Semua orang yang ada di sekitar Agras berusaha menyembunyikan tentang reinkarnasi itu termasuk para dewan dan orang-orang yang ada di Lumiren, karena jika lebih banyak yang tahu apalagi mereka dari penyihir hitam serta iblis maka hal buruk pasti akan terjadi. Rakyat umum tak perlu di beritahu tentang hal itu karena mereka akan membuat kegaduhan.
Namun, sepertinya hal itu tak akan berlaku lagi kini, setelah sang raja mendengar beritahu langsung tentang kelahiran sang pahlawan itu. Seolah itu sesuatu hal yang harus di ketahui semua orang, hingga sang raja menginginkan membuat sebuah festival perayaan, di mana Valgava di pilih langsung untuk menjadi perantara kedamaian dunia.
Pada malam itu setelah raja dan para senatnya telah melakukan pesta pora yang ia anggap sebagai perayaan rasa syukur, seseorang datang padanya dengan membawa kabar gembira. Saat itu sang raja tengah mabuk karena meneguk banyak sekali alkohol, ia terkapar di singgahsananya.
Perutnya yang besar menggelembung seperti balon air, lelehan air liur serta bau busuk dari bekas muntahan di pakaian mahalnya menjadi noda yang begitu menyengat. Seorang pengawal datang dan membangunkannya, awalnya ia menolak dan berusaha menendang pengawal itu, tapi kemudian si pengawal berbisik pelan dengan mengatakan bahwa sang reinkarnasi terlahir dari Valgava.
“Bocah itu anak dari seorang pandai besi dan petani,” bisik pengawal itu tepat di teling sang raja yang setengah sadar.
“Anak Valgava?” tanya sang raja, sesekali ia cegukan. Bau mulutnya seperti campuran telur busuk dan belerang.
Sang pengawal belum sempat menjawab, ia mencoba menahan napasnya, jika ia hirup lebih lama maka jika tidak pingsan ia bisa saja muntah di sana. Untung saat ini rajanya setengah sadar jadi tak sempat melakukan apapun padanya.
“Iya, sekarang ia di Lumiren untuk melatih sihir dan kekuatannya,” ujar sang pengawal.
Medengar hal itu sang raja tiba-tiba saja bangkit dari setengah baringnya dan berdiri seolah ia sadar sepenuhnya.
“KITA BUAT PESTA PERAYAAN UNTUK MENYAMBUT REINKARNASI PAHLAWAN!!” Teriak sang raja pada semua orang yang ada di pesta itu. Setelah itu ia Kembali menundukkan dan berbisik pada si pengawal. “Minta pajak dari para rakyat untuk membuat perayaan dan pesta itu, bilang ini untuk perdamaian dunia.”
Si pengawal mengangguk mendengar hal itu. Setelah itu ia mundur dan ke;luar dari ruangan itu, mengatakan pada pengawal lainnya seperti yang sang raja perintahkan. Kemudian berita itu pun menyebar dengan cepat di seluruh ibukota dan juga kota-kota lainnya. Bukan rasa Bahagia yang rakyat dapatkan karena lahirnya Kembali sang penguasa perdamaian, tapi rasa sedikit karena mereka harus mengeluarkan uang lagi dengan dalih perayaan penyambutan sang pahlawan.
Entah sudah pajak keberapa yang mereka bayar dalam waktu dekat ini, mereka yang miskin semakin miskin karena biaya pajak cukup mahal jika dibandingkan dengan biaya makan mereka dalam satu pekan. Mereka tertekan dengan adanya masalah yang cukup pelik itu, tapi mereka sebagai rakyat biasa tak bisa melakukan apapun selain menerima keadaaan.
Valgava tidak lagi seperti dulu, semenjak raja baru yang memimpin sekitar sepuluh tahun itu. Dulu setelah perebutan kekuasaan antar bangsawan yang mengakibatkan Rakan menghancurkan Tron dan Loth, Valgava dipimpin seorang raja yang arif serta bijaksana dari bangsawan tingkat tiga, meskipun konflik perebutan kekuasaan masih terus ada, tapi bisa diminimalisir dan lambat laut menghilang.
Setelah 20 tahun memimpin sang raja pun mangkat karena usia yang sudah tua. Perebutan kekuasaan Kembali terjadi saat dua anak sang raja menginginkan takhta yang sama, seharusnya kekuasaan jatuh ketangan anak pertama sebagai pangeran mahkota tapi pangeran kedua juga menginginkan hal itu, terjadilah perang saudara yang menewaskan banyak sekali prajurit, hingga keduanya sama-sama tewas dan kekuasaan pindah Kembali pada paman keduanya. Adik raja sebelumnya.
Di masa kepemimpinan itu hal baik terus terjadi, Valgava menjadi negeri yang Makmur dan adidaya, bahkan negeri-negeri lain di Earthonius mengakui hal itu. Selain di kenal sebagai negeri kaya, Valgava juga dikenal karena banyaknya penyihir pelindung di sana, maka tak heran negeri itu begitu aman.
Sepuluh tahun lalu sang raja mangkat Kembali dan kekuasaan pun turun ke tangan anak pertamanya sebagai pangeran mahkota. Di tangan raja itu lah Valgava mengalami kemunduran, pajak naik terus setiap waktunya tak mengenal hari, hingga rakyat merasa tertekan dan tercekik.
Raja yang baru itu terlalu serakah, ia terus mengatakan bahwa pengambilan pajak itu di lakukan agar rakyat Makmur, ia tak pernah melihat Kembali apa yang sudah ia lakukan dan perbuat ia merasa bahwa semuanya baik-baik saja, padahal dari caranya membuat kebiijakan saja sudah tak masuk akal.
Setelah berita tentang perayaan itu menyebar keseluruh kota hingga terdengar telinga Zaheer, ia pun terkejut karena selama ini ia berusaha menyembunyikan apa yang terjadi pada cucunya, tapi Raja yang dibencinya itu melakukan hal yang cukup bodoh yang mungkin saja bisa membahayakan banyak nyawa.
“Lihat ini,” ujar Zaheer pada Luis dan Vina sambil memberikan selembaran yang diberikan salah satu bawahannya, itu selebaran yang dihamburkan di seluruh negeri.
Luis dan Vina melihat hal itu, air muka berubah bingung dan juga terkejut dengan apa yang ada di depan mereka kini.
“Apa maksudnya ini?” tanya Vina bingung.
“Rajamu membuat pesta bodoh tentang perayaan itu, ia pikir itu baik untuk dunia,” kata Zaheer merungut ia kesal, itu alasan ia tak pernah mau berurusan dengan orang-orang dari kerjaan bahkan ibukota. “Sekarang semua orang akan tahu bahwa Agras adalah reinkarnasi, nasib kita akan di ujung tanduk.”
Luis dan Vina mulai menyadari hal itu, mereka kini hanya harus bersiap, hidup dalam ketakutan serta kebingungan karena akan banyak orang-orang jahat yang datang pada mereka sekedar ingin membuat Agras datang. Ancaman datang dari kerajaan yang membuat kedaan malah semakin kacau, bukannya membuat semuanya tenang.
Vina yang malah ketakutan jika terjadi hal buruk pada anaknya di Lumiren sana, sudah berbulan-bulan lamanya ia tak bertemu dengan Agras meskipun sang ayah sudah mengatakan padanya bahwa Agras di sana baik-baik saja, tapi hal itu tetap saja tak membuat perasaan Vina berubah dengan cepat. Sebagai seorang ibu wajar saja Vina ketakutan karena selama ini ia yang melahirkan, mengurus dan membesarkannya.
Bahkan Ketika Agras tersambar petir sekitar hampir tiga tahun lalu, Vina menangis terus menerus, ia belum siap kehilangan anaknya satu-satunya itu, apalagi Agras yang membuat Luis merubah sifatnya dari yang dulunya suka berjudi menjadi tak melakukannya lagi. Namun, ia bersyukur bahwa Agras Kembali sadarkan diri dan membuat keadaan tenang.
Kabar tentang perayaan itu bukan hanya diketahui oleh Zaheer dan Vina, tapi juga dengan cepat sampai ketelingan para penduduk Lumiren. Laika memberitahu hal itu pada Destron yang membuat Destron langsung marah, meskipun tak terucap dari mulutnya tapi dari air mukanya terlihat sangat jelas sekali. Ia dengan para penyihir dan anggota dewan sudah berusaha menyimpan rahasia itu dengan rapat tapi raja konyol itu malah melakukan hal bodoh.
Kebencian tentang raja yang tak bisa melakukan apapapun selain mabok dan makan itu bukan hanya dimiliki penduduk Kasota tapi sudah mendarah daging bagi rakyat Lumiren, bahkan sejak raja-raja sebelumnya yang mereka anggap tak bisa melakukan apapun dan tak bisa merubah Valvaga menjadi lebih baik.
Kini raja gembul itu malah membuat semua orang tahu bahwa Agras adalah seorang reinkarnasi pahlawan, wajahnya sudah terpampang disetiap lembaran tertempel disetiap dinding-dinding kota dan desa, pepohonan serta tembok pun ada wajahnya. Destron sangat kesal dan marah tapi ia tak ingin membuat masalah dengan keluarga kerajaan.
“Laika, kau datang ke perayaan itu dan buatlah keonaraan bersama dengan penyihir yang lain. Kalau bisa hancurkan semuanya,” ujar Destron memberi perintah pada Laika. Laika mengerti kemudian mengangguk. “Dan jangan sampai mereka tahu siapa kalian.”
Setelah itu Laika berlalu pergi dari sana, meninggalkan ruangan Destron. Ia kemudian memberitahu apa yang dikatakan Destron, beberapa puluh orang sudah ia persiapkan untuk menghancurkan perayaan penuh kegilaan itu.
Dengan sihir dan kekuatan, mereka terbang melintasi langit sebagian ada yang langsung menggunakan sihir perpindahan tempat. Perayaan akan dilakukan menjelang sore kemudian di akhiri dengan dengan pesta kembang api di malam hari. Sebelum acara inti itu mereka harus sudah sampai, membuat gaduh dan menghancurkan semuanya.
Beberapa penyihir cukup senang saat diperintahkan untuk melakukan hal itu karena sejak dulu mereka sudah sangat membenci kerajaan, bukan ingin melakukan kudeta atau politik tapi lebih pada sifat kemanusian. Mereka beranggapan bahwa istana tak memberi hak sebenarnay pada rakyatnya sedangkan rakyatnya terus saja membayar pajak seperti yang diminta yang setiap saat naik.
Saat rombongan itu pergi menuju Tron, Agras yang berlatih dengan Prata melihatnya, dan sesekali bertanya tentang kemana perginya rombongan itu.
“Mungkin mereka sedang melakukan pawai,” ujar Prata asal-asalan.
“Pawai apa? Kenapa aku tak diberitahu? Padahal aku kan seorang penyihir juga di sini,” tanya Agras pada Prata. Seharusnya jika ada pawai ia bisa diajak dan ikut memeriahkan, ia bisa bernyanyi dan memberi semangat seperti yang sering ia lakukan dulu saat sekolahnya mengikuti pawai baik hari-hari nasional maupun kegiatan sekolah untuk menarik minat masyarakat umum.
Tak berapa rombongan penyihir dari Lumiren di ketua Liaka itu pun sampai di Tron, mereka berbaur dengan para rakyat lain yang bersiap dengan perayaan itu. Perayaan yang dipersiapkan sang raja begitu megah dan mewah, seolah ia menggunakan semua uang yang ada untuk perayaan itu, Laika yang melihatnya sedikit sebal mungkin Destron juga akan melakukan hal yang sama.
Para penyihir itu menyebar satu persatu agar tak mencurigakan, mereka sudah menyusun rencana agar para penjaga istana tak menyadari kehadiran mereka, sebagian penyihir Lumiren bisa menghilangkan hawa sihirnya jika itu memang dibutuhkan. Dengan begitu orang lain tak menyadari bahwa mereka adalah seorang penyihir.
Laika mengatakan bahwa rencana mereka akan dimulai saat sang raja hendak melakukan sambutan pembukaan acara itu, meskipun mereka tahu bahwa itu bisa saja menarik perhatian para pengawal kerajaan, tapi mereka sengaja melakukan itu agra kegaduhan terjadi begitu menengangkan, bahkan kalau bisa membunuh raja pun tak apa. Sebenarnya itu pikiran Destron karena sudah begitu kesal dengan sang raja.
Hampir menjelang sore, kegiatan inti itu dan sambutan perayaan itu pun dimulai. Raja sudah datang dan naik keatas mimbar yang disediakan, perut menggelembungnya menonjol dan memperlihatkan bahwa ia orang kaya, semua orang yang ada di sana memperlihatkan karena itu paksaan dari para pengawal.
Raja berbicara begitu keras tentang sesuatu hal yang tak jelas, selain membicarakan apa yang sudah ia lakukan pada kerajaan dan seolah memamerkan apa yang ia punya selama ini termasuk pakaian mahal yang ia gunakan, jelas sekali bahwa ia sedang menyombongkan diri. Rakyat yang berada di sana ingin sekali pergi tapi tak bisa.
Laika memberi aba-aba untuk memulai membuat kekacaun, dari ujung keujung sudah mulai sadar dan membuat keributan dengan membakar beberapa tempat. Kebakaran menyebar dengan cepat di sana, membuat semua orang ribut dan kemudian berhamburan, begitu juga raja yang buru-buru turun hingga membuatnya jatuh dan tersungkur di tanah karena panik.