Mark merasa beban hidupnya sangat berat. Dia merasa hidup sebatang kara setelah kedua orangtuanya meninggal. Kini Mark hanya hidup dengan istrinya serta kedua orang anaknya.
"Istriku aku cerita jangan ya soal kehidupan kita kepada adikku,"
"Cerita aja siapa tahu dia bisa bantu,"
"Iya juga sih,"
Sore itu Mark menghubungi adik perempuannya.
"Halo?"
"Hi apa kabar?"
"Baik, kamu?"
"Ya gitu,"
"Gimana kabar rumah, pohonnya sudah ditebang?"
"Belum masih ada didepan,"
"Jadi nanti kedepannya gimana?"
"Saya usahakan sih,"
"Terus ada apa telepon saya,"ketusnya
"Saya mau cerita,"
"Soal apa?"
"Iya saya tuh ada hutang banyak banget. Ratusan juta,"ujarnya memberitahu
"Kalau begitu jual saja rumahnya. Setelah itu kita tidak usah ada hubungan lagi,"
"Maksudnya?"
"Ya sudah hubungan keluarga kita berakhir,"
Mark terdiam hanya mendengarkan perkataan itu. Hatinya sudah hancur. Dia merasa banyak tertolak oleh orang disekelilingnya akhir-akhir ini.
Mark dikucilkan oleh teman-temannya yang memiliki uang banyak. Selain itu dia juga sudah dijauhi oleh saudaranya. Dia makin merasa sendirian. Hanya kepada keluarganya dia bisa cerita khususnya kepada Jean dan Claire.
"Claire masa tantemu bilang ke saya dia memutuskan hubungan persaudaraan dengan ayah,"
"Itu semua karena ayah gak punya uang kan?"tandas Claire
Ayahnya menunduk dan diam.
"Udah sekarang gini aja kalau misal nanti rumah laku. Kita pergi aja merantau suatu kota daerah yang jauh dari saudara ayah. Habisnya percuma mereka aja gak nganggep ayah saudaranya. Jadi buat apa,"
"Tapi kan dikota harganya lebih mahal,"
"Iya sih, cuma maksudku gak usah ada komunikasi lagi sama saudara-saudara ayah. Mereka gak ada yang bantuin ayah bisanya cuma minta duit aja kan. Kalau ada duit mereka mau deket sama kita. Kalau kita sukses dan lagi diatas semua menempel tapi kalau kita dibawah mereka pura-pura gak kenal dan gak ada hubungan darah. Makanya kita harus bisa sukses dan berdiri dikaki sendiri ayah. Jadi kalau kita sukses bukan karena ngandelin mereka tapi karena diri ktia sendiri,"
"Iya sih,"
"Ayah jangan mengangguk aja tapi laksanakan apa yang aku bilang,"kesal Claire
"Claire, ayah butuh waktu dan dukungan akan semuanya,"
"Tapi kita gak bisa minta orang dukung kita. Kadang ada momen dimana kita harus bisa lakukan apapun sendiri,"
"Iya,"
"Karena kita gak mungkin tergantung sama orang misal perut kita laper pasti kita berusaha kan untuk cari isi perutnya sendiri,"
"Setuju sih,"
Mark jadi menegakkan kepalanya dan menegarkan hatinya agar tidak merasa terlalu terluka.
Mark mendapatkan undangan dari teman-temannya.
"Nanti datang ya ke acara reunian,"
"Siap,"
Maka dari itu Mark tak pernah menutup dirinya dari pergaulan teman-temannya dimasa lampau. Dia jadi rajin menghadiri perkumpulan dengan teman-temannya.
Sampai Mark merasa ragu.
"Istriku, aku pergi jangan ya,"ucapnya
"Temenmu gimana?"sahutnya
"Mereka pada nyariin aku sih,"
"Oh, datang saja,"
"Baiklah aku ganti baju dulu ya kalau begitu,"
Mark segera bersiap dan menyiapkan dirinya untuk pergi ke acara pertemuan dengan teman-temannya dimasa lalu.
"Papa berangkat dulu ya, ma,"ijinnya
"Ya, jangan kesorean ya,"
"Sip,"
Mark pun pergi dan menaiki kendaraannya yang ada. Claire memunculkan dirinya. Dia menghampiri mamanya.
"Bu, dimana ayah?"tanyanya
"Dia sedang pergi keluar,"
"Oh ketemu temannya?"
"Tentu. Kalau kamu mau makan mama sudah masak ya,"kata Jean
"Nanti aku juga makan kok ma,"
Claire merasakan apa yang ayahnya rasakan. Dia sangat paham dan mengerti apa yang dirasakan oleh ayahnya.
"Ternyata hidup tidak mudah ya. Kita semakin dewasa harus bisa berdiri dikaki sendiri dan mandiri tanpa mengandalkan orang lain. Karena mereka tak ingin diberikan masalah dan beban. Sementara masalah pribadi mereka sendiri sudah sangat berat,"
Claire agak merasa down dan sekaligus menjadi semangat kebangkitannya agar dia bisa sukses. Claire bekerja keras pagi, siang dan malam. Ia juga mencari berbagai peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih.
Claire cukup bersyukur dan beruntung karena dengan mudah ia mendapatkan berbagai peluang kerja dan hal yang mudah mendapatkan uang.
Dia juga terbesit untuk membuat kelas motivasi. Dia ingin menyemangati orang-orang yang merasa sedang terjatuh dan diroda paling bawah kehidupan.
"Aku harus bisa dan pasti bisa melakukan ini,"
Claire biasanya menulis n****+ hanya satu. Kini dia bisa mengerjakan lebih dari satu n****+ dan juga dirangkap dengan pekerjaan baru yang lain. Ia juga ditunjuk menjadi role model untuk promosi disebuah platform n****+. Karirnya makin membaik. Pendapatannya otomatis bertambah. Kabar baiknya dia juga diterima oleh salah satu perusahaan asing yang membayarnya dengan dollar dan juga menjadi seorang penterjemah bahasa asing untuk menerjemahkan n****+ asing kebahasa.
Hatinya sangat senang sekali. Bukan hanya itu saja Claire juga mendapatkan kesempatan menjadi salah satu partner bisnis manajemennya.
"Jadi nanti kalau kamu mau jadi partnerku, caranya kamu harus cari orang yang banyak ya. Tiap kamu dapat orang untuk kerja ditempatku nanti aku kasih kamu komisi, gimana deal?"
"Aku setuju,"girang Claire
Claire merasa pintu rejekinya sedang dibuka sangat lebar. Ia mendapatkan banyak berkat. Itu semua karena ia sangat suka membagikan uangnya untuk disumbangkan ke beberapa tempat dan juga suatu badan yang menampung anak-anak yang berkekurangan serta mereka adalah anak-anak yang sudah menjadi yatim piatu.
Apa yang ditabur oleh Claire tidak sia-sia. Kini ia mendapatkan buah yang sangat manis. Sewaktu dia menabur, ia banyak mengorbankan banyak hal termasuk dari keinginan untuk berbelanja makanan dan juga hal-hal lainnya yang dirasanya penting.
"Beruntung ya pas lagi masa wabah begini aku bisa dapat banyak peluang dan kesempatan kerja. Sedangkan dipihak lain sedang banyak phk besar-besaran,"lugasnya
Claire pun mengerjakan pekerjaannya. Mamanya heran dengan putrinya. Ia juga teringat kata-kata oleh saudaranya yang bisa melihat futurenya.
"Sebentar lagi sukses jangan khawatir,"ucapnya
Tante dari istri kakak ayahnya pernah bilang seperti itu ketika Keluarga Mark berkunjung ke rumah Alfonso. Saat itu Claire berbicara dan mengobrol dengannya.
"Tante menurutmu pekerjaanku bagaimana?"
"Bagus. Bentar lagi juga sukses,"
Sejujurnya Claire tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Tantenya. Apa yang diucapkannya dengan kejadian yang Claire alami tidak sinkron dan sangat berbeda seratus delapan puluh derajat.
Namun Claire selalu berusaha dan mencari peluang. Ia memiliki target diusianya kepala tiga. Dirinya harus sukses. Ia ingin dikenal oleh orang disekitarnya sebagai orang yang sukses. Sejujurnya Claire malu karena dirinya sudah berusia diatas dua puluh lima ke atas namun secara finansial dia belum mapan dan mandiri. Sedangkan teman-teman lainnya sudah sukses bahkan ada yang menikah. Namun Claire masih seorang diri saja.
"Ma, kalau aku udah sukses kan kedengerannya enak. Apalagi kalau ada sodara yang tukang rumpi ria. Si Bembi udah sukses sekarang ya anaknya,"
"Iya,"
"Namanya orang sekampung apalagi tetangga dan saudara hobi kan suka ngomongin dan nyebarin kabar kita satu ke yang lainnya,"
"Kan masih manusia,"
Claire sudah meniatkan didalam hatinya. Dia harus sukses dan bisa maju dengan usahanya. Sehingga dia tidak akan menyusahkan hidup siapapun nanti ke depannya.
"Aku harus bisa jadi wanita mandiri dan berkualitas. Jadi nanti kan bisa ketemu dengan orang yang seimbang,"
Jean hanya mendengarkannya dan tak berkomentar apapun.
Claire sangat sadar kedua orangtuanya sudah tua dan ia tak bisa bergantung pada mereka karena usia sudah lanjut.
Ada kalanya seseorang harus bisa berdiri dikakinya dan tak merepotkan orang disekelilingnya.