"Nona Gladys, katakan berapa total biaya yang diperlukan. Aku akan memberikan Cek sesuai nominal untuk kau cairkan". Kata Allard, dia mencoba untuk menenangkan Gladys yang masih berapi-api.
"Asisten Allard, Aku mau bertanya. Sebenarnya siapa pria sombong tadi? Mengapa Tuan Allard sendiri yang membantu membayarkan nya?". Tanya Gladys yang memang tidak mengetahui kedudukan Raziel di Perusahaan.
"Nona Gladys, aku sarankan agar Nona lebih menjaga sikap dan perkataan. Pria yang kau katakan sombong tadi adalah Tuan Raziel, Direktur Utama General Hight Corporation".
Gladys langsung membelalakkan matanya tidak percaya pria sombong sepertinya adalah Atasannya sendiri. Gladys menggigit bibirnya dengan miris memikirkan nasibnya kalau sampai dia DIPECAT!.
'Tamat sudah riwayatmu Gladys.. Pria yang kau sebut sombong adalah Atasanmu sendiri. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku datang saja ke ruangannya dan meminta maaf?'. Batin Gladys.
"Kalau begitu, kau boleh kembali bekerja". Allard pergi meninggalkan Gladys yang masih termangu memikirkan nasib pekerjaannya.
Gladys masuk kedalam kantor dengan perasaan cemas dan penuh kekhawatiran. Mata yang melihat kejadian memalukan menatap Gladys dengan tatapan menghina dan mulai mencibir di belakangnya. Dia yang bekerja di bagian Desain kembali kemeja kerjanya tanpa memperdulikan omongan yang sedang mencibirnya.
"Gladys.. Ada apa denganmu? Aku kira kau diantar Kakakku tadi. Mengapa sepagi ini kau sudah murung? ". Tanya salah satu sahabat Gladys yang kebetulan satu bidang dengannya. Dia adalah Bianca Morgwen, dari Keluarga Morgwen. Salah satu Keluarga terpandang karena Dedikasinya dibidang politik.
Gladys langsung memegang kedua pundak Bianca dengan perasaan kesal.
"Bie… Apa kamu tahu, Pria yang aku ceritakan kemarin yang telah merusak mobil ku. Ternyata dia adalah Atasan kita. Arrrgh.. Mengapa dari awal kau tidak mengatakannya kalau pria sepertinya adalah alasan kita?".
"Mana aku tahu Dys, kau saja hanya mengatakan kalau dia pria sombong tanpa mengatakan siapa namanya. Aku heran.. Bukankah kau sudah bekerja disini selama sebulan. Tapi sampai saat ini kau baru tahu siapa Bosmu, dan parahnya kamu justru berdebat dengannya di kantor. Aku ucapkan selamat karena telah memecahkan rekor pegawai bertengkar dengan Atasan. Sekarang nasibmu benar-benar di ujung tanduk". Bianca berbicara dengan dramatis, membuat Gladys semakin kesal dan cemas.
"Kau teman atau bukan? Tega sekali mengatakan itu disaat pekerjaanku diujung tanduk. Apa yang harus aku lakukan sekarang?! ".
"Lebih baik kau meminta maaf deh Dys. Siapa tahu Direktur yang jarang terlihat dan hanya meninggalkan kesan dingin seperti beliau mau memaafkanmu".
Dari luar ruangan Manajer bagian Desain Tommy Jorsh datang menemui Gladys dengan tatapan yang tidak biasa.
"Gladys, maaf mengganggu. Direktur Utama memanggilmu untuk menemui beliau di ruangannya sekarang juga". Kata Tommy tanpa memalingkan pandangannya.
"Baik aku akan segera kesana. Terima kasih sudah memberitahu". Gladys yang terus diperhatikan memalingkan pandangannya ke arah komputer dan berpura-pura mengetik sesuatu, hingga Tommy berlalu dari pandangannya.
"Dys, sepertinya Manajer Tommy benar-benar menyukaimu. Kelihatan banget setiap dia datang menemuimu selalu dengan tatapan aneh dan terkesan menutupi". Bisik Bianca.
"Tutup mulut embermu Bie. Apa kamu ingin aku selingkuh dari Kakakmu?". Balas Gladys.
"Ya ampun, aku sampai lupa kamu kan calonnya Kakak iparku ya. Iya… Maafkan aku Kakak ipar". Bianca terkekeh mengingat Gladys adalah kekasih dari Steven Clark Morgwen.
Setelah kepergian Tommy, Gladys menata diri dan bersiap menemui pria yang dia sebut sombong.
"Huft.. Terpaksa mengeluarkan jurus pamungkas pada pria sombong itu agar aku tidak dipecat ". Gumam Gladys.
Gladys berjalan keluar dari ruangannya dan menaiki Lift untuk sampai di Kantor Direktur Utama. Di lantai 55 Lift terhenti, dia keluar dan tidak jauh dari Lift ada sebuah ruangan bertuliskan Direktur Utama.
"Baru kali ini semasa aku kerja di kantor ini di undang untuk ke ruangan Direktur. Gladys.. Ingatlah apa yang harus kamu lakukan agar tidak dipecat ". Gumam nya.
Tok.. Tok.. Tok..
Perlahan Gladys mengetuk pintu, "Pak Direktur, bolehkah saya masuk?". Tanya Gladys yang masih di depan pintu.
"Masuk, aku sudah menunggumu". Terdengar balasan suara dari dalam.
Krek..
Gladys membuka pintu dan perlahan berjalan mendekati Meja besar dengan pria yang sedang fokus dengan Laptop yang ada di depannya. Dia melihat ke sekeliling ruangan dan terlihat papan nama kecik yang terdapat diatas meja bertuliskan Mr. Raziel Vincent de Alzhio.
"Apa kamu tahu mengapa aku memanggilmu kemari?". Tanya Raziel yang masih berkutat dengan Laptopnya.
Perkataan Raziel rupanya mengagetkan Gladys yang sedang memperhatikan nama Raziel yang sedikit aneh, seakan dia bukan dari dunia ini.
"Ehm.. Maaf Pak saya tidak tahu mengapa Pak Direktur memanggil saya".
"Karena kamu telah mencemarkan nama baik saya didepan umum. Sesuai kontrak, kamu saya pecat dan akan saya tuntut Nona Gladys lewat jalur hukum". Raziel berkata dengan tenang dan dingin, tanpa rasa kemarahan atau kekesalan.
Saatnya mengeluarkan jurus pamungkas Gladys dengan wajah memelas menyatukan kedua telapak tangannya dan memohon. "Pak Direktur, Saya mohon jangan pecat saya. Saya tinggal seorang diri dan tidak memiliki keluarga. Jika saya di pecat, bagaimana saya bisa bertahan hidup Pak.. ".
"Itu bukan urusanku. Kamu sendiri yang telah membuat masalah denganku. Kecuali.. ". Raziel menghentikan ketikannya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap mata Gladys dalam.
"Kecuali apa Pak? Apa Pak Direktur akan memberikan saya kesempatan?".
"Kecuali jika kamu mau menjadi Pelayan di rumahku, aku akan mempertimbangkan untuk tidak memecatmu ". Kata Raziel licik.
Brak…
Gladys yang mendengar langsung menggebrak meja. "Apa-apaan ini? Apa kamu sengaja melakukan semua ini untuk membuatku menjadi pembantumu?! ". Tegas Gladys.
"Apa yang kamu lakukan di ruang kerjaku. Apa kamu tahu menggebrak meja juga bentuk dari ketidaksopanan dan itu melanggar kode etik dalam bekerja. Aku mudah saja menambahkan itu dalam daftar hitam milikmu".
"Maaf Pak.. Hehe.. Please… Tolong jangan di ambil hati ya Pak.. Saya kan cuma bercanda. Saya mau ko jadi Pelayan di rumah Bapak, asalkan masih diperbolehkan kerja". Tawar Gladys.
Raziel yang mendengar perkataan Gladys tersenyum puas. 'Akhirnya kamu berada dalam genggaman ku sekarang. Aku benar-benar merasa semakin dekat denganmu Roshalia'. Batin Raziel.