“Si Ali udah pulang ya, kok pintu rumah udah ke buka. Katanya mau balik ke sini kalau sekitar jam dua, kok baru jam segini dah balik aja. Apa dia kenapa-napa gitu di jalan?” Yusuf menoleh ke arahku, kami baru saja pulang dari tempat mengambil makan siang. Ali tadi pagi memutuskan untuk pergi ke tempat Pak Zainal, mengambil sesuatu dari sana. Ada bungkusan yang ingin Pak Zainal berikan untuk rumahku ini, agar bisa jauh dari mara bahaya. Kami masuk ke ruang tamu, mereka semua berkumpul di sana. Tapi ada satu hal yang membuat aku terkejut bukan main, ada Sekar yang duduk sendiri di pojokan. Dia menatapku begitu nyalang ke arahku, aku yakin dia sudah mendengar kabar warung terbakar. Jelas akan marah besar padaku, dia sangat marah bila ada masalah tapi malah dia diasingkan. Aku menaruh bungkusa