“Kondisi bapak bagaimana selama di sini? Enak nggak, Pak, tinggal di sini? Ramai, banyak temennya ya di sini nggak kayak di rumah yang cuma itu-itu aja. Di sini setiap hari temennya ganti terus ya, Pak? Udah belajar apa saja di sini, Pak? Pasti banyak banget ya? Udaranya masih segar banget ya, dingin. Bapak suka nggak suasana kayak gini?” Aku memegang tangan beliau, senyumanku tak pernah surut. Tapi sayang sekali, bapak seperti acuh dengan kehadiranku. Seperti tidak kenal denganku, bahkan beliau tak melirikku sama sekali. Untung saja tanganku yang menggenggam tangannya, tidak disentak. Masih terlihat anteng. Pandangan beliau linglung, malah memandang tempat lain bukan aku. “Bapak lihat apa? Kan Banyu di sini, Pak. Kok malah lihatnya ke sana? Ada apa di sana?” Masih diam, belum ada jawaban