Bab 4. Ancaman Melvin

1567 Kata
“Maafkan aku, jika ada hal yang kau butuhkan hubungi nomor ini.” Melvin memberikan nomor ponselnya dan langsung pamit untuk pulang. Melvin sadar dia tidak boleh membuat Azura semakin kesal karena tingkahnya yang menyebalkan, banyak hal yang harus Melvin benahi untuk membuat Azura percaya kepada dirinya. Azura masuk ke dalam rumahnya dengan bingung, dia merasa aneh melihat sikap Melvin yang berubah baik kepada dirinya, Melvin yang arogan dan pemaksa kini hilang digantikan dengan Melvin yang perhatian dan memperlakukan Azura dengan baik. “Apakah dia kesambet? Sikapnya berubah, manis juga jika seperti itu.” Azura segera mengisi daya ponselnya, dia harus menjelaskan apa yang terjadi pada Fernandes. Azura merasa tidak nyaman karena dia sudah mengingkari janji yang dia buat, seharusnya memang Azura pergi makan malam untuk menepati janjinya, tetapi dia tidak menyangka jika Melvin membuatnya terjebak dalam hal yang tidak menyenangkan. “Sudahlah, aku anggak semuanya selesai sampai disini.” *** Pagi buta Melvin berangkat menuju luar negeri untuk menghadiri pertemuan dengan kolega bisnisnya, project terbaru perusahaan Abraham dengan perusahaan Mr. Choi. Melvin harus pergi ke Korea untuk mengurus semua ini secara langsung, dia bahkan meninggalkan anaknya dalam pengawasan Kale dan Bibi Esme. Terkadang Melvin kasihan dengan Alvin yang selalu dia tinggal jika harus mengadakan pertemuan beda negara, tetapi dia tidak bisa melakukan hal lain semua yang Melvin lakukan adalah demi kebaikan perusahaan mereka. “Mereka harus tetap mengawasi Azura, beberapa hari ini aku akan membiarkannya bebas, tetapi aku akan tetap mengekangnya ketika aku kembali nanti.” Melvin hanya memberikan ruang bergerak untuk Azura yang baru saja menikmati masanya sebagai karyawan baru. “Tuan, sepertinya Fernandes benar-benar ingin mendekati Nyonya secara halus. Dia bahkan menjemput Nyonya ketika di bandara bersama dengan kedua mertua anda,” ujar Regi. “Ini tidak bisa dibiarkan, terus awasi dan berikan banyak pekerjaan pada Azura jika dia terus janjian dengan Fernandes untuk makan malam.” Melvin tidak akan memberikan Azura waktu untuk pergi berkencan dengan Fernandes, lelaki itu pasti memiliki tujuan buruk pada Azura. Regi mengangguk dan memberikan perintah pada mereka, banyak hal yang harus Regi kerjakan walau kini mereka akan segera terbang ke Korea. Regi adalah asisten pertama dan Melvin sangat mempercayai Regi, dia tidak pernah melakukan hal yang mengecewakan Melvin. “Tuan muda sepertinya sedang demam,” ujar Regi memberitahu Melvin ketika dia mendapatkan kabar dari Kale. “Jika semakin parah bawa ke dokter,” ujar Melvin. “Kale meminta dokter keluarga untuk datang memerika kondisi Alvin.” Melvin mengangguk, anak itu sama seperti dirinya dia juga pasti merasa lelah dan takut jika Azura kembali pergi meninggalkan mereka kembali. “Regi, jika dibutuhkan bujuk Azura untuk datang menemani Alvin. Jika dia menolak tinggal di sana, bawa Alvin ke rumah Azura. Anak itu merindukan Ibunya,” ujar Melvin. Regi mengerti, jika memang keinginan Alvin seperti itu maka Regi akan mengatakan pada Kale agar Alvin dibawa ke rumah Azura. Melvin tidak bisa menjaga anaknya dengan baik karena dia harus pergi ke Korea pagi ini, Melvin akan segera pulang setelah dia mendapatkan tanda tangan kontrak. “Kita segera pulang setelah acaranya selesai,” ujar Melvin. Regi sudah terbiasa dengan hal semacam ini, Melvin sudah terbiasa dengan penerbangan dalam jangka waktu yang lama, selama bersama dengan Melvin dia juga merasakan banyak perubahan, jam terbangnya tinggi, jujur saja banyak yang ingin merekrut Regi menjadi asistennya, tetapi Regi menolak karena dia sangat setia dengan Melvin. Bekerja dengan orang lain itu berarti dia harus berperang dengan Melvin, mereka hanya ingin tahu rahasia perusahaan Melvin karena itulah mereka berusaha merekrut orang terdekat dari Melvin untuk bergabung dengan perusahaannya. “Aku akan istirahat, bangunkan jika sudah sampai bandara.” *** Azura berangkat bekerja dengan menggunakan ojek online, Melvin memang sangat menyebalkan. lelaki itu mengajak Azura untuk pulang dan membiarkan mobil Azura menginap di parkiran semalaman. Azura sedang bahagia-bahagia mengendari mobil barunya, dia tidak akan membiarkan Melvin akan menguasainya. “Baru datang?” tanya Rita yang bertemu Azura di depan lift. “Iya, Mari Mbak Rita.” Azura mempersilahkan Rita masuk ketika lift terbuka. Rita kini mengerti apa yang membuat Melvin menyukai Azura diantara banyaknya wanita cantik yang mendekatinya, Azura memiliki kepribadian baik sangat berbeda dari orang di masa lalu Melvin yang selalu mengincar hartanya. Rita bekerja di perusahaan ini sudah sejak lama, dia tahu bahwa Azura merupakan dewan komisaris karena saham yang dia miliki di perusahaan Abraham. “Hari ini aku ikut ke kantin ya, Mbak.” “Oke, kamu pasti akan menyukainya. Kantin perusahaan ini sangat berbeda dari yang lain,” ujar Rita. Azura tidak sabar untuk makan siang, setidaknya dia bisa membalas dendam akan segala rasa penasaran yang dia miliki, jika bukan Melvin yang memanggilnya dia pasti sudah menyicipi makanan kantin perusahaan yang memiliki banyak variasi. “Semangat kerja, Azura.” Azura baru saja duduk dia kembali dikejutkan dengan tugas pribadi yang dikirimkan oleh Melvin kepadanya, Azura langsung berdiri dan membuat Rita bingung. Rita menahan Azura karena wanita itu terlihat panik. “Apakah terjadi sesuatu?” tanya Rita. “Mbak aku ijin dulu ya, Alvin sakit.” Rita mengangguk, dia juga akan melakukan hal yang sama jika anaknya sakit. “Aku akan membantumu ijin, hati-hati Azura.” Azura mengangguk dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Melvin mengirimkan pesan pada Azura jika dia tidak datang menemani Melvin maka dia akan memaksa Azura untuk bersamanya, Melvin mengatakan jika dia akan mengungkapkan kepada semua orang bahwa Azura adalah istri Melvin yang sesungguhnya. Azura takut jika kesalahpahaman ini tersebar dan membuat dirinya dipandang aneh oleh karyawan lain. “Ada aja yang dia pakai untuk mengancamku.” *** Alvin hanya tidur di ranjang dengan lemas, sejak dini hari suhu tubuh Alvin semakin tinggi dan membuat Bibi Esme khawatir. Anak ini sudah lama merindukan ibunya, tetapi ketika ibunya datang dia harus dihadapkan pada kenyataan yang menyakitkan. Bibi Esme tidak menyalahkan Azura, dia tahu Azura bingung dengan segala hal yang terjadi secara tiba-tiba seperti ini. “Bibi, Ayah mana?” Alvin berkata sangat pelan karena lemas. “Tuan sedang dinas ke Korea, Tuan mengatakan jika Nyonya akan segera datang menemani tuan muda.” Ada keraguan di mata Alvin, dia tidak percaya jika ibunya akan datang menemaninya. “Apakah Ayah tidak bohong?” tanya Alvin. “Tentu saja, Tuan selalu menepati janjinya.” Bibi Esme berusaha meyakinkan Alvin, anak itu masih sangat kecil, tetapi dia harus ikut dalam permasalahan rumit akibat peristiwa yang terjadi lima tahun lalu. Alvin menghela nafasnya, dia lelah dan tubuhnya terasa sakit, dia tidak ingin memakan apapun karena semua hal yang dia makan terasa pahit. Alvin terkejut dengan kemarahan ayahnya yang membuat ibunya pergi, dia terus terpikirkan akan masalah itu dan membuat kesehatannya memburuk. “Bibi ambilkan buah dulu ya? Tuan pasti akan menyukainya.” Alvin mengangguk, dia memejamkan matanya menunggu bibi Esme datang menemaninya. Alvin tidak ingin mengeluh, dia sudah pernah merasakan rasa sakit yang lebih dari apa yang dia rasakan sekarang. “Tuhan, Alvin ingin Ibu kembali.” *** Azura turun dari mobilnya, sejak awal melewati gerbang dia sudah terpana dengan design rumah ini. Tamannya sangat luas dan bangunannya sangat megah, Azura menyadarkan dirinya jika Melvin memang terlahir dari keluarga kaya raya, dia pemilik perusahaan Abraham group wajar jika dia memiliki property yang sangat luar biasa bagus. “Nyonya, Tuan muda sudah menunggu anda.” Kale menyambut Azura dan mengantarkannya menuju kamar Alvin. Azura semakin terpana dengan semua interior di rumah Melvin, banyak pelayan yang bekerja dan kini salah satu dari mereka memberikan handuk hangat untuk membasuh tangan Azura. Kini Azura mengerti bagaimana sikap Melvin yang suka memerintah, kehidupannya sangat berbeda dengan orang biasa sepertinya. “Luar biasa seperti hidup di Kerajaan,” ujar Azura. Kale hanya bisa tertawa dalam hati, dia kini mengingat bagaimana Azura pertama kali datang di rumah nenek Adira, dia juga sangat terkejut dengan kehidupan orang kaya raya seperti keluarga Abraham. Standar kehidupan mereka berbeda dan jika disamakan tidak akan mendapatkan titik tengahnya. “Disini Nyonya,” ujar Kale. Azura membuka pintu dengan perlahan dan kini dia melihat Alvin yang sedang beristirahat di kamarnya, anak itu memang sedang dalam kondisi tidak sehat. Azura merasa kasihan anak sekecil ini harus di tinggal oleh ayahnya yang harus bekerja demi kemajuan perusahaan. “Ibu.” Alvin merintih dalam tidurnya. Azura melepas tasnya, dia lalu naik ke atas ranjang dan memeluk Alvin erat. Tubuh Alvin memang demam dan dia membutuhkan kehangatan, Azura tidak tega melihat anak kecil sakit, dia tidak akan tega meninggalkannya, tidak seperti Melvin yang meninggalkan anaknya ketika sakit. “Nyonya—” “Diam, aku akan menemani Alvin,” ujar Azura membuat Bibi Esme mengangguk dan pergi dari kamar ini. Alvin reflek memeluk Azura dengan erat, wanita itu juga membalas pelukan Alvin. Dia memberikan kenyamanan pada Alvin dan berharap demamnya segera turun. Azura bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Azura terjebak dalam keluarga orang kaya seperti Melvin Abraham? Azura tidak pernah mengerti walaupun dia terus menyambungkan hal yang tidak mungkin terjadi. Jika memang dia benar istri Melvin, bagaimana mereka bisa menikah? Kenapa Melvin tidak mendatanginya ketika dia melakukan pengobatan di luar negeri? Semua pertanyaan itu seakan menambah beban di kepala Azura hingga pada akhirnya dia tidak sadar sudah terlelap bersama dengan anaknya. Bibi Esme masuk untuk melihat kondisi Alvin, melihat pose yang mengharukan kini Bibi Esme langsung mengabadikannya dan mengirimkan pada Melvin. Bibi Esme turut berbahagia jika Azura mau menerima Alvin, dia hanya bisa mendoakan agar kebahagiaan perlahan datang menghampiri Alvin yang sejak bayi dia asuh. “Sialan, aku jadi ingin pulang!” Melvin sangat iri ketika melihat foto yang dikirimkan oleh Bibi Esme.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN