Ila menatap punggung lelaki itu dari belakangnya. Terlihat Samudra tengah menatap kearah depannya dengan kedua tangan yang sengaja ia masukkan kedalam kedua saku celana di samping kanan-kirinya. Lelaki itu berdiri ditepian balkon disamping pembatas tempat.
"Emb...nih minum!" ucap Ila pada lelaki itu sembari memberikan minuman kaleng dari tangannya. Samudra pun segera menoleh menatap Ila dan menerimanya. Keduanya duduk sesaat di bangku yang ada disana.
"Ikutlah pindah ke rumah... kalau kamu jadi istriku, harus tinggal satu rumah kan?" ucap lelaki itu yang tiba-tiba pada Ila.
"Emb...apa nggak apa-apa?" tanya Ila lagi.
"Kenapa memangnya?" tanya balik Samudra pada gadis disampingnya.
"Ibu kamu..." ucap Ila lagi. Barulah lelaki itu mengerti.
"Emb... ibu aku tinggal di kampung halamannya, jadi... aku tinggal sendirian." Ucap lelaki itu yang menerangkan.
"Oh ya, emb..." ucap Samudra lagi. Dan Ila segera tahu.
"Ila... panggil aku Ila..." ucap Ila pada lelaki itu.
"La... bagaimana kamu mau memperkenalkan aku pada kedua orang tua kamu? pada keluarga kamu?" tanya Samudra disana.
"Emb... kalau mau ngenalin, ya ngenalin aja... yang pasti kita urus dulu surat nikah kita." Ucap Ila dengan mantapnya. Ila juga tidak tahu kenapa ia bisa se mantap itu untuk menikah dengan orang yang baru pertama kali itu ia temui.
"Anggap karena Eric aku sudah gila! biarlah! semua karena dia ninggalin aku." Ucap Ila dalam hatinya.
"Oke kalau begitu. Meski kamu nggak tahu siapa aku sebenarnya, kamu nggak masalah?" tanya Mudra lagi.
"Nggak! ngapain masalah! lagian kan, kamu juga nggak tahu aku yang sebenarnya. Dan untuk masalah uang hidup sehari-hari... tenang, aku nggak bakalan minta ke kamu kok! aku kerja di salah satu perusahan besar yang ada di Kota. Yang aku butuh sekarang hanya menikah. Sudah tersiar kabar ke penjuru Desa orang tuaku kalau aku akan menikah akhir bulan ini. Aku nggak ingin mereka sedih dan kecewa karena gunjingan orang. Jadi... aku pasti mantap untuk menikah denganmu." Ucap Ila dengan senyum merekahnya. Saat itu Samudra hanya melihat ketulusan yang tidak di buat-buat.
"Dia masih bisa tertawa senang saat tahu pernikahan yang ada di depan matanya hancur karena lelaki b******k. Cewek yang luar biasa." Ucap Samudra dalam hatinya. Keduanya berbincang namun tidak menyangkut privasi masing-masing. Keduanya tahu jika privasi itu ada batasannya. Dan keduanya baru pendekatan, tidak harus mengetahui lebih jauh lagi. Yang pasti Samudra tahu alasan Ila menggunakan aplikasi untuk mencari suami itu karena ditinggal pergi oleh tunangannya.
"Emb... kamu ada waktu?" tanya Ila tiba-tiba yang membuat lelaki itu menoleh menatap kearahnya.
"Waktu?" tanya Samudra yang penasaran.
"Waktu untuk aku ajak mengunjungi orang tua aku di kampung halaman. Lagian... nggak mungkin kan kita pulang-pulang pas nikahan?" ucap Ila disana yang membuat Samudra sedikit mengangguk. Karena ia tengah berpikir sesaat.
"Emb... kasih aku jawaban sebelum akhir bulan. Karena aku lagi di kejar deadline tahunan. Saat itu nanti aku sangat sibuk." Ucap Ila pada lelaki di depannya. Dan Samudra hanya mengangguk lagi sebagai jawabannya.
"Oke, nanti aku luangkan waktu. Dan kalau sudah... aku pasti kasih kabar ke kamu." Ucap Samudra lagi.
"Yaudah, udah malam juga, kalau begitu aku pamit dulu. Oh ya! jangan lupa, minggu depan aku jemput, pindah ke rumah! aku siapin dulu untuk kamarnya nanti." Ucap Samudra pada gadis itu. Dan Ila hanya mengangguk sebagai jawabannya. Ila menatap punggung calon suami dadakannya itu pergi kian menjauh dan semakin jauh sampai ia tidak melihatnya lagi. Dan dibawah terdengar mobil yang lelaki itu naiki juga sudah pergi.
"Gila! aku tidak tahu siapa dia! aku juga tidak tahu latar belakangnya! aku hanya tahu jika dia tampan dan gagah! aku yakin dia bisa membungkam mulut bibi-bibiku di kampung yang suka lemes mulutnya!" ucap Ila saat itu.
"Tapi kalau dia seorang pengangguran... akh terserahlah! mana ada pengangguran tampan? dan punya mobil?!" tanya Ila pada dirinya sendiri. Namun ia tidak mau ambil pusing. Yang pasti ia akan balas dendam pada Jack dan juga berusaha menyelamatkan nama baik keluarga besarnya.
Ila pun segera masuk kedalam untuk beres-beres pindah ke rumah lelaki itu akhir pekan.
Hingga hari yang di tunggu Ila pun tiba. Sabtu itu ia pulang kerja masih siang, karena setiap sabtu hanya separuh jam kerja saja masuknya. Dan minggunya juga libur.
Ila naik keatas menuju ke kamar kontrakannya. Namun ia begitu terkejut ketika ia melihat seseorang yang tidak asing tengah duduk di bangku depan kamar kontrakannya. Ya... dia adalah Samudra.
"Kak Mudra! kamu ada disini?" tanya Ila pada lelaki di depannya. Samudra pun segera menoleh dan berbalik menatap gadis yang tengah memanggil namanya.
"Iya, mau jemput kamu. Sekalian makan siang sama-sama. Aku belum makan siang." Ucap Samudra pada gadis itu. Dan Ila pun hanya mengangguk disana.
"Emb... nggak apa kan aku panggil kak? karena kamu lebih tua dari aku lima tahun." Ucap Ila pada lelaki itu. Dan dengan senyum hangatnya Samudra mengangguk mengiyakan.
"Akh... kenapa lelaki tampan ini begitu pasrah saja saat aku bilang begitu? bisa-bisa aku jatuh cinta padanya jika dia terus menyunggingkan senyum hangatnya." Ucap Ila pada dirinya sendiri.
"Eh... tapi kak, dibawah sana kayaknya tidak ada mobil kakak deh? aku pikir kakak nggak disini." Ucap Ila pada lelaki itu. Dimana mobil yang kemarin ia lihat tidak ada dibawah. Samudra pun hanya bisa beranjak dari tempatnya dan menengok ke bawah. Melihat apakah mobilnya masih ada atau tidak ada di bawah.
"Tuh lihat! itu mobil aku La...!" ucap Samudra yang memberi tahu. Dan Ila pun turut mendekat kearah lelaki itu dan ikut menunduk melihat kebawah jika disana hanya ada satu mobil. Dan mobil itu lebih bagus dari yang kemarin Ila lihat.
"Akh... itu jadi mobil kamu kak? aku pikir yang kemarin bukan itu deh. Atau... kakak kerja menjadi ojek mobil online ya?" ucap Ila saat itu yang mampu membuat Samudra melongo seketika. Namun saat lelaki itu akan bersuara. Ila sudah menyahutnya.
"Tenang kak... gini-gini juga aku kerja kok, jadi kalau kakak nanti nggak ada uang, bilang aku aja... toh aku mau pindah kerumah kaka. Tapi... rumah kakak bukan rumah cicilan kan? kalau iya... nggak apa lah... kita tanggung bersama." Ucap Ila dengan mantapnya dan tanpa beban saat itu.
"Gila! hari gini masih aja ada gadis yang mau diajak susah nyicil rumah berdua?!" ucap Samudra dalam hatinya dan dengan senyum senang disana.