9. Asking I

1012 Kata
Mereka berdua-Sanka dan Randra- merasa bingung, siapa itu Profesor Jula? Pikir mereka. "Saki." panggil Sanka. "Ya, ada apa?" "Siapa itu Profesor Jula?" "Kalian tidak akan percaya, percayalah." Saki menjawab dengan senyuman miringnya. Sanka dan Randra saling pandang, menggerakkan kepala menyuruh salah satu untuk bertanya lebih lanjut. "Ya, whatever. Siapa Profesor yang kau maksud?" tanya Sanka mengalah pada Randra. Saki kembali tersenyum miring, "Tetangga baruku." jawab Saki. Sesuai dugaan Saki, kedua kawannya terkejut. Mereka memegang bagian d**a di tubuh robot mereka, dengan mata yang melotot. "What? Itu sungguh mengejutkan." ujar Sanka dengan nada remehnya. "Ya kawan. Kau pasti bercanda." sahut Randra sama tidak percaya. "Tidak-tidak, aku tidak bercanda. Kalian tahu, kemarin-" "Ssst, Saki, kau sendiri yang membuat kita tertawa dan meremehkan tetangga barumu itu 'kan? Lantas, kenapa sekarang kau malah menyebut dia adalah seorang profesor?!" ucapan Saki terpotong kala Sanka menyela dengan nada kesalnya. Saki mengerjap, dirinya tahu kalau dirinya sudah menjudge M-Robot tua itu dengan tidak tahu apa-apa. "Tapi, hei! Aku serius, dia, M-Robot yang kita sebut sombong ternyata ramah sekali. Ok, mungkin kalian tidak akan percaya jika tidak kalian sendiri yang melihatnya." terang Saki kepada kedua kawannya yang masih saling memberi kode-apakah mereka harus percaya atau tidak. "Baik. Ayo kita ke rumah profesor itu, lalu kita bertanya, apa makna buku ini. Begitu 'kan rencananya?" ucap Sanka akhirnya. "Ya." *** Mereka bertiga sudah berada di depan pagar rumah sang profesor. Saki dengan cepat menekan bel yang melekat di dinding bercat putih itu. Seperti awal, gerbang terbuka sendiri menandakan mereka boleh masuk. Saki melangkah paling pertama, dia mempercepat langkahnya menuju pintu yang sudah terbuka lebar. Sedang Randra melihat ke belakang, ke arah gerbang yang sudah tertutup rapat kembali. Saki melangkah sambil membuka jaket kulitnya, dia menaruh buku itu di atas meja bundar yang tersedia di ruang tamu milik profesor. Kini Saki hanya memakai kaos singlet polosnya, hingga menampilkan kulit eksotis nan berotot yang terlihat menggoda para F-Robot manapun. "Profesor, saya ingin bertanya." ucap Saki berdiri berjajar dengan kedua kawannya di balik meja bundar itu. Profesor Jula yang sedang duduk di kursi, memutar kursi itu hingga kini mereka berempat saling berhadapan. Profesor Jula menaruh menaruh kedua lengannya di atas meja sambil menopang dagunya. Lagi-lagi, Profesor Jula mengangkat sebelah alisnya yang membuat Sanka dan Randra sama terheran dengan Saki ketika melihat hal itu pertama kalinya. "W-what? Bagaimana bisa kau mengangkat alis itu?" tanya Randra. Profesor Jula tersenyum tipis, "Kau akan tahu nanti, kalian akan tahu." ucap Profesor Jula menatap mereka satu persatu. "Balik ke pertanyaan tadi, mau bertanya apa?" lanjutnya. Saki menatap Profesor Jula selama beberapa detik, sebelum ia menyodorkan buku usang itu ke hadapan sang profesor. "Buku apa itu?" tanya Saki ketika Prof. Jula meneliti buku tersebut. Mereka bertiga menunggu respon sang profesor, telah beberapa menit Prof. Jula membolak-balik buku usang itu. Terutama Saki, dia amat penasaran perihal buku apa itu. Profesor Jula menghela napas, melipat bibirnya lalu melempar buku itu ke hadapan Saki. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi, menyedekapkan lengannya di atas d**a. "Buku apa ini?" Saki bertanya kembali sambil mengangkat buku usang itu di depan wajahnya. Profesor Jula terlihat menarik napas sejenak, "Dari mana kau mendapatkan buku itu?" Prof. Jula balik bertanya masih dengan lengan yang disedekapkan. Saki mengerjap, sebelum ia menjawab pertanyaan Profesor yang ada di hadapannya itu. "Ku temukan ketika ledakan kemarin." balas Saki. "Buku itu terlempar dari lantai dua, dari jendela." lanjut Saki menjawab. Profesor Jula menggaruk alis kanannya pelan. Dia mengusap dagunya sebelum berdecak dengan kencang. "Itu bukan apa-apa." ujar Profesor Jula menyenderkan tubuhnya ke kursi kembali. "Prof!!" Saki berseru, kedua kawannya tersentak. "Jangan bergurau!" Saki membasahi bibir bawahnya. "Kau, beberapa menit, kau membolak-balik buku ini. Lalu, sekarang kau malah berbicara omong kosong!" Saki berseru kembali. Dia percaya bahwa M-Robot yang ada di hadapannya itu mengetahui apa sebenarnya buku yang sedang ia pegang saat ini. Profesor Jula membuang napas dengan keras, dia terlihat mengusap kedua matanya berkali-kali. "Saya, membolak-balik buku itu, untuk mengetahui apakah saya tahu buku itu atau tidak! Paham?!" Profesor Jula berbicara sambil terus menunjuk buku usang yang sudah tergeletak di atas meja. "Bukan berarti saya tahu, apa atau makna dari buku tersebut! Paham?!" seru Profesor Jula. "Tapi Prof-" "Tidak ada tapi-tapian. Sekarang, kalian semua keluar dari sini sekarang juga!" ucapan Saki terpotong sebab Profesor Jula kembali berseru. Meneriaki mereka untuk segera keluar dari rumahnya. "Tapi-" "Keluar!!!" kali ini, Profesor Jula terlihat marah sekali. Hal itu membuat Saki tambah yakin, kalau Profesor Jula mengetahui sesuatu tentang buku itu. Saki melihat kedua kawannya, ia mengangguk, memberi kode kalau mereka harus segera keluar. Saki dan kedua kawannya berjalan cepat menuju pintu besar yang telah terbuka lebar. Mereka tersentak kala pintu itu tertutup dengan kencang ketika mereka sudah berada di luar rumah. Mereka berpandangan, berlari kencang ke arah gerbang yang lagi-lagi sudah terbuka lebar seakan menyuruh mereka untuk bergegas keluar. Blaam Suara pintu gerbang yang tertutup kencang sungguh membuat alat pendengaran mereka seakan berhenti berfungsi. Mereka berjalan ke rumah Saki dengan kuping yang senantiasa mereka gosok kencang. "Pak tua itu, memang tidak punya perasaan. Telingaku seakan akan meledak ketika gerbang itu tertutup." gerutu Randra masih dengan kuping nya ia gosok. "Calm down, dia tidak semengesalkan itu." sahut Saki. "Tch! Apakah kau tidak mengingatnya? Kau yang pertama yang mengatakan kalau ia adalah M-Robot yang mengesalkan. Kau lupa?" tanya Randra kembali dengan nada kesalnya. "Sst, sudah. Jangan berdebat. Dan, omong-omong Saki, kulihat M-Robot itu-" "Profesor." Saki menyela ucapan Sanka. "Aah, iya, profesor itu terlihat seperti mengetahui sesuatu mengenai buku itu." ucap Sanka mengarahkan pandangannya ke arah buku yang senantiasa Saki pegang. "Ku kira hanya aku saja yang sadar, ternyata kau juga Sanka." bukan Saki yang membalas, melainkan Randra yang sudah tidak menggosok kupingnya lagi. "Hmm, aku juga merasa seperti itu. Tapi kenapa, Profesor Jula tidak mengatakan yang sebenarnya saja." ucap Saki dengan geram. "Entah, lagi pula Saki, kita berdua tidak sepenasaran dirimu. Yah, kau ingat, kita tidak diprogram memiliki tingkat penasaran setinggi dirimu, 'kan?" ujar Sanka kepada Saki. "Yah, kau benar. Tapi, kalian akan terus mencari tahu 'kan? Tentu denganku." "Ya Saki, kita akan selalu membantumu." ucap Randra disahuti perkataan 'iya' oleh Sanka. Saki tersenyum menatap kedua kawan baiknya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN