14. Popularity

997 Kata
Bukan seperti dugaan Saki. Saki pikir, mereka--Sanka dan Randra-- akan terkejut sama seperti dirinya begitu tahu jika Profesor Jula adalah makhluk lain. Yang bahkan tidak diketahui, makhluk apa itu. Tapi, sekarang, kedua kawannya ini malah tertawa keras. Seakan menertawakan kebodohan Saki. "Hei, hahahaha .... tadi apa kau bilang?" tanya Randra dengan terpotong-potong sebab tidak bisa menghentikan tawanya itu. "Hahaha, manu, manu apa tadi kau bilang?" sahut Sanka ikut menertawakan Saki. "Shut up!! Diam! Hentikan tawa kalian!!" seru Saki marah. Saat itu juga, tawa Sanka dan Randra terhenti. Mereka tidak salah dengar bukan, Saki, kawannya ini berseru dengan intonasi yang baru mereka dengar. "A-apa, apa itu tadi?" tanya Sanka serius. Saki bergumam, dirinya juga tidak tahu. Tadi itu tak terkendali. Bukan dirinya yang mau berteriak. "Saki, itu .... bukan seperti biasa. Itu berbeda." ujar Randra menatap Saki lekat. "Aku, aku juga tidak tahu. Itu bukan aku yang melakukan. Hal itu terjadi begitu saja tanpa kendaliku." ucap Saki dengan jujur. "Kau bercanda? Itu ti-" "Tidak! Aku tidak bercanda!" ucapan Sanka harus terpotong, kala Saki kembali berseru. "Hal tadi, itu berbeda dengan yang barusan kau lakukan. Apa itu sebenarnya Saki?" tanya kedua kawannya heran. Saki membuka mulutnya, hendak berbicara. Lalu, ia malah mengatupkan kembali mulutnya. Sungguh, dirinya juga tidak tahu menahu mengenai hal ini. Saki ingat. Perasaan ini sama persis dengan waktu itu. Ketika ayahnya mengobrol dengan Saki, lalu sang ayah tiba-tiba membicarakan tentang kematiannya. Saat itu, Saki merasakan perasaan yang sama dengan yang sekarang. Malah, Saki rasa, perasaan waktu itu ketika bersama sang ayah, lebih mendominasi daripada yang sekarang. "Apa itu sebenarnya?" tanya Saki pelan kepada dirinya sendiri. "Bagaimana jika, kita bicarakan itu nanti." keheningan itu terpecah ketika Sanka berbicara. "Kita lanjutkan dulu saja tentang Profesor Jula, yang kau bilang adalah sebuah manu, manu apa Saki?" lanjut Sanka. Randra bergumam mengiyakan, setuju dengan usulan Sanka. "Manusia, bodoh!" seru Saki. "Aah, ya, manusia. Tapi, apa itu manusia?" tanya Randra. "Aku juga tidak tahu." "Mungkin itu adalah terobosan terbaru dari pemerintah. Sama seperti kita, manusia itu robot. Tetapi, lebih dan lebih canggih dan bagus daripada robot seperti kita. Benar 'kan?" Sanka berujar, memberikan dugaannya kepada kedua kawannya itu. Randra menepukkan kedua telapak tangannya sekali, mengalihkan atensi mereka berdua. "Itu mungkin saja. Bagaimana, jika kita cari tahu langsung ke Profesornya?" "Boleh juga, ayo, berangkat sekarang!" seru Sanka yang diangguki kedua kawannya. Saki, Sanka, dan Randrapun bergegas keluar. Mereka tidak lewat pintu depan rumah Randra. Melainkan, melewati balkon kamar Randra. Lalu, mereka melompat dari atas dengan SWG yang sudah diaktifkan. *** Di atas, ketiga kawan ini sedang melakukan terbang memutar. Saling menambah kecepatan, berniat melakukan lomba dadakan. Siapa yang paling lama sampai, dia yang akan mentraktir semua minuman dan makanan yang akan dipesan nanti di cafe Baiwin. "Saki!" "s**t!!" Hampir saja Saki menabrak sebuah M-Robot muda yang tiba-tiba memblokir laju terbangnya. Saki yang terkejut setengah mati, malah mengumpat dengan tidak sengaja. "Apa-apaan kau?! Cari mati, hah?!" tanya Saki tidak santai. Dirinya merasa, sekarang, dadanya berdegup dengan sangat kencang. Dan itu sangat menyakitkan. "Siapa kau? Kenapa tiba-tiba melakukan hal seperti tadi? Bukankah kau tahu, itu adegan yang berbahaya!" Sanka ikut membentak M-Robot muda itu. "Aah, maaf semua. Aku tidak bermaksud untuk mengejutkan Saki." M-Robot muda itu, dengan tampang bersalah mengusap rambut belakangnya dengan pelan. "Hem, tidak apa. Tetapi, memangnya ada perlu apa?" tanya Saki dengan tangan yang sengaja ia sedekapkan. "Itu, aku hanya mau mengajak kalian untuk ikut kita." M-Robot itu terlihat meminggirkan badannya. Ternyata, di bawah sana, banyak M-Robot dan F-Robot yang sedang menatap mereka semua. Tak elak, ada beberapa robot yang melambai pada ketiga kawan itu. "Bermain bola basket, huh?" tanya Sanka melihat di bawah adalah sebuah lapangan basket. "Ya, aku sudah mengajak kau tadi malam bukan?" balas M-Robot muda berambut biru gelap itu. "Huh ... Aku ingat itu. Tapi, aku dan kedua kawanku, kami sekarang ada urusan." balas Saki melirik Sanka dan Randra. "Ya 'kan?" lanjut Saki bertanya pada kedua kawannya itu. "Hmm." Randra bergumam dengan jari tengah yang sedang mengusap-usap dagunya. "Bagaimana, jika kita bermain sebentar?" tanya Randra memberi usulan. "Yah, itu terserah kalian. Aku akan ikut." ujar Saki menatap Sanka--meminta pendapat teman yang satu itu. "Oke juga. Lagipula, ini sudah beberapa hari kita tidak bermain, bukan?" Sanka yang dilihat Saki pun akhirnya turut berbicara. "Baik, semuanya setuju 'kan?" tanya M-Robot muda berambut biru gelap itu. Dia terlihat mengacungkan mengacungkan ibu jarinya ke arah kawan-kawannya yang berada di bawah. Setelah itu, terdengar sorakan dari bawah. Mereka sangat menyambut kedatangan Saki dan kedua kawannya itu. Terutama Saki, sebab dia terkenal sekali diantara kalangan para robot muda. Mungkin, jika Saki mencoba sekali saja terjun ke dunia permodelan, Saki saat itu juga akan langsung sukses. Dirinya memang sangat seterkenal itu. Entah karena apa, tapi dugaan Saki, mungkin itu karena tampangnya. Atau mungkin, karena ayahnya atau pengetahuannya yang lebih banyak daripada para robot muda lainnya. Entahlah, Saki dan kedua kawannya itu benar-benar tak tahu, apa penyebab mereka menjadi terkenal dari sejak dulu. "Ini kesempatan yang sangat WAH. Sebuah robot, dan itu Saki, dia bermain dengan kita. Hahaha!" seru salah satu robot yang ada di sana. Seruan itu pula, menyebabkan terjadinya kericuhan para robot muda yang ada di sana. Saki memandang kedua kawannya. Sanka maupun Randra juga balik saling melirik. Mereka tidak tahu, ternyata akan seperti ini suasananya. Dari dulu, memang mereka berusaha menghindar dari perkumpulan para robot muda. Bukan karena mereka yang dikucilkan atau apalah itu. Tapi, sebab mereka tak mau kejadian seperti ini akan terjadi lagi. Dulu, pernah satu kali Saki dan kedua kawannya menghampiri para robot muda yang sedang bermain di lapangan bola tenis. Dan kejadiannya, hampir sama dengan yang sekarang ini. Tetapi, kalau dipikir kembali, kejadian dulu itu malah lebih parah dari yang sekarang. Sebab, para robot muda itu malah semakin membludak. Teman dari teman-temannya para robot muda yang ada di sana bergegas menghubungi para robot muda yang lain. Tentu, mereka yang ingin menemui Saki, Sanka, dan Randra secara langsung bergegas menunda pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Lalu dengan cepat, terbang menuju lapangan tenis yang sudah berubah menjadi lapangan para robot.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN