SCENE 14 RIBET!

1028 Kata
  SCENE 14 RIBET! Pusing. Pengen pergi ke Timbuktu aja. Biar bisa menghilang di sana dan ketemu sama Donal bebek. Ribet, rumit, merepotkan. Kalau harus seperti ini, aku ingin masuk ke mesin waktunya Doraemon. Biar membawaku agar tidak bertemu Irgi. Dia sudah membuat hidupku lebih absurd daripada benang layangannya si Somat, tetangga kost. Aku kan masih kecil, enak saja mau di nikahin dan di jadiin bininya si duren. Emang dia siapa? Tapi saat ini aku juga masih galon. Itu galon satu liter yang ada di kamar kost ku. Eh enggak, sekarang aku tinggal sama Tante Agni dan Om Radit. Papa menyuruhku untuk tidur di rumah Tante cantik ku itu. Padahal jarak dari rumah Tante ke kampus lumayan jauh. Itu bagaimana coba? Di kost aja aku sering telat ke kelas, apalagi harus menempuh perjalanan dari rumahnya Tante. Papa kadang tak peka. "Aduuuhh sakit Bul. Lo ih..." Meita mengusap-usap lengannya yang habis aku cubitin. Biar sukurin. Dia juga harus merasakan rasa susahku dong. Kan dia yang mengusulkan untuk mengejar si Irgi.   "Lo juga tuh. Kenapa tenang-tenang aja? Gue korban pemaksaan sepupu loe tuh. Masa lo gak ngasih pembelaan. Bilang Ama dia kalau gue minat Ama dia itu karena tas yang loe janjiin." Aku kesal. Dan ingin becek-becek semua orang yang ada di sini. Cakep sih cakep. Tampan juga. Ganteng juga... Tapi aku gak mau nikah dulu. Meita memonyongkan bibirnya dan kini mengerjapkan matanya. "Sabar Bul. Irgi kan pernah kecewa Ama cewek tuh. Bininya ninggalin dia gitu aja. Padahal dia udah berkorban lari dari rumahnya terus kawin lari. Terus ninggalin kuliah. Gara-gara cewek gila itu. Tapi baru juga satu tahun, tuh cewek udah nyakitin Irgi. Mungkin Irgi takut Bul, loe pergi gitu." Kukunyah es batu. Aku dan Meita nongkrong di kantin. Pagi ini nunggu kelasnya Bu Widya masih sangat lama. Tadi aku sempat di antar Om Radit ke kampus. Untung papa sudah balik ke Jakarta. Tapi penderitaan ku belum berakhir. Kakakku yang ganteng itu gantiin tugas papa saat ini. Dia tiba-tiba datang dengan Kak Pel... Ke rumahnya Om Radit. Dia ngakunya sih mau honeymoon. Tapi aku yakin dia pasti di perintah papa untuk mengawasiku. Emang aku bisa apa? Papa takut selama aku nunggu dinikahin, aku dan Irgi bermesraan lagi. Dasar. Pengen aku becek-becek beneran tuh si duda. Sudah buat reputasiku jadi jelek. "Aku mau keluar aja dari kampus kalau kayak gini. Udah pasrah deh dinikahin." Aku menjerit dan melihat beberapa mahasiswa yang ada di kantin menoleh kepadaku. Tuh kan. Meita langsung melotot kepadaku dan menatap arah belakangku dan matanya melebar. Bulu kudukku juga langsung meremang menyadari ada sesuatu pasti di belakangku. Aku masih memakai headphone untuk menutupi telingaku. Padahal aku juga tak menyalakan musiknya. Dan tiba-tiba aku merasakan kepalaku di sentuh. Ada tangan hangat yang menangkup wajahku. Dan cup. Aku membelalak. Saat wajahku mendongak dan kecupan di bibir membuat semuanya gelap. Irgi kurang ajar. Lalu tanpa merasa bersalah, Irgi dengan santainya beralih dari belakangku dan kini duduk di sampingku. Gumaman orang-orang kini mulai terdengar di sekitarku. Demi apa coba? "Loe gila!" Aku mengusap bibirku dengan punggung tanganku. Tapi entah kenapa aroma mint yang kurasakan membuatku terpaku. "Sudah seharusnya kita menunjukkan kalau kita calon suami istri." Irgi mendekat ke arahku dan mulai berbisik di telingaku. Dasar. Saat aku menatap Meita, cewek bawel itu langsung menyeringai lebar. "Ah aku sudah tak sabar pengen liat kalian di pelaminan." owh dasar Meita pengkhianat. "Irgi! Kamu tidak bisa meninggalkanku begitu." Dan aku langsung membelalakkan mata mendengar suara wanita itu. Jangan bilang... Dan kurasakan lengan Irgi langsung merangkul bahuku. Saat itulah seorang wanita yang sangat cantik dan seksi kini berdiri di depan meja yang aku duduki. "Oiii udah turun gunung loe." Meita langsung membentak ke arah wanita itu. Dan aku bisa mengerti alasan Irgi tadi menciumku di depan umum. Pasti karena wanita cantik ini. "Gue gak ngomong sama Lo." Aku mengernyit mendengar bentakannya ke arah Meita. Tapi kemudian melihat wanita itu menatap ke arah Irgi lalu beralih ke arahku. "Loe tega. Kita belum bercerai kenapa loe udah gandeng cewek lain?"   Deg Jantungku langsung berdegup kencang mengetahui fakta ini. Jadi ini mantan istrinya Irgi? Bakalan seru nanti jadinya. Aku selalu menyukai adrenalinku yang terpacu kalau melihat adegan seperti ini. Irgi langsung memakai kaca mata hitamnya yang sejak tadi ada di atas kepalanya. Seperti tak peduli dan langsung menarik ku untuk beranjak dari kursi. Tentu saja aku menurut. Toh aku juga ingin melihat reaksi wanita di depanku ini. Meita sudah berdiri dan langsung mendorong wanita itu untuk menyingkir ke samping. "Udah deh. Kita tinggalin aja sampah ini." Meita langsung melangkah pergi, dan Irgi juga langsung menarikku untuk meninggalkan wanita cantik itu yang kini terlihat meradang. Tangan Irgi kini memeluk erat pinggangku. "Kamu tak bisa begitu. Irgi!" Aku menahan nafas lagi saat mendengar teriakan cempreng itu. Tentu saja orang yang ada di sini langsung menonton kami. Haduh, drama Queen banget ini. Irgi menghentikan langkahnya saat Wanita itu menghadang kami. "Kamu temuin pengacaraku. Semuanya sudah di urus. Kita sudah bercerai satu Minggu setelah kamu pergi dengan pria lain. Dan setelah itu urusan kita selesai." Irgi mengibaskan tangannya ke udara dan langsung menarik ku untuk pergi. Tapi wanita itu langsung menatapku dengan sinis. "Cuma bocah ingusan begini. Kamu benar-benar tidak bisa berpikir jernih Irgi. Aku minta maaf karena saat itu aku..." Wanita itu memperlihatkan wajah ingin menangis. Dan aku hanya memutar bola mataku. Bosan. "Aku masih mencintaimu Irgi. Kita perbaiki lagi." Tuh kan. Lagu lama. Kenapa dia pergi dulu, kalau akhirnya minta balik lagi. Dasar ribet. Dan kurasakan tubuh Irgi menegang. Apakah masih ada efek saat wanita itu mengatakan hal itu. Aku tahu Irgi mencintainya dulu. Tapi sekarang? Dan saat aku menoleh sekilas kepada Irgi. Pria itu tengah menoleh kepadaku juga. Aku tak bisa menatap matanya karena dia memakai kacamata hitam. "Aku sudah menemukan wanita yang aku cintai." Kembali mataku membelalak lebar. Dan Irgi sepertinya masih menatapku karena wajahnya menoleh kepadaku. Dan ucapan itu di katakan dengan lantang karena aku mendengar gumaman lagi. Lalu Irgi kembali menoleh ke depan. Membuat wanita itu pucat pasi. Dan air mata langsung mengalir membasahi wajahnya yang cantik."Kamu jahat.!" Lalu hanya dengan begitu wanita itu berbalik dan berlari meninggalkan kami. Tapi aku masih belum kembali ke dunia yang kupijak. Karena ucapan Irgi yang ....ah kenapa jadi ribet begini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN