Suasana masih sama, jalanan berkabut dan udara dingin yang begitu menusuk kulit. Aku memberanikan diri ke tempat Pak Zainal sendirian, Pak Slamet dan semua santri tengah mempersiapkan pembersihan rumahku. Tak mungkin aku mengganggu mereka, lebih baik aku berangkat sendiri pelan-pelan. Jalannya masih hapal dan aku yakin juga tidak akan ada yang menggangguku selama perjalanan. Aku tak melihat perbedaan sejengkal pun dari terakhir aku berkunjung kemari, para warga yang masih ingat denganku menyapa begitu ramah seolah aku setiap hari berkunjung ke tempat ini. Jarang sekali aku bisa mendapatkan momen ini di tempat lain, beruntung sekali aku masih diberi kesempatan untuk merasakannya. Senyumku terus mengembang sempurna, aku yakin bapak, mamak dan Sekar di sini juga merasakan hal yang sama di sin