Kesayangan Arfa

1442 Kata
Aleena tersenyum puas melihat kiriman video dari seseorang. Didalam video itu memperlihatkan jika Arfa sedang melakukan hal yang sama yang dilakukan Laura kepadanya. Bahkan lebih parah. "Kau akan merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan setelah ini," ucap Aleena dengan sebuah seringai dibibirnya. "Bersiaplah. Sebentar lagi dia akan sampai." Terdengar suara seseorang dari balik pintu yang mengingatkan Aleena. Dengan cepat Aleena memindahkan rekaman video tersebut di tempat yang aman, kemudian kembali menyimpan gawai tersebut kedalam tas kecil miliknya. Wanita itu kemudian kembali berbaring diatas tempat tidur, sambil berpura-pura memejamkan kedua matanya kembali. Tidak lama kemudian, terdengar suara Arfa diluar kamar yang berbicara dengan Alex. "Apa dia masih tertidur?" Tanya Arfa, sambil melepas kancing lengan kemejanya, lalu menggulungnya dengan asal sebatas siku. "Aku rasa begitu," jawab Alex singkat. "Aku akan membawanya ke penthouse malam ini, aku ingin kau menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk semua perlengkapan dan kebutuhannya. Aku akan mengirimkan semua detail ukurannya kepadamu, kau tinggal menyerahkannya kepada Clara dibutiknya, biarkan dia yang akan memilihkannya," ucap Arfa panjang lebar, sembari menjatuhkan bobot tubuhnya dikursi kebesarannya. "Penthouse? Bahkan istrimu saja tidak pernah kau izinkan masuk kesana? Sekarang kau justru akan mengajak Aleena tinggal disana?" Tanya Alex, heran. "Aku tidak hanya akan mengajak Aleena tinggal disana, tapi aku juga akan memberikan penthouse itu untuk Aleena, kau urus semua masalah ini, buat penthouse itu menjadi atas namanya," jawab Arfa dengan tenang. "Wow, setan apa yang merasukimu hingga kau begitu bersemangat memberinya hadiah sebesar itu?" Tanya Alex dengan raut wajah tak percaya. "Entahlah. Yang jelas aku sangat mencintai dan menyayanginya. Bahkan aku tergila-gila dibuatnya. Dia selalu berkata, jika dirinya seutuhnya adalah milikku. Tanpa pernikahan, bahkan dunia tidak akan berhak memisahkan kami. Tidak ada yang bisa menyentuh dan melihat tubuhnya kecuali hanya aku. Tapi ketika aku ingin sekali menyentuhnya, dia selalu saja bisa menghindar, aku seperti orang gila dibuatnya," sahut Arfa sambil terkekeh pelan. "Sepertinya kau sedang dimabuk cinta Tuan. Apa aku perlu mengajarimu, bagaimana supaya Aleena pasrah didalam pelukanmu?" Tanya Alex dengan senyum menggoda. "Ck. Kau saja masih belum menikah, bagaimana kau tau caranya? Apa jangan-jangan kau suka bermain wanita?" "Tentu saja tidak. Aku hanya sering membaca artikel di internet," jawab Alex, beralasan. "Terserah kau saja. Aku akan mencoba membangunkannya, setelah itu kita berangkat," ucap Arfa sembari bangkit dari duduknya kemudian melangkah menuju kekamarnya. "Kau masih tidur rupanya," gumam Arfa, lalu ikut membaringkan tubuhnya disamping Aleena dengan posisi miring. "Sayang, bangunlah, kita pulang sekarang," bisik Arfa sambil menciumi wajah Aleena. Wanita itu hanya menggeliat kecil, tanpa mau membuka kedua matanya. Arfa kembali menciumi wajah wanita cantik itu, sampai mendusel-duselkan hidungnya diceruk leher Aleena agar wanita itu mau terbangun. "Mas Arfa," cicit Aleena, serayak membelai kepala Arfa yang sedang sibuk menjelajahi lehernya. "Akhirnya kau bangun juga sayang," sahut Arfa sambil tersenyum manis kearah wanita pujaan hatinya. "Bagaimana aku tidak terbangun, jika ada pria m***m yang sedang mencoba menyentuhku," sahut Aleena serayak membelai rahang kokoh milik Arfa. "Apa masih sakit?" Tanya Arfa dengan lembut, serayak mengusap wajah Aleena yang masih terlihat memerah karena bekas tamparan. Wanita itu mengangguk lemah, lalu mengalungkan lengannya keleher pria tampan disampingnya. "Aku akan memandikanmu, setelah itu kita akan pulang, hem," ucap Arfa, lalu memeluk tubuh Aleena dengan erat. "Aku lebih baik mandi sendiri, kalau Mas Arfa yang memandikan aku malah tambah repot," sahut Aleena yang membuat Arfa langsung terkekeh. "Mandilah. Aku akan menyiapkan pakaian ganti untukmu," ucap Arfa lalu mencium kening Aleena, kemudian mengurai pelukannya ditubuh wanita muda itu. Aleena kemudian bangun lalu duduk disisi pembaringan. Wanita itu lantas membuka satu persatu kancing bajunya hingga hanya menyisakan pakaian dalamnya. "Kau jangan menggodaku. Bersabarlah. Jika lukamu sudah sembuh aku pasti akan memakanmu," bisik Arfa ditelinga Aleena, kemudian melilitkan handuk ketubuh wanita tersebut. "Siapa yang menggoda Mas Arfa, aku hanya melepas baju, bukan menggoda," sahut Aleena dengan mengalungkan kedua tangannya dileher Arfa. Dengan gerakan lembut Arfa lalu meraih pinggang ramping milik Aleena kearahnya, hingga posisi tubuh mereka semakin menempel. "Jika bibirmu sedang tidak terluka, aku pasti sudah menggigitnya sejak tadi," ucap Arfa serayak mengusap bibir kenyal milik Aleena dengan ibu jarinya. "Sayang sekali, sepertinya luka dibibirku akan memakan waktu sedikit lama agar bisa sembuh," sahut Aleena dengan wajah sedih. "Aku bisa menggigit ditempat lain," bisik Arfa. Pria itu lalu sedikit membungkuk, dengan gerakan lembut Arfa mulai bermain dileher jenjang Aleena, menghisap dan mencecapnya dengan dalam, sengaja meninggalkan jejak disana. Membiarkan Aleena mendesah sambil menjambak rambutnya. "Aku juga bisa bermain disini," ucap Arfa dengan mata berkabut, kemudian mulai menyentuh dua buah benda kenyal, besar dan padat milik Aleena. Aleena mendesah pelan. Wanita itu semakin membusungkan dadanya kedepan, hingga membuat Arfa semakin bernafsu. "Aahh, su-sudah Mas. Nanti keburu dingin, aku mau mandi dulu aaahh," ucap Aleena disela-sela desahan nafasnya. "Ada keran air panas, kau tidak akan kedinginan," jawab Arfa sambil mulai melepaskan lilitan handuk ditubuh Aleena. "Ssstt, Mas Arfa, aahh," Aleena kembali mendesah ketika Arfa mulai bermain diatas dadanya. "Aleena, aku menginginkanmu, bolehkah aku memasukimu sekarang? Hem?" Arfa bertanya dengan suara serak, serayak menempelkan keningnya dikening Aleena. "Aku tidak mau sekarang, wajahku sedang jelek. Aku mau tampil cantik saat kita melakukannya nanti," jawab Aleena yang membuat Arfa terkekeh mendengarnya. "Kau akan selalu terlihat cantik dimataku, apapun keadaanmu. Karena aku mencintaimu," sahut Arfa dengan lembut. "Aku akan selalu mengingatnya," sahut Aleena tersenyum lembut. "Mandilah. Kita akan pulang setelah kau selesai mandi," ucap Arfa. Pria itu kemudian memungut handuk yang tergeletak dikaki Aleena, kemudian melilitkannya kembali ketubuh wanita cantik itu. Aleena mencium pipi Arfa sekilas, sebelum melangkah masuk kekamar mandi. Setelah selesai mandi, Aleena segera keluar dari kamar mandi dengan Arfa yang sudah menunggunya di sisi pembaringan. "Kemarilah." Arfa meminta Aleena agar mendekat kearahnya. Wanita itu segera mendekat kearah Arfa, yang sudah bersiap memakaikan baju ditubuhnya. "Kita mau kemana Mas? Aku mau pulang saja, biarkan aku beristirahat dirumah," ucap Aleena, ketika Arfa mulai memakaikan baju ketubuhnya. "Jangan membantahku sayang. Mulai hari ini kau akan tinggal bersamaku. Kau akan ikut kemanapun aku pergi," sahut Arfa dengan lembut. "Aku tidak mau istri Mas Arfa melukaiku lagi," rengek Aleena. "Dia tidak akan berani menyentuhmu lagi. Aku akan menempatkan beberapa orang untuk menjagamu, kau tidak usah takut Aleena," sahut Arfa, sambil membelai puncak kepala wanita kesayangannya. "Apakah kita akan selalu bersama? Sampai akhir hayat memisahkan kita?" "Tentu saja. Kita akan menua bersama dan melihat anak cucu kita tumbuh dewasa," jawab Arfa serayak meraih kedua tangan Aleena, lalu menggenggamnya dengan erat. "Mengapa Mas Arfa begitu mencintaiku? Padahal kita baru beberapa bulan bertemu, bagaimana kalau aku menghianati Mas Arfa?" "Aku sudah jatuh cinta padamu saat pertama kali melihatmu didapur waktu itu, dan aku tidak yakin kau akan mampu menghiantiku," jawab Arfa dengan tersenyum lembut. "Aku mencintai Mas Arfa, aku sangat menyayangi Mas Arfa dengan segenap jiwa dan ragaku. Bahkan aku rela menahan sakit demi cintaku kepada Mas Arfa," cicit Aleena yang langsung memeluk tubuh Arfa dengan erat. "Aleenaku sayang, cintaku, sayangku, jiwaku, tidak akan ada yang dapat menghalangi cinta kita, hingga maut memisahkan kita nanti," sahut Arfa membalas pelukan erat Aleena ditubuhnya. "Kita berangkat sekarang?" Tanya Arfa dengan lembut. Aleena mengangguk samar, kemudian mengurai pelukannya ditubuh Arfa. Pria itu lalu memasangkan jilbab keatas kepala Aleena, untuk selanjutnya wanita itu sendiri yang merapikannya. "Mas, tidak ada masker?" Tanya Aleena. "Aku malu wajahku masih berantakan seperti ini," lanjut Aleena. "Kau tidak perlu malu. Ayo kita berangkat sekarang," sahut Arfa, lalu dengan sigap meraih tubuh Aleena, kemudian menggendongnya ala bridal style. Dengan spontan Aleena mengalungkan lengannya dileher Arfa sambil tak henti mengulas senyum. "Kau bisa menyembunyikan wajahmu sekarang," ucap Arfa serayak mengedipkan sebelah matanya kearah Aleena. "Issh, kumat," cicit Aleena, lalu memukul d**a Arfa dengan gemas. Dengan membawa Aleena dalam gendongannya, Arfa kemudian melangkah keluar meninggalkan ruang kerjanya, dengan Alex yang berjalan lebih dulu didepan, dan beberapa pengawal lain dibelakangnya. Semua pegawai telah pulang, kecuali petugas kebersihan dan keamanan yang piket terakhir. Mereka memasuki lift kusus yang membawa mereka kelantai dasar. Suasan lobi yang sudah sepi membuat Aleena sedikit lega karena tidak ada yang melihatnya digendong oleh Arfa. Begitu sampai diluar, Arfa bergegas membawa masuk Aleena kedalam mobilnya yang telah disiapkan oleh Alex. Alex pun segera melajukan mobil tersebut keluar dari halaman kantor menuju jalan raya, membelah keramaian kota di malam hari. Ketika mobil telah menghilang diujung jalan, seorang wanita berpakaian seksi langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Wanita itu tersenyum penuh arti, melihat hasil jepretan kamera ponselnya dan sebuah video yang berhasil diabadikan olehnya. Lalu dengan cepat wanita itu mengirimkan foto tersebut kepada seseorang. **** **** Laura baru saja selesai mandi ketika mendengar suara pesan masuk digawainya. Wanita itu segera meraih benda pipih yang tergeletak diatas meja nakas. Laura membelalakan kedua matanya, begitu melihat pesan masuk digawainya. "Dasar wanita j*la*g!!" Praang!! Laura berteriak kencang sambil melemparkan benda pipih berlogo apel itu kedinding sekuat tenaga, hingga benda tersebut pecah menjadi beberapa bagian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN