4. A Book

1003 Kata
"MINGGIR SEMUANYA!! MINGGIR!!" Seruan itu terdengar menggelegar. Terlihat banyak sekali mobil pemadam kebakaran berhenti di halaman perumahan itu. Tidak ada yang memberitahu petugas kebakaran mengenai kebakaran yang terjadi sekarang. Disetiap perumahan, sudah ada alat yang disebut sudden danger, alat tersebut akan mengirimkan sinyal kepada para petugas yang dibutuhkan untuk segera datang dan membantu. Para damkar segera berlari, mereka dengan tergesa mengaktifkan asisten memori, lalu serempak mereka mengucap. "TALL FEET!!" Mereka langsung melambung tinggi. Tiba-tiba kaki mereka berubah menjadi panjang. Mereka juga membesarkan kedua lengan, mengaktifkan APARnya masing-masing. Air mengalir begitu deras dari tangan para damkar. Mereka berdiri seimbang walau dengan kaki yang menjulang tinggi. "SETENGAH BAWAH, SETENGAH ATAS!! CEPAT SESUAIKAN!!" Teriakan perintah lagi-lagi terdengar lantang. Para damkar lantas mengangguk, menyesuaikan posisi yang pas. Setelah beberapa saat, api mulai terlihat mengecil. Para damkar masih berdiri tegap menjulurkan tangannya ke depan-kearah api yang masih menyala. "Huh, akhirnya selesai juga." ucap Saki mengelap kulit dahinya yang berkeringat. "Hh, iya. Syukurlah." Sanka menghela lega, dirinya masih syok melihat kobaran api yang lumayan besar untuk pertama kalinya. Saki mengedar pandangan, melihat para robot sudah kembali ke tempatnya masing-masing. Termasuk Randra, yang kini melangkah menuju rumah bernomor 176. "Randra! Oi, tunggu!!" teriak Sanka menggelegar. Dia berlari menuju Randra setelah sebelumnya menepuk pundak Saki. Saki hanya melihat, tak berniat menghampiri kedua temannya sekarang. Dirinya lebih tertarik kesebuah benda yang berada disaku celananya. "Hmm, aku lihat sekarang, atau nanti?" gumam Saki bertanya kepada dirinya sendiri. "Ku simpan sebentar di rumah, lalu kembali kesini lagi, atau bagaimana ya?" lanjutnya masih merasa bingung. "Hem, ku simpan saja dulu di rumah." lanjut Saki masih bermonolog. Saki mengaktifkan ME-nya, lalu menggunakan SWG untuk menuju rumahnya. Saki memulai laju kendaraan, dia melayang tinggi di atas langit sekarang. Saki memicing, dia memperbesar penglihatannya. Terlihat, mata Saki yang berwarna hitam legam membesar. Pupil matanya yang berpinggiran berwarna putih mengerling kesana-kemari, SHADOW MEMORY-nya dengan otomatis mencari tahu, siapa yang dimaksud oleh penglihatan tuannya itu. Saki tersentak, dia ingat sekarang. Itu si M-Robot tua nan galak yang tinggal di sebelah rumahnya. Shit! Saki baru menyadari, bahwa memorinya menganggap tetangga barunya itu tidaklah penting untuk dimasukkan ke dalam IMPORTANT MEMORY. Saka tertawa dalam pikirannya. "I'm sorry, sir. Aku tidak sengaja membuat pikiran bahwa kau sama sekali tidak penting. Haha, aku sungguh menyesal." gumam Saki dengan nada guraunya. Dirinya sekarang masih dalam posisi tadi. Melihat tetangga barunya tersebut yang perlahan menghilang dari pandangan bersama helikopter yang ditumpanginya juga. Saki mendengus geli, masih terhibur dengan Shadow Memory-nya. Setelahnya, Saki kembali melanjutkan laju SWG, menuju rumah, menyimpan buku usang aneh tadi, lalu kembali melanjutkan pesta dengan kawan-kawannya. Rumahnya sudah terlihat. Dia memelankan laju SWG, lalu perlahan mendarat di atas tanah depan teras rumahnya. "Saki." panggilan dari sang ayah menginterupsi langkah Saki. Dia menoleh, mendapati ayahnya sedang duduk di ruang tamu. "Ya. Ada apa yah?" tanya Saki sembari melangkah menuju kursi sebelah ayahnya duduk. "Kau ingat 'kan?" tanya ayah Saki. "Hem, ingat apa?" Saki mendengus pelan, pikirannya sedang menjelajah Important Memory-nya. Dia terlihat mengingat, sedang ayah Saka menyeruput pelan brown oil yang sudah berembun di pinggiran gelasnya. "Ah, ya! Saki ingat. Besok janji temunya bukan?"Saki sedikit menggebrak meja di depan. Dia terlihat antusias setelah mengingat apa yang dimaksud ayahnya itu. "Ya. Besok jam sepuluh pagi, ayah mau kau sudah rapih dan duduk di sini, paham?" "Ya, ayah." jawab Saki. Dia beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar yang berada di lantai dua. *** Kini Saki berada di kamarnya. Dia sedang duduk di atas kasur bermotif belang. Saki terlihat membolak-balik buku usang dan aneh tersebut. Dirinya sangat penasaran dengan buku yang diambil dari ledakan tadi. "s**t! Sebenarnya buku apa ini?!" sentak Saki melempar buku tersebut ke samping kasur nya. Saki menoleh, raut mukanya terlihat sedang menahan kesal. Dia kesal kepada buku usang dan aneh tersebut. Saki mengumpat didalam pikiran, mengapa pula ayahnya memprogram dirinya mempunyai rasa penasaran yang amat tinggi, dia merasa tersiksa ketika tidak tahu jawabannya, pikir Saki menggerutu. Saki kembali beranjak, menghampiri buku yang tadi ia lempar. Menjongkokkan badannya, Saki memungut buku itu kembali. "Kenapa kau harus tersobek begini?? Seharusnya, halamanmu utuh! Supaya aku bisa membaca semuanya tanpa rasa penasaran yang menyerang." Saki berbicara dengan buku yang digenggamnya. Saki mengedikkan bahu, dia bangun dari posisi jongkok menjadi berjalan tegap menuju sebuah kotak berbentuk kubus yang terbuat dari karet yang berwarna biru langit. Saki menekan salah satu tombol yang berada di paling atas kotak tersebut. Ditekannya tombol yang berwarna hijau lumut. Dalam waktu beberapa detik, susunan kotak yang semula berbentuk kubus berubah menjadi lingkaran. Arsitektur benda tersebut pun juga berubah. Kini terlihat, benda yang berbentuk lingkaran itu mempunyai resleting yang mengelilingi. Saki menarik resleting nya dari kanan sampai ujung. Benda tersebut terbelah dua dengan bagian belakang yang masih menyatu. Terlihat, di dalam benda itu terdapat banyak barang yang Saki anggap penting. Dia akhirnya memasukkan buku usang dan aneh itu kedalam benda yang disebut Multifunction tersebut. Saki menutup kembali resletingnya. Dia juga mengubah benda tersebut kebentuk semulanya lagi. Saki menepuk pelan permukaan atas benda tersebut, sebelum dirinya beranjak dari posisinya. "Hh, ku simpan saja kau di sana. Diam, jangan pergi ke mana-mana!" ucap Saki menunjuk Multifunction miliknya. Saki berjalan keluar kamar. Urusannya di dalam sana sudah selesai, sekarang saatnya dia menikmati pesta yang mungkin akan berlangsung sampai siang kembali. "Ayah." Saki menuruni tangga, dia melihat sang ayah yang masih melakoni kegiatannya sedari tadi. "Hm." ayah Saki bergumam, terlalu malas hanya untuk mengucap sepatah kata. "Aku keluar. Pesta tadi, itu belum selesai." balas Saki menghampiri ayahnya. Ayah Saki mendongak, melihat Saki yang menjulang tinggi karena dirinya masih setia duduk di bangku tadi. "Hmm." balas Ayah Saki, melanjutkan kembali kegiatannya. Saki tersenyum tipis, ayahnya terlihat makin berwibawa jika sedang fokus seperti ini. "Saki berangkat." "Hmm, hati-hati!" Ayah Saki berteriak ketika melihat anaknya sudah berada di luar. "Ya!" balas Saki teriak juga. Saki mengaktifkan kembali ME-nya. Kali ini dia menggunakan CWG yang kini berwarna merah delima. Saki menembus pintu mobilnya, ketika sudah memberi perintah, mobil itu berubah menjadi benda padat. Mobil kemudian melaju dengan kecepatan yang lumayan kencang. Melewati para pejalan kaki yang sedang berpikir, 'kapan aku punya CWG?!!'.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN