirinya saja yang memberikan puisi itu pada Fauzan. Malah dia menitipkannya pada Syafira, lalu jadinya seperti ini. Fauzan mengira puisi itu milik Syafira.
“Iya, itu memang salahku, Fir. Tapi, maaf. Aku tidak bisa memberikan puisi itu lagi!” tegas Labibah lalu meninggalkan Syafira pulang.
Hingga sampai satu minggu Syafira terus memohon pada Labibah untuk meminta dituliskan puisi lagi, karena Fauzan terus menagih puisinya.
“Ini, silakan ambil!” Labibah sudah tidak bisa lagi menghindari Syafira. Dia memberikan beberapa lembar puisi yang ia buat.
Puisi itu memang untuk Fauzan, semua puisi itu tentang Fauzan. Dia menuliskan semua perasaannya pada Fauzan hanya lewat sebuah puisi. Semua Labibah curahkan dalam bentuk puisi.
Labibah juga tidak ingin persahabatannya dengan Syafira hancur karena laki-laki. Dia menerima keadaanya, karena memang Fauzan tidak mencintainya, lantas apakah Labibah harus memaksanya? Meski kedua orang tua Labibah saling kenal, dan bahkan mereka sangat akrab, tapi Labibah sama sekali tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan Fauzan. Padahal sering sekali keluarga Fauzan diundang makan malam di rumah Labibah, tapi Labibah lebih memilik menyibukkan dirinya di dalam kamar, dan memerhatikan Fauzan dari jauh. Dia juga selalu menolak kalau di suruh ikut menemui Fauzan dan kedua orang tuanya. Labibah selalu memberikan berjuta alasan supaya tidak menemui Fauzan dan keluarganya.
Sampai pada hari pertunangan Syafira dan Fauzan, kedua orang tua Fauzan baru tahu siapa Labibah. Labibah adalah sahabat baik Syafira selama ini, tapi baik Fauzan dan Syafira tidak pernah menceritakan apa pun pada orang tuanya. Setelah tahu Labibah adalah sahabat Syafira, mamanya Fauzan sering bertanya-tanya soal Syafira pada Labibah. Dari situlah, mamannya Fauzan akrab dengan Labibah. Labibah juga perlahan mulai mau menemui kedua orang tua Fauzan kalau ada acara makan malam di rumahnya, karena Fauzan selalu membawa Syafira saat ikut makan malam dengan kedua orang tuanya.
Namun, karena kejadian satu minggu sebelum Fauzan menikahi Syafira, membuat Fauzan marah besar dengan Labibah. Seorang sahabat, tapi tidak tahu ke mana perginya Syafira saat itu. Baik Labibah dan kedua orang tua Fauzan sebenarnya sudah tahu soal kepergian Syafira, karena Syafira menceritakan semua pada kedua orang tua Fauzan bersama dengan kedua orang tuanya saat memutuskan akan pergi, dan membatalkan pernikahannya. Jauh sebelum menceritakan semuanya pada Labibah, Syafira lebih dulu menceritakan pada kedua orang tuanya, dan kedua orang tua Fauzan tentang apa yang sedang ia alami saat itu.
Kedua orang tua Fauzan tidak menyangka Syafira seperti itu. Tidak berpikir panjang lagi, kedua orang tua Fauzan segera mengambil keputusan, begitu juga dengan kedua orang tua Syafira. Namun, sebelum orang tua Fauzan memutuskan, terlebih dulu, Syafira memutuskan untuk mengakhiri semuanya, dan menitipkan pesan pada kedua orang tua Fauzan, agar tidak memberitahukannya pada Fauzan kenapa dia meninggalkan pernikahannya yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
“Ini semua milik Labibah, Fira yang salah, Ma. Fira mengaku ini semua milik Fira, ini semua puisi Fira. Padahal Bibah yang lebih dulu menyukai Mas Fauzan, tapi saat Mas Fauzan tanya ini aku yang nulis apa bukan, entah kenapa aku bilang, aku yang nulis semua ini, ini semua aku tulis untuk Mas Fauzan. Maafkan Fira, Ma. Fira tidak bisa melanjutkan pernikahan Fira dengan Mas Fauzan, karena keadaan Fira seperti ini, dan Fira yang salah, Fira harusnya meluruskan dulu masalah Bibah, sebelum Fira melakukan hal sejauh ini dengan Mas Jamil,” ucap Syafira.
“Mama tidak menyangka kamu bisa-bisanya menduakan Fauzan! Mama kecewa sama kamu, Fir! Kenapa kamu tega bermain api di belakang calon suamimu, dan sampai seperti ini? Sampai kamu hamil anak dari lelaki itu!” geram Astari.
“Ma, maafkan Fira. Sebenarnnya Fira dekat dengan Mas Jamil sebelum Fira dekat dengan Mas Fauzan. Fira bingung, Mas Fauzan selalu mendesak Fira, selalu bilang ingin cepat-cepat menikahi Fira, sedang Mas Jamil belum siap, tapi Fira dengannya sudah terlanjur melakukan hal yang seperti itu. Ampuni Fira, Ma. Maafkan Fira,” ucap Syafira pada mamanya Fauzan.
“Bu, maafkan Fira, Bu, Pak,” ucap Fira pada kedua orang tuanya.
“Pergi dari rumah. Silakan kamu pergi dengan Jamil. Jamil harus segera menikahimu! Bapak malu, malu dengan Pak Johar dan Bu Astari! Memalukan sekali kamu, Fira!”
“Iya, Pak. Fira akan pergi. Mas Jamil akan menikahi Fira, karena Fira memang melakukannya hanya dengan Mas Jamil. Maafkan Fira, Pak. Ampuni Fira, Pak, Buk,” ucap Fira dengan berlutut di kaki kedua orang tuanya.
“Sudah, sudah. Saya akan menganggap kamu menghindar dan kabur dari pernikahan kamu dan Fauzan. Saya juga tidak bisa menyampaikan ini pada Fauzan. Silakan urus kepergianmu dengan laki-laki itu. Jujur kami kecewa, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Biar Fauzan tahunya kamu pergi karena kabur, menghindari pernikahanmu dengan dia,” ucap Johar.
Setelah Syafira mendapat restu dari kedua orang tuanya, selang dua hari Syafira cepat-cepat mengurus pernikahannya dengan Jamil, sebelum kandungannya membesar. Setelah menikah dengan Jamil, Syafira baru menceritakan semua yang terjadi pada Labibah. Bagaimana bisa Syafira sampai hamil dengan Jamil? Sedang setiap hari Fauzan selalu bersama dengan Syafira setelah hari pernikahan di tentukan. Pergi ke butik mencari baju pengantin, foto prawedding, memesan undangan, dan membeli sovenir pun Labibah turut ikut bersama mereka. Sekarang tinggal satu minggu lagi mereka akan menikah, ternyata Syafira malah menikah dengan Jamil, karena dirinya tengah hamil duluan dengan Jamil.
“Kamu kenapa gini, Fir?”
“Aku masih sangat mencintai Mas Jamil, Bibah,” jawabnya.
“Lalu kenapa kamu mau menerima Mas Fauzan? Dan, sepertinya kamu sangat mencintainya?”
“Bibah, aku menerimanya, karena Mas Jamil tidak pernah memberikan kepastian, dan setelah aku jalan satu tahun dengan Mas Fauzan, Mas Jamil mengungkapkan semuanya. Aku yang memang masih sangat mencintainya, aku menerimanya, aku bermain api di belakang Mas Fauzan,” jelas Syafira.
“Fir lalu bagaimana dengan pernikahan kamu dan Mas Fauzan?”
“Aku sudah memutuskan untuk pergi malam ini dengan Mas Jamil. Ke Jakarta, Mas Jamil di terima di perushaan Jepang di Jakarta. Kami akan hidup di sana, Bibah. Aku tahu kamu masih mencintai Mas Fauzan, kan? Aku yakin dia yang terbaik untuk kamu. Dia pasti bisa mencintaimu. Aku yakin. Dia pantas mendapatkan wanita yang baik seperti kamu, Bibah.”
“Enggak, Fir. Aku sudah melupakan cintaku pada Mas Fauzan. Aku tidak bisa! Mana mungkin kita menikah? Mas Fauzan saja gak suka aku? Fir, kamu jelaskan dulu sama Mas Fauzan lebih baiknya. Jangan langsung kabur gitu saja? Lalu bagaimana keluarga Mas Fauzan, Fir?”
“Mereka sudah tahu, tiga hari yang lalu kami sudah bicara, aku dengan orang tuaku, dan orang tua Mas Fauzan. Mereka sudah tahu, dan tahu aku akan pergi juga, Bibah. Jadi aku minta tolong, jangan beritahu dia soal semua ini. Aku mohon, jaga rahasia ini, sampai aku sendiri yang nantinya akan bilang, saat aku sudah siap. Aku mohon, jangan bilang aku seperti ini, Bibah.”
“Aku harus bagaimana, Fir? Mas Fauzan pasti cari kamu ke aku. Itu pasti, karena kamu kan temanku, sahabatku?”
“Ya bilang saja gak tahu. Please ... jangan bilang yang sebenarnya, biar aku cari waktu sendiri untuk menjelaskannya nanti, kalau aku sudah siap, dan sudah saatnya,” ucap Syafira.
“Tapi, Fir? Ya sudah lah, aku bingung. Aku tidak tahu, aku tidak tahu harus bilang apa kalau nanti Mas Fauzan tanya soal kamu padaku. Aku kecewa sama kamu, Fir! Kamu sudah bilang semua puisi itu milik kamu demi kamu yang katanya benar-benar tulus mencintai Mas Fauzan, aku sudah merelakan demi persahabatan kita, tapi kamu gini. Kamu malah seakan memberikan Fauzan yang sedang sakit hati padaku, supaya aku mengobati sakit hatinya karena kamu. Kamu gak merasa kalau dia sangat mencintaimu, Fir? Kamu tega sekali, Fir!” ucap Labibah dengan gemas.
“Bibah, maafin aku. Aku sebenarnya hanya untuk terlihat perfect di mata orang, di dunia sosial media, karena memiliki Fauzan seorang pengusaha terkenal. Tapi, aku sangat mencintai Mas Jamil dari dulu, Bibah. Aku sangat mencintainya, hanya karena aku kecewa lama menunggu Mas Jamil, aku mau jalan sama Mas Fauzan,” ucap Syafira.
“Tega, kamu Fir!” Labibah pergi meninggalkan Syafira dengan rasa kecewa.
“Bibah, tolong jangan bilang Mas Fauzan soal keadaanku, soal kepergianku ini. Aku mohon, biar nanti aku yang menjelaskan semuanya, setelah aku berani menjelaskannya. Kamu tahu sendiri Mas Fauzan sangat keras kepala? Aku takut, kalau aku jujur sekarang, malah dia nekat akan tetap menikahiku, walau anak ini bukan anaknya,” ucap Syafira sebelum Labibah keluar dari kamarnya.
Labibah mengembuskan napasnya dengan kasar. Tidak menyangka kalau Syafira akan seperti itu. Dia kecewa sekali dengan Syafira, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Dan benar kata Syafira, jika jujur pada Fauzan sekarang, malah nantinya akan membuat Fauzan mengajukan tanggal pernikahannya. Meski bukan anaknya Fauzan, karena Fauzan sangat mencintai Syafira, dia akan menerima apa pun keadaan Syafira meski tengah berbadan dua, dan anak itu adalah anak dari laki-laki lain.
“Oke, aku akan merahasiakan semua ini pada Mas Fauzan,” ucap Labibah. “Kamu jaga diri baik-baik di sana, ya? Selamat atas pernikahanmu dengan Mas Jamil,” ucap Labibah.
Syafira memeluk Labibah. Dia tahu sahabatnya masih sangat mencintai Fauzan. Ini semua salah Syafira, harusnya dari awal Syafira tidak menerima Fauzan dan jujur soal puisi-puisi itu.
“Aku sekalian pamit, ya? Nanti malam aku ke Jakarta, mungkin bapak sama ibu masih di sini, aku juga sudah bilang sama ibu, supaya mereka bilang tidak tahu aku ke mana.” Ucap Syafira dengan memeluk Labibah.
“Hati-hati, ya? Jaga dirimu baik-baik. Aku akan merahasiakan ini semampuku pada Mas Fauzan,” ucap Labibah.
^^^
Sepintas kejadian satu setengah tahun lalu terlintas di bayangan Labibah. Dia tidak mengerti kenapa akan menjadi seperti ini. Tiba-tiba kedua orang tuanya dan orang tua Fauzan menjodohkan, di saat Fauzan terus mendesak Labibah soal kepergian Syafira. Fauzan tidak percaya kalau Labibah tidak tahu ke mana Syafira pergi, karena Syafira adalah sahabatnya.
“Maafkan aku, Mas. Iya aku tahu ke mana Fira pergi, tapi tidak tahu persis di Jakarata mana dia tinggal. Entah di Jakarta barat, Jakarta selatan, atau di mana aku gak tahu. Yang jelas dia sekarang ada di ibukota.” Ucap Labibah dalam hati, setelah dia mengingat semua yang terjadi dulu.