09 : Suami yang Perfeksionis

2096 Kata
Di akhir pekan, Elliot menepati janjinya untuk berada di rumah selama satu harian penuh dan turut membantu Charlotte menyelesaikan tugas kuliahnya untuk minggu depan. Charlotte tidak bisa berhenti memandang kagum ke arah komputer keluaran terbaru di hadapannya. Tadi malam Charlotte mengeluh kepada Elliot, dia bilang bahwa laptop lamanya seringkali error setiap Charlotte membuka software gambar seperti sketchup atau autocad. Hal ini membuat kinerja Charlotte merasa malas dan terhambat dalam menyelesaikan tugas. Tanpa Charlotte sangka, Elliot membiarkan Charlotte untuk menggunakan komputernya yang ada di ruang kerja. Komputer itu memiliki spesifikasi tinggi, sehingga Charlotte tidak perlu menghadapi error setiap kali membuka software. “Aku belum pernah memakai komputer secepat ini. Lihat! Lihat! bahkan dalam hitungan detik filenya bisa terbuka!” Kedua manik mata Charlotte tampak berbinar tatkala ia merasa gembira. Di samping Charlotte, Elliot tengah memeriksa laptop milik istrinya dan sesekali mengernyit saat laptop itu terlalu lama loading. “Charlotte, bagaimana kamu bisa bertahan dengan laptop seperti ini? Ayahmu tidak pernah membelikan yang baru?” Charlotte menoleh. “Mau tidak mau aku harus bertahan menggunakan itu. Ayahku selalu bilang finansial keluarga sedang tidak bagus, jadi dia selalu menunda – nunda setiap kali aku minta.” Beberapa saat kemudian, Charlotte berbisik. “Tapi saat Caitlyn menginginkan mobil sport baru, Ayah langsung membelikannya.” Charlotte sudah biasa menghadapi ketidakadilan dari ayahnya, tapi tetap saja hati Charlotte masih terasa sakit setiap kali melihat Jacob Baxter tidak bisa membagikan kasih sayangnya secara rata kepada Caitlyn dan Charlotte. Padahal barang yang diinginkan oleh Charlotte jauh lebih penting dari sekedar mobil sport keluaran terbaru. Dia bahkan seringkali harus meminjam laptop temannya di detik – detik ujian akhir karena laptopnya sering bermasalah. Begitu melihat wajah murung Charlotte, Elliot segera menepuk punggung wanita itu dan berkata. “Tidak usah perdulikan ayahmu yang bajjingan itu lagi. Sekarang kamu sudah menjadi istriku, apapun yang kau minta pasti akan kubelikan.” Charlotte akhirnya tersenyum setelah mendengar ucapan Elliot. “Aku tentu saja tidak akan meminta terlalu banyak.” “Kamu boleh meminta banyak hal! Jangan memikirkan uang! Aku pasti akan bekerja keras sampai jari – jariku putus untuk memenuhi keinginanmu!” Keduanya sontak tertawa. Saat melihat Charlotte mampu tersenyum lebar, Elliot menghembuskan napas lega di dalam hati. Dia sudah berjanji untuk selalu membahagiakan Charlotte, maka tentu saja dia akan melakukan apa saja agar senyuman itu tidak luntur. Usai memindahkan file – file tugasnya dari laptop lama ke komputer Elliot, Charlotte mulai membuka gambar kerjanya satu – persatu, kemudian menjelaskannya kepada Elliot supaya pria itu bisa menilai pekerjaannya. “Kamu membuat TOD, kan?” tanya Elliot. “Ya, aku membuat itu.” “Desainmu tidak buruk, tapi masih ada banyak kekurangannya. Konsep dari TOD sendiri adalah kawasan yang menggabungkan transit kendaraan umum dengan kawasan hunian, perdagangan, dan jasa. Supaya bisa mencapai konsep itu, jalur pengguna kendaraan pribadi harus dikurangi, sehingga masyarakat akan menggunakan kendaraan umum.” Elliot menggambar ulang secara kasar denah Charlotte di atas kertas, kemudian mulai melingkari bagian – bagian yang dirasa tidak sesuai. “Area jalur kendaraan di dalam lahanmu ini terlalu besar, sebaiknya kurangi saja atau jadikan sebagai area plaza. Lalu, pada area hotel dan mall ini seharusnya mempunyai area peralihan, sehingga pengunjung hotel bisa melihat – lihat mall terlebih dahulu sebelum datang.” “Bagian tamanmu terlalu besar, sebaiknya sebagian lahannya kau jadikan area bazzar.” “Berapa jarak antar kolom yang kamu gunakan?” Charlotte, “lima meter.” “Terlalu sempit, jadikan delapan meter. Tinggi plafon di lantai tiga dan seterusnya tidak perlu terlalu tinggi, 4 meter saja sudah cukup.” Berselang beberapa saat kemudian, Elliot sudah selesai mengoreksi tugas Charlotte, meninggalkan banyak coretan yang saling menumpuk di atas kertas. Ketika melihat hal itu, Charlotte berpikir sepertinya Elliot meminta Charlotte untuk membuat ulang dari awal. Dia menggigit bibirnya, merasa seolah ingin menangis karena Elliot bahkan lebih perfeksionis dibanding dengan proffesornya. Pria itu bahkan mampu mengetahui kesalahan yang diperbuat Charlotte walau sedikit. “Elliot … jika aku mengulang dari awal, apakah waktunya akan cukup? Apa lebih baik aku mengulang di semester depan saja?” Seketika Elliot terdiam, baru sadar bila sepertinya dia terlalu terbawa suasana dan mengoreksi pekerjaan Charlotte seperti sedang mengoreksi pekerjaan dari konsultan perusahaannya. “Jangan khawatir, aku akan membantumu. Kamu pasti bisa menyelesaikannya tepat waktu.” kata Elliot, berusaha menenangkan Charlotte. Sepanjang hari itu, Elliot menemani Charlotte mengerjakan tugasnya di ruang kerja. Terkadang Elliot akan mengajari Charlotte cara cepat untuk menggunakan software gambarnya sehingga pekerjaan Charlotte bisa lebih cepat diselesaikan. Elliot juga membantu Charlotte menyelesaikan tugasnya dengan menggambar di laptop lain. Keduanya baru berhenti saat waktu sudah menunjukkan 10 malam, pertanda bahwa mereka sudah duduk di hadapan komputer selama setengah hari. Meski begitu, rasa lelah mereka terbayarkan karena berhasil menyelesaikan hampir keseluruhan gambar kerja Charlotte. Dalam urusan memakai software, kemampuan Elliot memang tidak perlu diragukan lagi. Pria itu bahkan mampu menyelesaikan 7 gambar kerja, sedangkan Charlotte hanya mampu menyelesaikan 3. “Lanjutkan besok, matamu pasti sakit setelah melihat layar komputer terus,” peringat Elliot. Charlotte memukul lehernya yang terasa kebas, kemudian menjawab. “Gambar denahnya belum selesai semua, lalu aku juga belum menggambar tampak dan potongan. Aku harus cepat mengejar ketertinggalanku kalau mau lulus.” Elliot juga paham kalau jam tidur mahasiswa Arsitektur selalu berantakan, bahkan dia dulu punya teman yang pernah tak tidur selama tiga hari. Namun, dia juga tidak bisa membiarkan Charlotte begadang hingga berhari – hari. Istrinya itu pasti bisa jatuh sakit setelah menyelesaikan tugas – tugasnya. “Setidaknya tidur dulu selama beberapa jam, nanti baru teruskan lagi,” kata Elliot. “Tapi tidur hanya membuang waktuku.” “Charlotte, kalau kamu tidak tidur, tubuhmu akan cepat lelah dan kerjaanmu jadi berantakan. Ujian akhirmu itu masih akhir bulan depan, kamu masih mempunyai banyak waktu.” Charlotte masih bersikeras untuk melanjutkan pekerjaannya, tapi Elliot merebut mouse dari tangan Charlotte. Jika dilihat secara seksama, Elliot mampu melihat tangan Charlotte sedikit gemetar karena terlalu lama berada di posisi yang sama. “Tanganmu bahkan sudah gemetar seperti itu, sudah istirahat dulu! Besok pagi aku akan membantumu lagi!” Charlotte berusaha meraih mouse dari tangan Elliot, tetapi pria menahan pundaknya supaya tidak bisa bangkit dari kursi. “Besok kamu tidak perlu membantuku lagi, kemarin kamu sudah bekerja sampai larut malam, pasti akan lelah jika terus membantuku di hari libur.” Charlotte hanya merasa tidak enak hati apabila Elliot membantunya terus, padahal pria itu juga mempunyai pekerjaannya sendiri dan membutuhkan istirahat. “Mana mungkin aku beristirahat di saat istriku sedang kesulitan!” Charlotte bisa mengalami ketertinggalan seperti ini juga karena Elliot yang membuat Charlotte tertekan selama satu minggu pernikahan awal mereka. Sebab itu, Charlotte tidak mau membiarkan Charlotte kesulitan sendirian. “Tenang saja, aku juga mampu tidak tidur seharian kok!” Lagipula, dulu Elliot sering menghabiskan malamnya di klub malam, sehingga dia sudah biasa tidak tidur selama berhari – hari. Charlotte menghela napas, merasa kalau melarang Elliot itu adalah hal yang mustahil. “Baiklah, kamu boleh membantuku besok. Tapi minggu depan tidak perlu lagi, karena aku tinggal membuat 3D nya saja.” “Tidak masalah. Namun kalau kamu mengalami kesulitan, kamu harus langsung meminta bantuanku, mengerti?” “Aku mengerti.” Elliot lantas tersenyum. “Ya sudah, sekarang istirahat dulu. Nanti lanjutkan lagi saat fajar.” Pada akhirnya, Charlotte menuruti keinginan Elliot. Tapi baru saja ia ingin bangkit dari kursi, perutnya berbunyi yang menjadi tanda bila dia sedang lapar. Elliot sedikit tertawa. “Kamu ingin makan lagi?” Charlotte merasa malu sampai pipinya memerah. Padahal mereka sudah makan malam jam 7 tadi, tapi dia merasa lapar karena energinya telah banyak terkuras untuk mengerjakan tugas. Tahu bila istrinya bermuka tipis, Elliot segera menambahkan. “Aku juga lapar. Bagaimana kalau kita makan lagi? Aku bisa meminta pelayan untuk membuatkan makanan.” Charlotte menggeleng, “Sudah terlalu malam. Mereka mungkin juga sudah tidur, aku tidak tega bila harus membangunkan mereka.” Elliot ingin menyarankan untuk memesan makanan di luar, tapi pasti restoran juga sudah tutup sekarang. “Tapi aku bisa memasak,” Charlotte berkata, “Kalau kamu lapar, aku bisa memasak untukmu.” Mendengar hal itu, Elliot langsung tersenyum senang namun senyumannya segera luntur tatkala mengingat sesuatu. “Kamu sudah mengerjakan tugas selama berjam – jam, nanti kamu malah kelelahan jika ingin memasak sekarang.” Charlotte berpikir sejenak. “Bagaimana bila memasak mie instan saja? Membuatnya tidak sulit, hanya perlu merebus air.” “Mie instan? Aku belum pernah memakan itu, memangnya enak?” Selama hidup, Elliot selalu makan masakan yang sudah dihidangkan di atas meja makan, sedangkan saat pergi keluar dia akan membeli makanan di restoran. Tak pernah sekali pun Elliot menyicipi mie instan, meski terkadang dia sering melihat para pelayannya menyantap makanan itu di dapur. Charlotte tampak terkejut saat mendengar penuturan Elliot. “Kamu belum pernah makan itu? Sungguh? Tuan yang terhormat, sepertinya kamu ketinggalan satu kesenangan dunia.” Sebagai seseorang yang lebih sering makan di dapur daripada di meja makan keluarga, Charlotte sepertinya lebih sering memakan mie instan bersama para pelayan daripada makanan sehat. “Aku benar – benar belum pernah makan itu.” “Kamu ingin mencobanya? Aku jamin rasanya enak.” tanya Charlotte. “Jika menurutmu enak, maka aku percaya rasanya memang enak.” • • • Charlotte berakhir memasak mie instan di dapur untuk mereka berdua. Dia memasukkan dua mie ke dalam rebusan air, kemudian mencampurkan rebusan mie itu dengan bumbu instan. Tak lupa Charlotte menambahkan makanan pendamping seperti telur, sayuran, serta udang yang ia temukan di kulkas. Setelah masakannya matang, Charlotte segera mematikkan kompor dan membawa panci berisikkan mie itu ke meja makan. Ia hendak memberikan alat makan kepada Elliot, tapi seketika sadar bahwa dia telah membuat kesalahan. Biasanya Charlotte akan memasak mie di dalam panci besar supaya dia bisa makan bersama – sama dengan para pelayan. Namun, sekarang dia akan makan dengan Elliot, seorang tuan muda yang mungkin merasa enggan jika makan di wadah yang sama dengan orang lain. “Elliot, apa sebaiknya aku membuatkan yang baru untukmu?” Elliot menaikkan alisnya saat dia berkata, “Memangnya masakanmu yang ini kenapa?” “Ah, tidak apa – apa. Tapi, aku mencampur dua porsi di dalam satu wadah, kamu mungkin akan merasa aneh jika makan di wadah yang sama denganku.” Tanpa mengindahkan ucapan Charlotte, Elliot segera meraih garpu yang dipegang oleh Charotte. “Kenapa bisa aneh? Berbagi makanan denganmu tidak akan aneh.” Karena Elliot berkata tidak masalah, maka Charlotte juga tidak mempermasalahkannya lagi. Mereka akhirnya segera makan bersama, sesekali Elliot akan meniupkan uap panas dan menyuapi Charlotte. Tingkahnya itu terasa begitu alami, sampai Charlotte tidak sadar bila dirinya lebih banyak makan daripada Elliot. Usai selesai makan, keduanya segera beranjak ke kamar untuk bersiap – siap tidur. Elliot bisa melihat kelelahan tercetak jelas di wajah istrinya, sehingga dia langsung mematikan lampu dan menutupi tubuh Charlotte dengan selimut hangat. “Cepat tidur, nanti aku akan membangunkanmu saat sudah pagi,” kata Elliot. Charlotte mengangguk sebagai jawaban, ia berbalik menghadap Elliot, kemudian memejamkan mata. Sedangkan Elliot masih terjaga, dia memperhatikan lekukan wajah istrinya itu dengan seksama. Melihat garis – garis wajah yang tampak lembut dan menawan. Bulu mata Charlotte bergerak setiap kali dia bernapas, bibirnya yang merah terbuka sedikit dan menampilkan dua gigi kelinci yang tampak lucu di pandangan Elliot. Pria itu lantas mengelus pipi Charlotte yang kemerahan, merasakan kulitnya yang begitu halus dan tanpa celah. Pada saat itu, Elliot sadar bila cintanya kepada Charlotte sangat berbeda dengan cintanya kepada wanita lain yang pernah hadir di kehidupannya. Ketika ia menaruh hati pada wanita lain, Elliot cenderung mempunyai nafsu yang menggebu – gebu dan tidak bisa menahan diri untuk menyentuh mereka. Namun, cintanya untuk Charlotte tidaklah dipenuhi oleh nafsu semata, melainkan juga ketulusan yang belum pernah ia berikan kepada siapapun. Jika Charlotte tidak membiarkan dia menyentuhnya, maka Elliot juga tidak akan memaksa. Karena Elliot ingin memberikan cinta yang mampu membuat Charlotte merasa bahagia dan disayangi. Jenis cinta yang tidak akan pernah ia bagi kepada siapapun, kecuali Charlotte. Elliot mendekatkan tubuhnya ke Charlotte, kemudian memberikan wanita itu sebuah ciuman lembut yang terasa hangat. “Mimpi yang indah, Charlotte.” • • • • • To Be Continued 8 Januari 2022 Informasi tentang Istilah di Arsitektur : 1.    Autocad : Aplikasi untuk menggambar 2D (Denah, tampak, dan potongan) 2.    Sketchup : Aplikasi untuk membuat replika 3d bangunan 3.    TOD singkatan dari Transit Oriented Development 4.    Kolom : Tiang penopang dari bangunan. 5.    Denah : Penataan ruang – ruang di bangunan. 6.    Tampak : Wujud bangunan secara 2D yang bisa dilihat dari luar bangunan (Depan, belakang, samping kanan dan kiri). 7.    Potongan : Gambar bangunan yang dipotong vertikal sehingga bisa memperlihatkan struktur dan ruang di dalam bangunan. Fun Fact : Mahasiswa Arsitektur jarang tidur kalau sudah mendekati penilaian akhir, Makanya Charlotte jadi susah tidur cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN