Tak sulit bagiku untuk masuk ke dalam rumah mewah bak sebuah mansion milik wanita itu. Para pegawainya menerimaku dengan baik layaknya seorang tamu. Menyuguhkan berbagai jenis makanan ringan di atas meja di depanku. Hanya sekitar 5 menit aku menunggu, sosok sang tuan rumah pun akhirnya menampakan batang hidung. Dengan berbalut jubah tidur berwarna merah yang cukup menerawang dan pastinya bernilai fantastis, dia duduk sembari bertopang kaki di depan sofa yang kududuki. “Saya kira siapa yang datang, tidak menyangka anda yang datang ke rumah saya, Nyonya Indira,” ucapnya, memecah keheningan di antara kami. Meski amarah selalu muncul ke permukaan setiap kali melihat wajahnya, aku sebisa mungkin berusaha bersikap normal. Aku tersenyum kecil, entah dia sadar atau tidak senyuman ini hanya sebu