Salam Perpisahan untuk Bima 'Dedek Rinjani ... lihat sini, Dek, lihat.’ 'Mama sama papa mau bawa dedek ke dokter dulu, kamu tunggu di rumah, main sama Mas Khaliq ya." 'Iya, Mama, pulangnya bawakan aku es krim.’ 'Jagoan mama yang pintar, jangan main game terus ya.’ 'Dah Mama, Papa, Adek.’ Tangan anak lelaki remaja itu terus melambai sampai mobil yang membawa kedua orang tua serta adiknya menghilang di kejauhan. Bima mengusap kasar wajahnya. Ternyata hanya mimpi. Tubuhnya di penuhi peluh yang terus bercucuran, mimpi yang terasa sangat nyata, hampir setiap malam mengganggu tidurnya. Usapan lembut di puncak kepalanya masih terasa, lambaian tangan mereka pun masih terbayang di pelupuk mata. Bima menatap sekeliling ruangan, perlahan kesadarannya kembali pulih. "Hanya mimpi.” Gumamnya. Di