Bab 2. 8 Tahun Kemudian

1047 Kata
8 Tahun Kemudian … Sisi gelap Tami terlihat ketika ia sedang menggoyangkan pinggulnya di tengah keramaian disebuah bar di Jakarta, ia menikmati musik keras yang terdengar, ia menikmati masa kesendiriannya sebelum akhirnya menikah dengan seorang pria bernama Evano—seorang pengusaha kaya raya di Jakarta. Tami terus bergoyang di tengah wall, banyak pria yang mendekatinya, namun Tami tidak perduli, yang penting mereka tidak menyentuhnya itu sudah cukup. Setelah cukup bosan bergoyang, ia pun segera ke meja tempat ia dan teman-temannya duduk. Tami meregangkan ototnya. Malam ini adalah pesta lajangnya. Itu lah yang dinamai teman-temannya. “Tam, kamu full power banget malam ini.” Wina—salah satu temannya. “Haha. Apaan sih kamu, ya biasa aja kali,” jawab Tami. “Kenapa nggak diam aja sih di rumah? Kamu kan bentar lagi mau nikah.” “Buat apa? Pingitan? Ahh jangan sampai itu terjadi, aku nggak percaya hal-hal seperti itu.” Tami menggeleng. Ya sebagian juga menganggap itu tidak perlu. “Pernikahanmu dua hari lagi loh.” “Nggak masalah asalkan aku bersenang-senang hari ini.” Tami masih terus menggoyangkan pinggulnya. “Terus kalau kamu udah nikah nggak akan bersenang-senang lagi?” “Ya nggak juga, pasti lah tetap bersenang-senang.” “Tapi lo ketemu sama Evano itu dimana, sih? Udah ganteng, kaya raya, punya perusahaan. Emang masih ada ya cowok kayak gitu di dunia ini? Kalau ada, sisahin satu napa sih.” Tami tertawa kecil, untuk sebagain besar orang pasti akan iri kepadanya, karena Evano pria yang cukup tampan dan menarik, pernikahan yang akan ia jalani pasti akan bahagia, karena Evano punya banyak uang. Tak ada yang tahu Tami menjalani kehidupan masa lalu dan masa kini seperti apa, tidak ada yang tahu asal-usul Tami, bahkan Tami malas membicarakan masalah keluarga dan asal-usulnya. Sampai saat ini ia berusaha sendiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. “Emangnya aku nikah buat uang gitu? Ya nggak lah, aku nggak perlu uang,” geleng Tami. “Aku hanya pengen status. Kalian paham kan status?” “Ya ya ya. Kamu butuh pengakuan, ‘kan?” “Valid,” kekeh Tami membuat semuanya tertawa. "Tapi nikah sama Evano bisa membuat hidup keluargamu tentram kali." *** “Sah!” Tami akhirnya sah menjadi istri seorang Evano Jullo Massimo, Tami yang dibalut gaun putih ala-ala princess itu terlihat sangat cantik dan menggoda. Pria yang saat ini berdiri disampingnya hanya bisa membanggakan diri karena ia berhasil menikahi wanita secantik Tami. Tami adalah wanita yang menjadi idola, kecantikannya berada diatas rata-rata, kulit putih bening, rambut lurus hitam, bola mata berwarna coklat, dan bibir ranum yang tipis, dan Evano merasa sangat beruntung telah menjadi satu-satunya pria yang menjadikan Tami miliknya. 8 tahun lalu, Tami selalu terbayang dua malam yang ia habiskan bersama pria yang bernama Leonel, entah bagaimana kabar pria itu sekarang, ia selalu membayangkan malam panas itu. Walaupun klise, namun hal klise itu lah yang menjadi kenangan terindah bagi Tami. Akankah ada hari dimana mereka bertemu lagi? Harapan Tami dulu ingin sekali kembali bertemu, namun sayangnya mereka dipisahkan karena Leonel harus tetap di Jerman, dan Tami harus kembali ke Jakarta, sementara Tiara dan Petro harus ke Bandung. Tapi, setelah menjadi seorang istri, Tami tidak lagi mengharapkan hal itu. “Sayang, kamu cantik sekali,” bisik Evano. “Terima kasih,” jawab Tami. Setelah resepsi pernikahan selesai, Tami dan Evano kembali ke kamar hotel, Tami cukup lelah karena harus duduk lalu berdiri lalu duduk kembali untuk menyambut tamu yang datang. Ketika Tami sedang membuka gaunnya, tak lama kemudian Evano datang dan memeluknya dari belakang, memainkan tangannya diperut Tami yang sudah terekspos, lalu Tami menghentikan tangan nakal Evano dengan menggenggamnya. “Aku bisa kan beristirahat sejenak?” tanya Tami menatap suaminya. “Heem?” “Mari beristirahat, dua hari ini aku benar-benar lelah,” kata Tami mencubit pipi suaminya dan mengecup bibirnya. “Aku butuh tenagaku pulih setelah itu aku akan melakukan seperti yang kau mau.” “Oh, Sayang, aku selalu membayangkan hari itu.” “Jadi, izinkan aku, heem?” “Baiklah. Setelah kamu beristirahat, aku tidak akan memberikanmu ampun,” kata Evano mengelus dagu wanita yang sudah menjadi istrinya tersebut. “Aku akan memberikanmu segalanya. Tapi, setelah tugasmu selesai.” “Dengan memuaskanmu?” “Yes.” “Jangan katakan bahwa itu tugas, karena tanpa kamu minta akan aku lakukan,” kata Tami lalu masuk ke kamar ganti. Tami mengelus leher belakangnya, karena ia seperti tidak memiliki keinginan untuk melayani Evano, apakah mungkin dia lelah? Tami sudah membuka semua gaunnya, hanya meninggalkan pakaian dalam saja, lalu Evano masuk dan melihat tubuh bening istrinya. “Ahh mataku ternoda,” kekeh Evano menutup kedua matanya. “Aku kedatangan teman, jadi aku akan ke lobby, saat pulang aku pasti akan menagih janjimu.” “Baiklah,” jawab Tami. “Tentu saja, janji adalah hutang, bukan?” “Thanks, Sayang. I love you,” kata Evano menghampiri Tami dan memegang kedua bahu istrinya itu, lalu mengecup pipinya. “Aku ingin kamu mengenakan gaun malam yang indah.” Tami mengangguk lagi. “Aku pergi dulu,” kata Evano lalu melangkahkan kaki meninggalkan kamar ganti hotel. Tami menghembuskan napas yang ia tahan sejak tadi. Pernikahan yang cukup melelahkan. Tami membutuhkan peraduan terakhir yaitu bantal, ia butuh istirahat, ia butuh mimpi indah, persetan dengan Evano yang mengharapkan malam pertama yang indah dengannya. Masih ada malam-malam lain yang menunggu. *** Sejak tadi, Evano tidak sabar untuk sampai ke kamarnya, ia terus mengelus leher belakangnya dan membayangkan malam pertama yang indah bersama istrinya, Evano sangat mencintai Tami, dan ia sengaja membeli sesuatu untuk mempertahankan kelemahannya. Evano memiliki kelemahan dalam hubungan ranjang antara dia dan Tami, ia lemah sahwat. Namun, sudah banyak hal yang ia coba dan akhirnya ia menemukan sesuatu yang bisa membuatnya tahan lama, Evano masuk ke kamar hotel dan berkata, "Sayang, aku sudah kembali," kata Evano. Evano membulatkan mata ketika melihat Tami sudah tertidur dengan suara dengkuran halus, pertanda gagalnya malam pertama yang ia impikan sejak kemarin. Evano menyentuh lengan istrinya dan berkata, "Sayang, kamu tidur? Sayang," bisik Evano. Evano kecewa sekali dan menghentak kakinya, lalu melihat alat yang sudah ia bawa dari temannya, sesuatu yang akan membuatnya tahan lama, namun sayangnya yang akan mencobanya sudah tertidur pulas. Evano menyelimuti istrinya, namun sebelum itu melihat paha Tami yang bening. Ia menyentuh paha tersebut, namun Tami tidak bergeming sama sekali, gagal sudah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN