Ketika Elliot melepaskan ciuman mereka, ia mampu melihat rona merah menghiasi pipi dan ujung telinga Charlotte, tampak seolah ada endapan darah yang tidak mengalir. Wanita itu menundukkan kepalanya dan ingin sedikit menjauh dari Elliot, tetapi Elliot dengan cepat menahan punggung Charlotte dan memeluknya.
“Charlotte, di kehidupan ini, aku pasti akan membuatmu bahagia.”
Charlotte hanya menyandarkan tubuhnya di pelukan Elliot dan bergumam. “Mhm.”
Mereka kemudian menghabiskan waktu selama hampir setengah jam untuk saling berpelukan dan memadu kasih. Tatkala matahari semakin naik, Elliot akhirnya melepaskan pelukan mereka dan mengajak Charlotte untuk pulang.
Ia memang masih ingin berlama – lama duduk bersama Charlotte di tempat itu, tetapi Elliot tidak mau Charlotte terpapar oleh udara dingin terlalu lama, apalagi Charlotte juga belum sarapan sehingga Elliot takut istrinya akan sakit.
“Lain waktu, aku akan mengajakmu pergi ke tempat yang lebih indah dari ini,” kata Elliot saat mereka sedang berada di dalam mobil.
Charlotte tersenyum hangat. “Tempat ini juga sudah cukup bagus. Tapi kalau mau, kita bisa mencari tempat bagus lainnya bersama.”
Charlotte tidak mau Elliot merasa tertekan untuk mencari tempat yang bagus sendirian. Karena itu dia menawarkan untuk mencarinya bersama – sama.
“Baiklah, tempat kencan kita yang berikutnya akan kita tentukan bersama.”
Kencan.
Charlotte tersenyum di dalam hati saat mendengar kata itu. Mereka padahal sudah menikah, tapi Charlotte selalu merasa hubungan mereka seperti hubungan anak kuliah yang dipenuhi oleh rasa manis dan kencan.
“Aku akan berusaha mencari tempat yang bagus,” kata Charlotte.
• • •
Berkat waktu yang masih sangat pagi, jalanan dari Brooklyn ke Manhattan terlihat lenggang, sehingga mobil yang Elliot tumpangi bisa sampai di rumah dalam waktu singkat.
“Kamu tidak keluar?” tanya Charlotte begitu melihat Elliot yang tidak ikut turun bersamanya.
Elliot, “Ada beberapa hal yang harus kuatur di kantor, karena itu aku tidak akan pulang sekarang.”
Charlotte merasa sedikit kecewa, “Kapan kamu akan pulang?”
“Nanti malam,” Elliot melanjutkan, “Jangan menungguku untuk makan malam, mungkin aku bisa pulang larut.”
“Baiklah, kabari aku jika kamu ingin pulang.”
Elliot bisa mendengar nada kecewa dari Charlotte, mungkin wanita itu ingin menghabiskan waktu bersama Elliot hari ini, tapi sayangnya Elliot harus pergi.
Elliot menarik tangan Charlotte, kemudian mencium bibir wanita itu sekilas. “Besok aku tidak akan pergi, kita bisa menghabiskan waktu seharian di rumah.”
Senyuman langsung merekah di wajah Charlotte saat mendengar hal itu. “Aku mengerti. Berhati – hatilah saat pergi ke kantor, kabari aku jika sudah sampai.”
“Ya, sampai jumpa nanti malam,” kata Elliot seraya melambaikan tangan dari balik jendela mobil.
Mobil lantas kembali melaju dengan kecepatan konstan. Lokasi kantor LNG Corporation terletak di pusat Kota New York, membutuhkan waktu setidaknya setengah jam untuk sampai ke sana.
Di tengah perjalanan, Elliot menghubungi sekretarisnya, Erland Davis. “Erland, aku akan ke kantor hari ini. Bisakah kamu memberikanku data lengkap dari setiap karyawan di bawah departemenku nanti? Letakkan saja di mejaku.”
Butuh waktu beberapa saat bagi Erland untuk mencerna kata – kata Elliot. “Tuan, Anda ingin ke kantor hari ini?”
“Ya, apa ada masalah?”
“Tidak, Tuan, sama sekali tidak ada masalah. Saya akan meletakkan data para karyawan di meja Anda.”
Setelah itu, Elliot langsung menutup panggilan mereka dan membuka tabletnya untuk melihat catatan yang sudah dia buat kemarin malam
Ada lima proyek yang sekarang sedang dikerjakan oleh Departemen Infrastruktur III, tiga merupakan proyek kecil dan duanya lagi adalah proyek besar. Ketika memeriksa laporan di proyek kecil, kendalanya tidak terlalu banyak, paling hanya masalah susunan struktur divisinya saja yang agak berantakan. Jumlah dari setiap divisinya terlihat tidak sesuai dengan kebutuhan, untuk divisi yang tugasnya sedikit malah mempunyai banyak anggota tapi divisi yang berat malah tidak begitu banyak anggotanya.
Sedangkan masalah di proyek besar cukup rumit, meliputi susunan struktur divisi, laporan keuangan, dan bahkan jadwal pengerjaannya sangat buruk. Salah satu proyek bahkan ada yang sempat mangkrak selama satu tahun karena kehabisan dana, sebuah alasan yang bisa mencoreng nama baik LNG Corporation.
Sepertinya dia perlu memeriksa para karyawannya dengan seksama, supaya bisa menyingkirkan orang – orang yang tak becus dalam bekerja.
Samael menghentikkan laju mobil tepat di hadapan sebuah kantor berlantai tiga puluh yang hampir keseluruhan fasadnya ditutupi oleh kaca. Elliot lantas turun dan membawa tas berisikan laptop dan tabletnya. Ketika Elliot melangkah di lobby utama, ada banyak karyawan yang menyapanya.
“Selamat pagi, Tuan Kedua Landegre.”
“Selamat pagi, Tuan.”
“Tuan Kedua Landegre, saya tidak menyangka akan melihat Anda hari ini.”
Elliot hanya mengangguk sebagai balasan, tidak begitu mengindahkan sapaan mereka. Di sepanjang jalan menuju elevator, samar – samar Elliot mendengar bisikan para karyawan yang bingung saat melihatnya datang ke kantor.
“Apa hari ini dunia akan kiamat? Kenapa tadi aku bertemu Tuan Kedua Landegre?”
“Mungkinkah itu orang lain?”
“Bagaimana bisa? Wajahnya benar – benar Tuan Kedua Landegre.”
“Tapi, bukankah auranya terasa berbeda? Dia tidak terlihat seperti orang tak bertanggung jawab yang biasa kita lihat.”
“Tidak salah lagi, dia pasti adalah orang lain!”
Elliot tertawa dalam hati saat mendengar perkataan mereka. Dia tidak bisa menyalahkan mereka karena memang dirinya sangat jarang ke kantor, sekalinya pergi ke kantor pun, dia tidak melakukan pekerjaan apa – apa dan hanya membuat kekacauan.
Dirinya di masa lalu, ternyata memang pantas untuk mati.
Elliot menekan angka 15 saat berada di dalam elevator. Begitu pintu elevator terbuka, Elliot segera melangkah ke ruangan pribadinya yang terletak di sebelah ruang karyawan. Di atas meja, sudah ada tumpukan file berisikan dokumen mengenai data diri karyawan.
Tok .. Tok ..
Baru saja Elliot duduk di atas kursi, dia sudah mendengar suara ketukan pintu. “Masuk.”
Erland Davis kemudian masuk ke dalam ruangan Elliot, dia membawa tiga file baru saat berjalan ke hadapan Elliot. “Tuan, ini adalah tambahan file yang tadi belum sempat saya bawa.”
Elliot mengambil kacamatanya dari kotak kacamata, kemudian berkata, “Ya, taruh saja di meja.”
Erland, “Apa yang ingin Anda lakukan?”
“Tentu saja mengecek para karyawan, sepertinya sikapku yang santai selama ini telah membuat para karyawan juga bekerja dengan terlalu santai.”
Elliot memberikan catatan di tabletnya kepada Erland, lalu kembali berkata. “Sebutkan nama – nama karyawan yang menjadi ketua divisi di lima proyek itu.”
Erland masih merasa bingung dengan sikap Elliot yang tiba – tiba saja berubah, tapi dia tidak bertanya karena juga merasa senang Elliot bisa bekerja dengan serius hari ini. Pasalnya, pekerjaan Erland selama ini sangat berat akibat Elliot tidak becus dalam bekerja.
Saat mempunyai niat untuk bekerja, Elliot mampu melakukan pekerjaannya dengan sangat efisien. Setelah Erland menyebutkan nama – nama karyawan yang bertanggung jawab sebagai ketua divisi, Elliot segera mengecek latar belakang mereka di dokumen perusahaan.
Dia mengeceknya dengan begitu rinci, mulai dari latar belakang pendidikan, informasi mengenai keluarganya saat ini, dan gaji yang setiap bulannya diperoleh mereka.
Usai memeriksa semuanya, Elliot langsung berkata. “Di antara lima proyek, proyek pembangunan Hotel Arvi adalah yang terburuk. Pembangunannya sempat terhenti selama satu tahun karena kekurangan dana, tapi setelah aku cek beberapa kali, perhitungan kasar dana sudah dicatat sebelum pembangunan terjadi.”
“Berdasarkan laporan yang dibuat, dana perusahaan juga selalu turun tepat waktu dan pembelian bahannya sesuai dengan rencana anggaran awal. Jadi, bagaimana mungkin proyek yang perhitungan dananya sudah diatur sedemikian rinci bisa mengalami penundaan?”
Erland, “Manajer lapangan dari Hotel Arvi bilang kalau bahan yang dibeli ternyata tidak cukup, sehingga dananya bisa membengkak.”
“Apa jumlah barang yang dibeli sesuai dengan jumlah yang tertera di laporan?” tanya Elliot.
“Kepala divisi Quality Control melaporkan sudah sesuai.”
“Lalu kamu percaya begitu saja?”
“Tidak,” Erland membuka sebuah dokumen di tabletnya dan memperlihatkan dokumen itu kepada Elliot, “Saya pernah meminta setiap karyawan dari divisi Quality Control untuk menghitung ulang secara diam – diam, dan hasil dari hitungan mereka tidaklah sama. Ada yang melaporkan lebih sedikit, ada juga yang melaporkan lebih banyak.”
Elliot, “Kenapa tidak kau laporkan?”
“Saya sudah pernah melaporkannya kepada Tuan Ketiga Landegre, tapi belum ada tanggapan hingga saat ini.”
Elliot ingin bertanya kenapa Erland malah melapor kepada Johan alih – alih dirinya, tapi ia urungkan karena tahu Elliot sangat tidak kompeten di masa lalu.
“Panggil semua kepala divisi ke kantorku sekarang, jangan sampai ada yang tidak datang,” perintah Elliot.
“Baik, Tuan.”
• • •
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Erland untuk mengumpulkan orang – orang yang terindikasi melakukan kecurangan. Mereka semua berdiri di depan meja kerja Elliot dengan benak yang dipenuhi oleh pertanyaan. Mereka sudah sering mendengar rumor bahwa Elliot bukanlah kepala departemen yang bertanggung jawab, sehingga mereka berpikir mungkin Elliot hanya ingin bertemu dengan mereka karena formalitas belaka.
Namun, ternyata dugaan mereka salah.
Elliot menatap mereka dengan pandangan tegas, aura yang terpancar dari tubuhnya sangat berbeda jauh dengan kepala departemen yang tidak bertanggung jawab. Sebelum ada yang berbicara, Elliot sudah lebih dahulu meletakkan lembaran laporan keuangan dan jumlah barang ke hadapan mereka.
“Tuan Walker, Anda adalah ketua dari Divisi Quality Control, bisakah Anda jelaskan kenapa jumlah barang di lapangan dengan laporan bisa berbeda?”
Tuan Walker terkejut saat mendengar pertanyaan Elliot, dia tidak menyangka bila kebohongannya mampu terendus oleh atasan yang tidak kompten seperti Elliot.
“Jumlah yang tertera di laporan sudah sesuai, Anda mungkin melakukan kesalahan.”
Elliot tersenyum mengejek, “Benarkah? Tapi rasanya sangat tidak mungkin aku membuat kesalahan. Erland sudah meminta anak buahmu untuk menghitung ulang dan hasilnya berbeda – beda. Jadi, kenapa kau bilang sudah sesuai padahal jumlahnya tidak sama?”
Elliot tidak membiarkan Tuan Walker menjawab. “Apa kamu sudah mencurangi dana perusahaan?”
“Mana mungkin! Saya tidak mungkin melakukan itu.”
“Sayangnya bukti sudah tampak di depan mata, Tuan Walker.”
Tuan Walker ingin melakukan pembelaan, tetapi dia bingung harus menjelaskan seperti apa karena memang dia telah memalsukan data.
“Selain Tuan Walker, Tuan Robert dan Tuan Howard yang merupakan manajer lapangan dan ketua divisi keuangan juga tampaknya melakukan kecurangan.”
Dua pria yang namanya dipanggil merasa kaget. Tuan Robert langsung berdalih, “Kecurangan apa yang saya lakukan? Kenapa Tuan bisa menuduh begitu saja?!”
“Tuan Jason Robert, saya lihat putri Anda sekarang sedang kuliah di Universitas M. Bukankah itu universitas elit dengan bayaran yang sangat tinggi, jika ditinjau dari pendapatan normal Anda, rasanya tidak mungkin untuk membiayai putri Anda di Universitas M.”
“Apa Anda baru saja mengataiku tidak mampu?! Walau saya tidak sekaya keluarga Anda, bukan berarti saya tidak mampu menyekolahkan anak saya hingga ke jenjang tinggi!”
“Ya, memang harusnya tidak masalah,” Elliot berkata, “Tapi, putri dan istri Anda selalu membeli barang – barang dengan brand ternama setiap minggunya. Biaya kuliah putri Anda sudah cukup tinggi dan sekarang ada banyak barang – barang dengan harga fantastis. Wow, Tuan Robert, tampaknya kekayaanmu sudah setara dengan Keluarga Konglomerat.”
Wajah Jason Robert langsung memucat begitu Elliot membawa gaya hidup istri serta putrinya. Kali ini dia tidak mampu mengelak karena pasti riwayat pembelian yang mereka lakukan telah tercantum di kartu kreditnya.
• • • • •
To Be Continued
6 Januari 2022
[Theater Mini]
Erland : Perlukah saya memanggil shaman?
Elliot : Untuk apa?
Erland : Anda sepertinya kerasukan hantu workaholic