Bima Galau, Ayunda Migrain Bima masih berdiri mematung. Kedua kakinya seakan terpaku di tempatnya berpijak saat ini. "Maaf, apa tadi Masnya yang mengetuk pintu?" tanya si Gadis, sorot matanya begitu tajam memperhatikan Bima yang masih mematung. Bima menelan ludah susah payah untuk sekedar membasahi kerongkongan yang kering. Sorot matanya memindai wajah gadis belia di hadapannya. sama persis pikirnya. "Maaf, Mas, halo?!" Bima tersadar saat sebuah tangan melambai-lambai di depan wahahnya. Tersenyum manis untuk sekedar menutupi rasa gugup yang menjalar di hati. "Maaf kalau Mas mengganggu istirahatmu," ujar Bima dengan suara selembut dan sewajar mungkin. "Nggak papah, Mas, kebetulan Ratih belum tidur dan dengar suara pintu diketuk.” Bima tersenyum, entah kenapa hatinya terasa begitu han