bab 10

2023 Kata
Berlawanan arah 10 Liburan di pantai, mungkin kalimat itu sudah biasa untuk Adit dengar, tapi apa jadinya jika berlibur di pantai pribadi, tanpa ada banyak orang di sana, dan memiliki satu vila yang cukup besar dan megah? Itu adalah hal yang memicu keterkejutan dari Adit dan juga Anjar, bagaimana tidak, setelah menempuh kurang lebih empat jam lamanya, akhirnya dia sampai di sebuah tempat yang benar-benar luar biasa, indah sepi dan juga luas. Ini sih liburan kelas VVIP, tanpa ada pengganggu, dan tanpa ada kebisingan yang terkadang membuat Anjar muak karenanya. dia menoleh, menatap Anjar yang masih diam membisu di tempatnya, sesuatu dalam dirinya seolah ingin keluar saat itu juga. Kakinya bergetar dan tubuhnya juga meremang. Adit tak ingin banyak berkomentar, dia hanya menikmati apa yang dia lihat sekarang. Melarikan tatapannya ke arah laut lepas dengan pandangan pantai sejauh mata memandang, pasir putih nan bersih menjadi sesuatu yang benar-benar. luar biasa "Aaaaa!" Adit melompat karena teriakan Anjar yang membuat dirinya terkejut. Remaja itu berteriak dengan sangat kuat, lalu melemparkan tasnya ke sembarang arah, dan setelahnya dia berlari sekencang yang dia bisa. Tangannya bergerak melepas kaus hitam yang dia kenakan, lalu melepas celana jeans pendek dan menyisakan boxer di tubuhnya. Tanpa menunggu lagi, dia langsung masuk ke dalam air laut dan ber Nang dengan bebas di sana. "GILA!!!" Teriak Anjar lagi, dan kali ini teriakan itu membuat rasa ingin ikut serta dalam diri Adit melonjak. Dia menoleh ke arah kanan, tepat di mana orang tua Rangga, Rangga dan El berada. Dari sorot matanya, Adit seolah meminta izin untuk ikut serta dalam kesenangan Anjar. Lalu saat melihat bunda Rangga mengangguk pelan dan ayah Anjar yang mengangkat tangannya untuk mempersilahkan Adit, barulah pria itu langsung berlari dengan kencang. Sama seperti Anjar tadi, dia melemparkan tas ransel kecilnya dan melepas semua pakaian yang ada di tubuhnya, pun dengan jeans panjang di kakinya. "WUUUU!" baru kali ini dia bisa berteriak dengan sangat puas, berlari tanpa beban pikiran dan melompat ke arah air yang terlihat dalam. Sayangnya air yang menjadi tempat dirinya berlabuh malah terkesan dangkal hingga membuat Adit menatap pasir dan membuat kepalanya sedikit pusing. Tingkah konyol itu malah membuat tawa dari orang-orang yang ada di sana pecah, pengurus vila dan tempat itu ikut tertawa sembari memungut barang bawaan Anjar dan Adit. Mereka tidak menyangka jika anak-anak itu bisa berbuat konyol seperti itu, sungguh hiburan yang sangat langka untuk keluarga besar Rangga. "Malu-maluin!" Dengkus El pelan. Padahal dalam hati, dia sangat menginginkan untuk ikut bersenang-senang di sana. "Biarin aja, kamu ganti aja kalo mau ikut berenang?" Ucap Rangga dengan kekehan pelan. "Enggak deh, aku mau di pantai aja." "Mau ganti baju dulu?" "Boleh." Kata El mengangguk pelan. Mereka berlalu, masuk ke dalam villa, meninggalkan Anjar dan Adit yang masih bersenang-senang di sana. Anjar tak berhenti tertawa saat melihat wajah Adit yang memerah karena tertantuk pasir tadi, ada sedikit memar di sana, dan membuat dia geli saat melihat wajah Adit. "Sumpah, muka Lo t***l bet!" Ucap Anjar dengan tawa yang masih membahana di sana. "s**l, ngapa Lo nggak bilang sih kalo di sini dangkal!" "Dih nyalahin gue, kan Lo sendiri ya tadi lari terus lompat!" "Ya kan sangking senengnya, kayak Lo nggak aja?" "Seenggaknya gue nggak nyusruk kek Lo?" Balas Anjar lalu mengambil ancang-ancang untuk berenang di laut. Air yang jernih tanpa ada sampah di sepanjang pantai membuat suasana semakin nyaman, baru kali ini Adit maupun Anjar mendapati pantai seindah ini, belum lagi gazebo yang tersusun rapih serta sebuah taman kecil di depan villa membuat suasana tempat ini benar-benar luar biasa. "Gila sih, gue nggak nyangka kalo Rangga punya tempat kagak gini." Kata Adit yang masih mengagumi tempat itu. "Gue aja nggak abis pikir." Balas Anjar yang sudah berenang dengan gaya kupu-kupu. Mengambang dengan begitu santainya di temani trik matahari yang lumayan menyengat. "Tapi wajar aja sih, lagian dia yang udah kasih tempat tinggal buat gue sama nyokap, jadi bagi gue nggak heran aja kalo keluarganya punya resort kayak gini." "Tapi gue masih nggak habis pikir anjir, dia yang selama ini biasa aja dengan penilaian yang seadanya, ternyata punya aset yang bener-bener gila." Anjar meracikan air kearah Adit membuat cowok itu langsung menyerang peran. "Pedih b**o!" "Lagian, mau Sampek kapan Lo bilang Rangga gila! Udah jelas dia waras gitu!" "Maksud gue, seberapa kaya dia sebenarnya." "Nah kalo itu sih gue nggak tahu, coba aja tanya sama dia langsung." "Ogah sih!" Anjar mendengkus pelan, dia berdiri sejenak ketika mengingat sesuatu. "Eh, btw, baju gue gimana elah!" "Anjir, baju gue juga!" Kedua remaja itu panik seketika mereka segera berlari ke daratan, tapi sebelum mereka sampai, El dan Rangga sudah berdiri di bibir pantai. "Mau pada ke mana? Panik gitu?" "Baju gue anjir, gue lupa!" "Sama!" El mendesis tajam sembari menatap dua sahabatnya yang dengan bodohnya pergi tanpa mempedulikan pakaiannya. "Aman, baju Lo udah di beresin sama pengurus villa." Kata Rangga pelan, setelahnya dia menoleh, menatap El sejenak sembari memberikan sun block ke arah gadis itu. "Lo orang nggak pake krim?" Tanya El saat dia menggunakan sun block ke tangannya. "Buat apaan?" Tanya Anjar heran dengan krim putih itu. "Biar kulit kalian nggak kebakar lah." "Dih! Ogah gue, lagian gue cowok, kalo pun kulit gue kebakar mah nggak masalah." Tolak Anjar mentah-mentah. "Nanti cewek Lo pangling." Ejek Rangga dengan senyum mengambang. "Bodo amat, mau pangling geh kalo udah cinta tetep aja cinta!" "a***y! Iya sih yang udah lengket sama ceweknya mau!" Balas Adit mengejek. "Iya lah, emang elu yang sampai detik ini masih berjuang demi mendapatkan muka!" "Eh anjir!" Sentak Adit yang langsung menerjang tubuh Anjar. Mereka memang paling suka untuk menggoga sahabatnya itu, apalagi saat mereka sadar jika sampai saat ini Adit belum bisa mendapatkan hati dari wanita itu. Jangankan hari, perhatian dari wanita itu saja dia tidak mampu. Mereka bertiga tertawa, sedangkan Adit malah mendengkus tajam karena tawa ketiganya. "Liat aja ya, kurang dari setengah tahun gue bakal dapetin tuh hati kak Anya!" "Keburu Lo lulus b**o!" Balas Rangga. "Tau, kelamaan amat, jentel dong jadi cowok!" Dan kali ini El pun ikut menjadi kompor untuk Adit. "Nah itu, kelamaan jadi badut sih, makanya lo jadi b**o!" Seru Anjar sembari menyiprati wajah Adit dengan air laut. "Bodo amat deh mau ngomong apa! Seenggaknya gue bakal dapetin hati dia untuk gue!" "Haha selamat berjuang kalo gitu!" Balas Anjar lagi, dia mengambil ancang-ancang dan setelahnya memilih berenang agak ketengah dengan gaya kupu-kupu kesukaannya. Adit ikut menyusul dengan gaya bebasnya. Dan di bibir pantai, El terlihat ingin ikut terjun, tapi dia untungkan sejenak untuk menatap Rangga. "Kamu nggak usah ikut masuk, luka kami belum kering!" Desis El yang membuat Rangga hanya bisa mengangguk patuh. Mereka bersenang-senang hingga lupa waktu, berlarian ke sana kemari, berenang dengan sesuka hati dan berakhir dengan El yang memilih bermain pasir menemani Rangga yang tidak bisa ikut berenang. "Gue laper anjir!" Kata Anjar keluar dari air dia merentangkan tubuhnya di atas pasir, mereka sudah terlalu lama bermain di dalam air, terlihat dari kulitnya yang gosong karena sinar matahari. Tak lama setelahnya Adit jika ikut menyusul Anjar, dia merebahkan tubuhnya di atas pasir tepat di sebelah Anjar. "Tenggorokan gue kering!" "Sama!" Balas Anjar, keduanya memejamkan mata, menikmati terpaan sinar matahari yang langsung menyentuh kulit mereka. Seolah belum puas membuat kulit itu menghitam. "Tuh di gazebo udah di siapin sama penjaga villa!" Kata El yang masih sibuk membuat istana pasir menggunakan skop dan ember kecil, tingkahnya tak ubah seperti anak-anak yang sudah begitu lama tak bermain pasir. "Hah?" Anjar langsung terbangun ketika mendengar ucapan El. "Serius?!" "Cek aja sendiri!" Anjar menepuk bahu Adit, membuat cowok yang sudah hampir terlelap itu membuka matanya. "Apaan!" Protes Adit tak terima karena posisi nyamannya terganggu. "Makan! Lo laper nggak!" "Ya laper lah!" "Ya udah buruan ayok!" Kata Anjar lagi sembari berdiri dan langsung berlari ke arah gazebo yang di maksud El. Dia melihat beberapa hidangan yang menggugah selera makannya, bahkan perutnya sudah keroncongan ketika melihat menu makanan di sana. Anjar tanpa menunggu Adit langsung mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan mengambil salah satu ikan bakar yang ada di sana. "Buruan! Ikan bakar nih!" "Sabar elah! Tungguin gue ngapa!" "Lama Lo ah!" Teriak Anjar. Adit menyusul dengan lemas, lalu semangatnya membara ketika melihat banyak makanan yang sudah di sajikan di hadapannya. "Anjir, gemuk gue pulang dari sini!" "Udeh nggak usah banyak bacot, sikat aja!" "Nggak perlu Lo suruh kali!" Adit tak langsung mengambil piring, terlebih dahulu dia mengambil satu botol air mineral dan menenggaknya hingga setengah, barulah dia mengambil piring dan menu yang sama seperti Anjar. "Sambelnya mantap parah!" "Serius!" "Coba aja sini!" Adit langsung menyusul Anjar yang duduk di atas rumput hijau, dengan cobek berisi sambal matah di hadapannya. Ekspresi ajar benar-benar membuat selera makan Adit terpacu. Dia langsung mengambil ikan bakarnya dan mencocol ke dalam ulekan sambel dan melahapnya. "Mantep gaes!" "Bukan kaleng-kaleng ye kan!" Kata Anjar. "Yoi!" "Poto dulu nggak seh?" "Masukin tok-tok aja sekalian, biar makin hits kita, kapan lagi coba liburan mewah kek gini?!" Usul Adit yang membuat mata anjar melotot sempurna. "Anjir gue malah nggak kepikiran!" Pekik Anjar dengan semangat. "Tapi hape kota di kantong celana anjir." "Pakek punya Rangga aja." "Ah iya!" Anjar meletakkan piringnya lalu berdiri. "Ngga! Hp Lo mana!" Teriak Anjar sembari berlari kecil kearah dua insan yang masih bersenang-senang bersama. "Kenapa?" "Udah mana hp Lo, gue pinjem!" Walau sedikit penasaran, Rangga tetap memberikan ponselnya ke arah Anjar, dan segera saja remaja itu sambar dan berlari kearah gazebo. "Dapet nih!" Seru Anjar. "Mantap, Udeh buru buka, Teru Poto nih makanan, sekalian rekam buat insta story'." "Sip lah!" Anjar langsung berusaha membuka ponsel dengan merek apel di gigit itu. Dengan kamera tiga di belakang membuat ponsel itu jelas terlihat keluaran terbaru dengan harga yang nggak tanggung-tanggung. Rangga memang selalu seperti itu, bahkan Anjar saja mendapat ponsel yang memiliki merek yang sama dengan yang dipakai sekarang, walau keluaran lama dan bekasan dari Rangga, tetap saja, benda itu masih berfungsi dengan sangat baik. "Pake akun siapa dulu ini?" Tanya anjar setelah berhasil mengoperasikan ponsel Rangga. "Akun Lo aja, nanti tah gue!" "Beres!"seru Anjar. Dia mulai mengambil foto, lalu mengambil beberapa video dan beberapa potret suasana yang benar-benar luar biasa di sana, tak lupa dia juga iseng dengan mengambil foto Rangga yang tengah asik dengan El diam-diam. "Sip, dapet nih!" "Video gimana?" "Beres tinggal di edit aja." Balas Anjar. "Lo mau posting juga kagak?" "Kagak deh." Balas Adit pelan, walau dia terlihat sedikit mencolok dari teman-teman yang lain, tapi Adit sangat menghindari sosial media, dan memilih menggunakan akun fake untuk berselancar di media sosial untuk menyalurkan hobinya saja. Karena bagi Adit, sosial media itu benar-benar mengerikan, apa yang kita posting terkadang malah membuat beberapa orang iri dan berakhir dengan membicarakannya di belakang. Jika untuk memposting secara langsung Adit memang menghindari itu, tapi jika untuk tag dan ditandai, Dia sama sekali tidak masalah. "Anjas! Langsung pada rame nggak tuh!" Pekik Anjar seketika, mereka bahkan sampai melupakan acara makannya "Serius!" "Liat aja sendiri!" Kata Lanjar lagi sembari menunjukkan hasil postingannya yang mendapat banyak komentar walau hanya sebentar. Bukan hanya komentar baik, tapi komentar buruk juga dia dapatkan di sana. Dan banyak kata-kata memaki yang membuat mental seseorang akan turun seketika. Beruntungnya, Anjar adalah remaja yang memiliki mental sekuat baja dan tidak pernah peduli dengan omgongan banyak orang. Prinsipnya adalah : jika gue bisa membuat orang kepanasan karena kebahagiaan gue, maka gue akan selalu memamerkan kebahagiaan gue. Dan itulah yang membuat Adit salut dengan Anjar, sahabatnya itu memang benar-benar luar biasa. "Mantap! Kayaknya besok jadi pembicaraan hangat nih di sekolah!" "Yo pasti, buat yang julid semakin kebakaran jenggot. Dan gue mau mengabadikan banyak hal di tempat ini, sesuatu yang mungkin nggak akan bisa di rasakan oleh merek!" Adit terkekeh pelan. "Dasar, prinsip Lo masih aja sama kagak berubah!" "Yo pasti, gue kok di lawan!" Ucap Anjar dengan bangga "Kuy lah cari tempat bagus lagi!" "Heh!" Senang Adit tiba-tiba. "Makanan Lo abisin dulu, Su!" "Ah, gue hampir lupa, s****n!" Dan setelahnya keduanya tertawa bersama, melupakan sejenak soal dunia maya dan melanjutkan acara makan mereka dengan tenang dan santai. Karena masih banyak waktu yang akan mereka habiskan di tempat ini
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN