16. Positif hamil.

4948 Kata
"Hm? Sahut Keano dengan lembut. Valentina mengusakkan hidung bangirnya di d**a bidang Keano. menggigit main-main otot d**a Keano lalu ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Keano. "Hiduplah dalam waktu yang lama bersamaku." Pinta Valentina membuat Keano terdiam. Tak tama ia hanya mengangguk pelan, tentu saja ia tak dapat berjanji mengingat dia bukanlah Tuhan yang mengerti waktu kematian seseorang. Mereka istirahat sebentar lalu Keano memberikan beberapa metode untuk melumpuhkan lawan dengan cepat kepada Valentina. Mereka menggunakan anak buah Keano sebagai bahan percobaan agar Valentina dapat mengerti dengan jelas. Dan berakhir 10 anak buah Keano harus dirawat secara intensif karena ulah mereka berdua. "Nghh-shhh." Keano terbangun di jam 3 pagi karena mendengar suara lenguhan dan ringisan sedari tadi. Ia mengerjap beberapa kali menoleh ke arah Valentina yang sedang meringkuk kesakitan. Dengan cepat Keano bangun dan menepuk pelan pipi Valentina. "Hei ada apa denganmu?" Tanya Keano dengan khawatir. Valenu tak merespond Keano. la hanya meringkuk dan meremas kuat perutnya yang terasa sakit. Keano menyentuh leher dan dahi Valentina yang terasa sedikit hangat. la mengusap keringat dingin di wajah Valentina lalu ia segera mengambil pakaiannya dan membawa Valentina ke rumah sakit yang dekat dengan rumahnya la sebenarnya ingin membawa Valentina ke rumah sakitnya sendiri namun terlalu jauh. Saat sampai di rumah sakit Valentina segera masuk kelas IGD dan mendapatkan pemeriksaan Keano menatap Valentina dengan khawatir, istrinya sudah kembali tertidur setelah mendapatkan suntikan pereda rasa sakit. "Janin di dalam perut pasien mengalami shock karena sebuah tekanan yang keras sehingga menciptakan rasa nyeri luar biasa. Syukurlah janin dalam keadaan baik baik saja Tuan" Ujar dokter tersebut dengan helaan napas lega. Keano mematung memasang wajah bodohnya sembari menatap Valentina tanpa ekspresi. "Janin? Omong kosong apa yang kau bicarakan?" Keano menarik kerah dokter tersebut dengan kasar. Dokter tersebut terlihat panik tubuhnya terangkat karena cengkraman kuat Keano la menunjuk-nunjuk ke arah Valentina. "P-pasien sedang mengandung Tuan. 7 pekan." Gagap dokter tersebut sembari berusaha melepaskan cengkraman Keano. Brak! Keano menghempaskan tubuh dokter tersebut dengan kasar lalu menatap Valentina dengan wajah kosongnya, la berpikir keras. "Mengandung? Dia mengandung anak siapa?" Keano menggeram marah. la mengepalkan kedua tangannya dengan kuat dan mengeraskan rahangnya. Namun seketika la menerawang jauh sebelum hari ini la ingat jika satu bulan lebih yang lalu. dia dan Valentina melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya Dan ia tak memakai pengaman sama sekali, memenuhi rahim Valentina dengan cairannya. "Apa itu anakku?" Beo Keano dengan wajah terkejutnya. la tak dapat menyimpulkan dengan sendirinya karena bisa saja Valentina bercinta dengan orang lain la pun memutuskan untuk duduk dan menunggu Valentina hingga sadar Berkali-kali ia hampir saja terlelap namun kembali terbangun karena ia gelisah. "Jika itu bukan anakku-haish matilah aku." Keano terlihat frustasi. la tak dapat membayangkan jika Valentina akan bersama pria lain. Membayangkannya saja membuat Keano tak bersemangat hidup dan merasakan nyeri luar biasa di dadanya. Dan ia pun terjaga hingga pagi hari walau kedua matanya terlihat memerah karena menahan kantuk.. "Ughh-" Valentina mulai terbangun dari tidurnya. Efek bius yang diberikan kepada tubuh Valentina membuatnya mengantuk dan tidur dengan nyenyak. Valentina menguap lebar talu memiringkan tubuhnya kembali memejamkan mata. Namun Ia mengernyit saat mendengar suara yang cukup gaduh, ia membuka matanya dan terkejut melihat wajah sang suamy yang begitu dekat dengan wajahnya. "Haahh. jantungku." Valentina menyentuh dadanya yang berdetak dengan kencang secara dramatis. Keano memasang wajah tegangnya. menelan Ludahnya dengan kasar membuat Valentina mengernyit heran la mengedarkan pandangannya dan ternyata ia berada di rumah sakit. "Kenapa aku ada di sini?" Tanya Valentina sembari mencoba untuk bangun. Keano membantu Valentina bangun dan ia menggenggam erat kedua tangan Valentina. "A-ada apa denganmu? Apa aku sakit parah?! Apa waktuku sudah tidak lama lagi?" Tanya Valentina dengan panik. "Sshh!!" Keano mendesis kuat sembari membungkam mulut Valentina. Keano berdehem pelan berusaha menghilangkan rasa gugupnya. la menarik napasnya dalam kemudian menghembuskanya secara perlahan. Valentina menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang suami dengan wajah cemasnya. "Jawab pertanyaan ku dengan jujur. Apa kau pernah bercinta dengan pria selain aku?" Tanya Keano dengan jantung yang berdetak kencang. Valentina mengangguk dengan polos dan membuat Keano melepaskan genggaman tangannya pada tangan Valentina. Wajah Keano terlihat sangat sendu, ia duduk di kursi dan menunduk dalam sembari menghembuskan napasnya putus asa. Melihat respond sang suami yang seperti itu pun seketika membuat Valentina mengerti la kembali menarik tangan Keano dan menggenggamnya erat "Aku bercinta dalam arti berkencan. Bukan mwlakukuhal itu." Jelas Valentina membuat Keano semakin terkejut. "Ada apa sebenarnya?! Kau membuatku bingung!" Kesal Valentina sembari menghempaskan tangan Keano dengan kasar. Keano berdiri dan memeluk erat tubuh Valentina membuat sang empu menepuk punggungnya brutal karena la merasa sesak. "Baby-kau mengandung. Kau mengandung anakku." Keano berteriak penuh semangat. Keano menangkup wajah Valentina lalu mengecupi wajahnya dengan brutal sembari tertawa bahagia. Sedangkan Valentina hanya terdiam seperti orang yang baru saja kehilangan nyawanya. "Baby kau mengandung anakku!!" Keano melompat kecil dengan riang. la kembali memeluk erat tubuh Valentina sembari tersenyum bahagia. Keano benar-benar terlihat sangat bahagia mendengar kabar mengejutkan ini. Valentina meremat pinggang Keano dengan pelan. "Aku mengandung?" Beo Valentina dengan wajah tidak percayanya. Keano melonggarkan pelukannya kemudian mengecup dahi Valentina berulang kali. Namun Keano berhenti ketika melihat Valentina menangis. "Baby" DUGH! BRAAAK! Valentina menendang kuat perut Keano hingga tersungkur dan mengenai ranjang pasien yang kosong di belakangnya. Kraak! SRAAAK!! Tirai kain yang menjadi pembatas antar satu ranjang dengan yang lainnya pun ambruk karena Keano menariknya sebagai tumpuan. "KAU BRENGSEKK!! SIALAN HAMPIR SAJA KAU MENCELAKAI ANAKKU." Valentina berteriak histeris dengan air mata yang mengalir deras. Keano segera bangkit dan menyingkirkan tirai yang melilit tubuhnya dengan kasar. menghampiri Valentina dan berusaha menenangkannya namun mendapatkan lemparan bantal. "Hiks hiks bagaimana jika terjadi. sesuatu dengannya?! Dasar bodoh! Pria i***t!" Valentina menangis sesenggukan sembari memeluk perutnya. Keano pun terlihat ikut sedih seketika mengingat tendangan yang ia layangkan ke perut Valentina sangat kuat hingga muntah darah. Namun ia tak tahu jika terdapat calon buah hati mereka di dalam perut Valentina. "Sayang maafkan aku. Sungguh aku tidak bermaksud, aku tak tahu jika ada dia di dalam." Keano menatap menyesal ke arah Valentina. Valentina pun menghapus air matanya dengan kasar lalu ia kembali berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut la membelakangi tubuh Keano yang terlihat menghela napasnya panjang. la mengambil bantal di samping kakinya lalu membersihkannya sebentar dan meletakkan di bawah kepala Valentina. "Maafkan aku Sayang." Bisik Keano dengan mengecup sayang puncak kepala Valentina yang tertutupi selimut. "Hiks hiks." Valentina masih terisak dengan cukup keras. Keano pun segera memperbaiki tirai tersebut karena ia menjadi bahan tontonan. Dan tanpa sadar Valentina kembali tertidur hingga siang hari. Mereka berdua sudah berada di rumah, sore hari mereka pulang dan Valentina mendapatkan beberapa vitamin dan obat untuk kesehatan janinnya. Saat ini Valentina sedang berdiri di depan kaca besarnya yang berada di dalam wardrobe la menyentuh perutnya yang masih datar sempurna dengan tatapan aneh. "Aku mengandung?" Lirih Valentina dengan wajah pasrahnya. Ia sedikit Taku mengingat masa lalunya. Dengan perlahan lalu tersenyum kecil. "Hilang sudah harga diriku sebagai wanita bar-bar." Valentina tertawa geli. Namun jauh di lubuk hati Valentina ia merasa bahagia dengan kehadiran makhluk kecil di dalam perutnya, apalagi mengingat Keano lah pria yang telah membuahinya. Memikirkan hal itu membuat jantung Valentina berdegup dengan kencang. "Sayang! Makan malammu sudah datang!" Terdengar suara teriakan Keano dari bawah. Valentina segera memakai pakaian santainya lalu turun ke bawah. la ke ruang keluarga dan melihat meja penuh dengan ayam goreng dan juga daging panggang. "Woaah- " Valentina menelan ludahnya kasar. la duduk dengan cepat lalu mengambil dua paha ayam goreng dan memakannya lahap. Keano yang sedang makan mie kacang hitam pun hanya menatap Valentina dengan tatapan penuh puja, terlihat pancaran bahagia di mata Keano. "Pelan-pelan Sayang." Keano membersihkan sisa tepung ayam di dagu Valentina. Valentina menelan ayamnya dengan cepat lalu ia membuka mulutnya meminta mie milik Keano. Dengan sigap Keano menyuapi Valentina dengan suapan besar. "Aahh nikmat sekali." Valentina memejamkan matanya nikmat. la menghabiskan 3 potong daging ayam dan 2 piring daging panggang serta setengah porsi mie kacang hitam milik Keano. Keano membersihkan semuanya lalu membawa vitamin dan obat yang diresepkan untuk Valentina. "Minum ini dulu Baby" Keano memasukkan dua vitamin dan obat kedalam mulut Valentina. Valentina menegak air cukup banyak lalu ia bersendawa kecil la menyender malas di sofa sembari mengelus perutnya yang kekenyangan Keano tersenyum kecil melihat perut Valentina. Keano hendak menyentuh perut Valentina namun dengan cepat ditepis oleh sang empu. "Itu melukai harga diriku. Aku malu." Valentina melengkungkan bibirnya kebawah dengan sedih. Keano tertawa terbahak mendengar perkataan istrinya. Valentina menatap datar Keano. Menendang pelan tubuh Keano melampiaskan kekesalannya. Keano pun menarik tubuh Valentina untuk ia peluk dengan erat. "Berjalannya waktu kau akan terlihat pantas dengan perut besar Baby" Keano tertawa pelan sembari mengecup gemas pipi Valentina. Valentina mendengus kasar mendengarnya, ia menggerakkan badannya memposisikan tubuhnya agar mudah memeluk Keano. "Nanti kesexian perutku hilang." Cicit Valentina sembari mengusakkan hidungnya di ketiak Keano. Keano mendorong pelan kepala Valentina agar menyingkir dari ketiaknya karena ia merasa geli Namun Valentina justru mencubit kesal pinggang Keano dan kembali mengendusi ketiak Keano. "Sayang itu menggelikan." Keano tertawa pelan sembari tetap berusaha mendorong kepala Valentina. "Eumphh!!" Valentina memekik kesal dengan alis menukik tajam. Keano tak tahan, dia mencubit kedua pipi Valentina dengan gemas. Dan ia menghela napasnya pasrah saat Valentina kembali memeluknya dan mengendusi ketiaknya. Bulu ketiak Keano cukup panjang dan hal itu membuat aroma jantan Keano semakin kental. "Setelah melahirkan apa aku bisa membentuk otot perutku lagi?" Tanya Valentina sembari mendongak menatap Keano. "Jangan khawatir. Kau dapat membentuknya lagi Baby. Untuk sekarang aku mohon untuk makan makanan yang bergizi dan menjaga kesehatanmu hm? Jika ingin sesuatu katakan pada ku," Ujar Keano sembari mengelus wajah Valentina. Valentina mengangguk kecil sembari tersenyum tipis. la mengambil remot dan memutar film action favoritnya. Hingga tanpa sadar Valentina tertidur karena kekenyangan. Keano memindahkan Valentina ke kamar namun ia membangunkannya lebih dulu. "Eummh-" Valentina terlihat terganggu dan berusaha kembali tertidur. "Kau harus mengosok gigimu lebih dulu manis." Keano tak ada pilihan lain. Dia menggendong Valentina dan mendudukkan nya di atas closet duduk la memercikkan air dingin ke wajah Valentina membuat sang empu mengerang kesal. Keano sudah menyiapkan sikat gigi juga pasta giginya, Valentina mengambilnya dan menggosok giginya dengan santai. la memeluk tubuh Keano dan menyender di perut berotot sang suami. Keano tersenyum hangat melihat Valentina, ia memainkan daun telinga Valentina sembari menyikat giginya sendiri. "Air." Pinta Valentina sembari menyerahkan sikat giginya kepada Keano. Keano memberikan segelas air dan Valentina berkumur sebentar kemudian meludahkannya ke lantai lalu disusul dengan mouthwash. la mengusap bibir basahnya ke celana Keano kembali memejamkan matanya. Keano pun selesai menyikat giginya dan membawa tubuh Valentina ke kamar. Keano mengelus pelan perut Valentina dan mengecupnya beberapa kali. "Hello Little Keano." Keano tersenyum lebar. Dia sangat bahagia karena akan mendapatkan keturunan dari Valentina la mempunyai cita-cita untuk membuat anak yang banyak bersama Valentina, ah-sebenarnya Keano lebih suka ketika proses membuat little Keano. Usia kandungan Valentina sudah memasuki pekan ke 9. Dan perutnya sudah mulai sedikit membesar sehingga garis perutnya mulai memudar. dan begitu sialnya Valentina harus mengalami morning sickness yang mengerikan. Sudah 2 minggu ini Valentina mengurung diri di kamar Tok tok tok. "Sayang sarapan lebih dulu. Aku tinggalkan disini hm? Aku berangkat." Keano meletakkan nampan yang berisi sepiring sandwich Jepang dan juga s**u untuk kandungan Valentina. Valentina dalam masa enggan berdekatan dengan Keano ia akan merasa mual dan muntah berkali-kali jika mencium bau tubuh Keano walau sebenarnya tidak ada yang aneh. Hanya saja itu bawaan dari kehamilannya Selama 2 minggu mereka pisah kamar dan tak bertatap muka. Di dalam kamar Valentina hanya menghabiskan waktu berbaring dan menonton film, bermain game latu menangis karena tubuhnya terasa tidak enak. Namun Keano tak dapat melakukan apapun, mendekati Valentina yang ada pujaan hatinya akan semakin menderita. Ketika Keano bekerja maka Valentina akan keluar kamar untuk sekedar menghirup udara luar dan berenang di belakang rumah. Hingga tengah malam Keano baru pulang dari kantor dan ia naik ke lantai atas. la hendak membuka knop pintu kamar Valentina terhenti saat mendengar isak tangis Valentina. "Sayang? Kau baik-baik saja?" Tanya Keano sembari mengetuk pintunya pelan. "Hiks hiks-aku merindukanmu. Hiks-rindu sekali." Valentina menangis sesenggukan. Di dalam kamar ia sedang menatap ponselnya menunjukkan potret wajah tampan sang suami. la menangis setelah makan malam hingga detik ini, sudah 6 jam lamanya. Kedua matanya bengkak karena air matanya tak kunjung berhenti.. "Lalu aku harus apa Sayang?" Tanya Keano dengan putus asa dari luar. Valentina semakin terisak hingga tubuhnya terlonjak kecil. Dia belum bisa bertemu dengan sang suami. membayangkan aroma tubuh Keano yang maskulin saja sudah membuatnya Hoeck-hoek!! Valentina berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Di luar Keano terlihat sangat khawatir ia segera turun dan membuatkan Valentina minuman herbal yang dapat menghangatkan perut dan mengurangi rasa mual. Setelah selesai ia naik dan mengetuk pintu Valentina. "Sayang, aku membuatkanmu minuman. Ambil dan minum hingga habis okay? Aku masuk kedalam kamar." Ujar Keano dengan tidak bersemangat Valentina tidak menyahutinya karena ia sangat lemas, ia pun merangkak menuju arah pintu untuk mengambil minuman yang dibuatkan Keano. la menatap ke arah pintu sang suami yang sedikit terbuka dan pria tampan itu mengintip dari dalam. "Hiks hiks." Valentina mencebikkan bibirnya kebawah dengan sedih. la kembali menangis sesenggukan di ambang pintunya, mengulurkan kedua tangannya ke arah Keano sembari menggerakkan jarinya buka tutup seakan ingin meraih tubuh sang suami. "Haaaa!! R-rindu hiks rindu-" Valentina menangis semakin kuat. Di dalam kamar Keano menatap sedih sang pujaan hati namun ia juga tertawa geli melihat betapa menggemaskannya Valentina. Keano seketika sadar jika tubuh Valentina terlihat sedikit berisi dan perutnya sudah mulai membesar. "Sayang kau harus memakai pakaian tebal mu. Nanti masuk angin." Ujar Keano sembari mengeluarkan jarinya yang berbentuk hati. Valentina mengangguk dengan pelan. la menghapus air matanya kemudian minum ramuan herbal tersebut dengan cepat. la menyender malas di pinggiran pintu sembari tetap menatap ke arah Keano. Ia tak dapat melihat wajah sang suami namun ia tahu jika pria tercintanya ada di sana. Keano menatap Valentina dengan prihatin, wajahnya sangat pucat dan berkeringat dingin. Kedua matanya terlihat membengkak dengan hidungnya yang basah karena ingus. "Aku masuk dulu. Aku mencintaimu." Valentina melambaikan tangannya dengan lemah lalu ia merangkak masuk kedalam dan menutup pintunya. Keano menghela napasnya panjang, ia membereskan gelas Valentina dan membawanya ke bawah la pun segera mandi dan beristirahat. la sangat merindukan Valentina dan ingin memeluk tubuhnya saat tidur. Namun sudah 2 pekan ia hanya tidur sendirian dengan kekosongan seperti sebelum bersama Valentina. Keesokan harinya pun seperti hari hari sebelumnya, Keano memberikan sarapan di depan kamar Valentina dan berpamitan untuk bekerja. Sedangkan Valentina menghabiskan waktu di ruang keluarga menonton film dengan banyak buah-buahan di meja. la sering merasa lapar namun juga selalu terkuras karena ia muntah tiada henti apalagi jika ia membayangkan aroma tubuh Keano. . . Pagi hari Keano sudah siap untuk berangkat ke perusahaan namun harus menunggu Valentina lebih dulu yang masih ada di dalam kamar mandi. la sudah telat 15 menit karena menunggu si kesayangan. Keano harus bersabar karena jika ia menegur Valentina maka sudah dipastikan bocah itu mengumpat tiada henti ke arahnya. Perubahan mood Valentina sangat mengerikan beberapa minggu ini, dia sudah kembali bekerja walau Keano memintanya untuk di rumah saja atau berlibur kemana pun namun Valentina menolak. Karena dia dalam mode tidak ingin berpisah dengan prianya. Dia menempeli Keano kemana pun tiada henti. Cekleek. Valentina keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Valentina berjalan ke arah Keano dan mengambil satu kecupan manis dari bibir sang pria. "Tunggu sebentar. Aku tidak akan lama." Valentina menepuk bahu Keano dengan pelan. Keano merengkuh pinggang Valentina lalu mengecupi perut Valentina yang sudah lebih besar dari sebelumnya Ini memasuki bulan kelima, perut sexy Valentina sudah tak terlihat sama sekali. Cup cup cup. Keano mengecup gemas perut Valentina lalu mengusakkan hidung bangirnya di sana mencium aroma sabun Valentina yang harum. "Sudah sudah. Nanti kau telat." Valentina berjalan cepat ke arah wardrobe. Keano merotasi bola matanya malas mendengar perkataan Valentina. Kenyataan nya ia sudah telat sejak 20 menit yang lalu ia harus bertemu dengan klien namun membuang waktu seperti ini. Mau tak mau sekretarisnya lah yang menghandle semuanya. Tak lama Valentina sudah rapi dengan setelan formalnya, dia memakai pakaian Keano yang ukuran nya lebih besar 2 nomor di atasnya. "Ayo pria jelek." Valentina menarik tangan Keano kemudian memeluk manja lengan Keano. Keano mengelus kepala Valentina singkat, dia sangat sayang dengan Valentina melebihi apapun. "Sayang. Kenapa kau memanggilku 'daddy' hanya saat bercinta? Itu tidak adil." Protes Keano mengenai panggilan Valentina kepadanya yang tidak pernah berubah. Valentina menatap Keano dengan gugup, ia pun tak menjawab apapun. karena ia malu mendengar protesan sang suami. la melepaskan pelukannya pada lengan Keano lalu berjalan lebih dulu membuat Keano tertawa pelan. la kembali ke kamarnya mengambil vitamin Valentina serta mengambil dua kotak s**u untuk kandungan. la tak boleh melupakan hal penting tersebut. Saat ia ke garasi Valentina sudah duduk manis di dalam mobil sembari bermain game. Keano masuk dan segera metajukan mobilnya dengan santai. "Haish sial," Valentina mengumpat kesal karena ia terbunuh. la kembali bermain dengan serius dan tak berhenti mengumpat membuat Keano menggelengkan kepalanya. la meletakkan satu tangannya di belakang kepala Valentina, memainkan rambutnya yang halus dengan santai. "Pria jelek nanti malam aku tidak pulang." Ujar Valentina tanpa menatap ke arah Keano. "Memangnya kau mau kemana?" Tanya Keano dengan renyitan tidak sukanya. Valentina tak menjawabnya langsung karena ia fokus dengan permainannya, kemudian ia kalah lagi dan mematikan ponselnya dengan kesal la menatap Keano dan memeluk manja tubuhnya. "Aku menginap di rumah Sasa , aku ingin melihat dia bermesraan dengan kejasih nya." Valentina menaik turunkan alisnya nakal. Benar, Sasa dan kekasihnya sudah menjalin kasih 1 bulan yang lalu dan tiba-tiba saja Valentina ingin melihat mereka bermesraan seperti di film-film. "Sayang itu tidak sopan." Plak! "DIA SAJA TIDAK KEBERATAN KENAPA KAU YANG PROTES!" Valentina berteriak marah sembari mendorong kasar tubuh Keano. "JANGAN MENYENTUHKU BRENGSEK!!" Valentina menepis tangan Keano dengan kasar saat hendak menyentuhnya. Keano berusaha bersabar, ia menghembuskan napasnya dengan pelan lalu memilih diam karena jika ia meladeni Valentina maka yang ada dia akan kehilangan jatah. "Kenapa kau tidak membujukku?! Kau memang pria tidak tahu diri." Valentina membuang mukanya ke samping sembari memeluk perut besarnya. Keano menghembuskan napasnya kasar, ia terlihat menderita karena ia selalu salah dalam melakukan hal apapun di mata Valentina. Namun dia berusaha bersikap dewasa karena ia mengerti jika Valentina seperti ini karena ia menanamkan benih di dalam rahim istrinya. "Baiklah maafkan aku, hm?" Keano mengelus sayang kepala Valentina. Valentina pun dengan cepat memeluk tubuh Keano kembali dan mengusakkan wajahnya manja pada d**a bidang Keano. "Aku maafkan. Tapi belikan aku PSXx." Ujar Valentina dengan senyuman lebarnya. Keano mengangguk santai dan mengecup gemas pipi Valentina la memeluk tubuh istrinya dengan satu tangan sembari mengemudi. Tak lama mereka sampai di perusahaan Hubungan mereka berdua sudah tersebar di seluruh penjuru perusahaan dan beberapa kalangan bisnis Keano. Semua anggota rahasia Keano pun mengetahuinya, tentu saja mereka menganggap anehh namun mereka tak dapat melakukan apapun. Hubungan atasannya ini sangat unik. "Pria jelek, bisakah kita bermesraan sebentar?" Tanya Valentina saat berada di lift. la memeluk erat tubuh Keano sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang suami. "Nanti siang bagaimana? Aku harus bertemu dengan klien." Tawar Keano dan diangguki oleh Valentina. Valentina berjinjit pelan untuk mengecupi bibir Keano dan menghisap main-main bilah bibirnya. "Manis. Aku suka." Valentina menghisap santai bibir bawah Keano seperti menyusu. Keano hanya diam dan membiarkan sang pujaan hati melakukan apapun yang ia inginkan. la menepuk p****t Valentina dengan santai menghasilkan suara tepukan yang berirama. "Mmhh." Valentina melepaskan bibir Keano. la tertawa pelan saat melihat bibir bawah Keano membengkak dan sang merah la mengecupi bibir Keano dengan gemas talu mengusakkan hidungnya di rahang tegas Keano. "Aku sangat mencintaimu." Valentina tersenyum lebar. Keano menangkup wajah Valentina lalu mengecupi seluruh wajahnya membuat Valentina tertawa geli. "Aku lebih mencintaimu Sayang." Keano tersenyum tampan. Cting! Pintu lift terbuka dan ini saatnya Valentina keluar dari lift. "Eum. Aku tahu." Valentina melepaskan pelukannya dengan tidak rela lalu keluar. la melambaikan tangannya ke arah Keano dengan ekspresi sedih. Keano membalas lambaian Valentina semban tertawa geli melihat ekspresi sedih Valentina yang terlihat menggemaskan. "Bertemu nanti siang Baby." Ujar Keano sebelum pintu lift kembali menutup. Dan jam siang pun sudah tiba, Keano turun ke lantai ruangan Valentina berada la masuk kedalam setelah mengetuk beberapa kali tak mendapat sahutan. "Sayang" suara Keano terhenti saat ia melihat Valentina sedang tertidur nyenyak di sofa. Valentina mendengkur pelan dan terlihat begitu kelelahan, Keano memilih untuk memesan makan siang untuk mereka sembari menyiapkan. vitamin dan s**u yang dibutuhkan Valentina. la mengangkat kepala Valentina dan meletakkan nya di atas pahanya. Keano mengelus dahi Valentina agar anaknya tidur lebih lelap. la tersenyum kecil menatap wajah manis Valentina yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang. la benar-benar merasa beruntung telah memiliki Valentina sebagai istrinya sekaligus tambatan hatinya. "Ugh." Valentina meracau dalam tidurnya dan memiringkan tubuhnya. la terlihat kedinginan dan dengan cepat Keano melepas jasnya kemudian menyelimuti tubuh Valentina la juga menurunkan suhu AC di dalam ruangan Valentina. Keano mengelus lembut perut besar Valentina, ia tidak sabar menanti kelahiran anaknya bersama Valentina. 15 menit kemudian pintu ruangan Valentina diketuk seseorang dan Keano menyuruhnya untuk masuk Itu adalah anak buah Keano yang mengantarkan makan siang untuk mereka. "Silahkan Tuan." Pria itu meletakkan makanan milik mereka berdua kamudian membungkuk sopan dan keluar. Keano mencubit pelan pipi Valentina yang mulai berisi. "Sayang ayo bangun. Kau harus makan siang." Keano mengelus bilah bibir Valentina dan menariknya pelan. Valentina membalik tubuhnya lagi dengan susah payah lalu kembali tidur. Keano terkekeh gemas, ia menguleni pipi gembil Valentina membuat Valentina mengerang kesal. "Aku mengantuk." Ujar Valentina dengan suara seraknya. "Makan siang lebih dulu lalu tidur. Kau harus minum vitamin Sayang." Ujar Keano dengan lembut. Mendengar perkataan sang suami membuat Valentina membuka matanya dan memeluk erat perut Keano. "Aku merindukanmu." Valentina meletakkan tangan Keano di atas perutnya. Keano mengelusnya dengan santai dan memijat pelan pingang Valentina, karena istrinya sering mengeluh pinggangnya terasa keram. Valentina mengusakkan hidungnya pada perut Keano hingga aroma jantan menguar membuat Valentina begitu merasa tenang. la pun bangun dan langsung duduk di atas pangkuan Keano. "Rindu." Valentina mengecupi bibir Keano lalu melumat bibirnya dengan lembut. Keano menahan tengkuk Valentina dan membalas ciuman manis istrinya. la menghisap dan melumat bilah bibir Valentina bergantian, menggigit seduktif bibir bawahnya lalu menyapu gigi depan Valentina yang rapi. "Mmhh nghh-" Valentina memeluk leher Keano. la menekan kepala sang suami untuk memperdalam ciumannya. ia mengetuk gigi depan sang suami menggunakan lidahnya Keano membuka mulutnya dan membiarkan lidah Valentina bermain di dalam mulutnya. Mereka saling bertukar ludah dengan lidah yang saling membelit, menciptakan suara kecipak lidah yang cukup nyaring Valentina menjauhkan wajahnya hingga ciuman mereka terlepas. Keano tersenyum tampan sembari mengelus pipi Valentina. Mereka saling mengecup kemudian tertawa kecil. "See? Kau memanggil 'daddy' hanya saat aku mencumbumu." Goda Keano membuat wajah Valentina merona. la meninju d**a bidang Keano dengan kesal lalu membalik tubuhnya duduk di antara kaki Keano "Peluk " Valentina melingkarkan tangan Keano di perutnya. Keano menurut dan ia menumpukan dagunya di bahu Valentina sembari menatap istrinya yang makan dengan lahap. "Aaa-" Valentina menyuapi Keano dengan semangat. Keano menerimanya dengan senang hati dan mereka makan bersama dengan Valentina yang menyuapi Keano hingga semuanya habis tak tersisa. Valentina meminum vitamin dan susunya dengan cepat lalu minum air sangat banyak karena bagus untuk kesehatannya. Keano pun minum air bekas milik Valentina. Setelah makan siang selesai Valentina hanya menyender malas di tubuh Keano sembari bermain game. Keano menatap Valentina bermain game yang terlihat sangat ahli, dia tersenyum kecil ketika mengingat usia Valentina yang memang lebih muda darinya. "Pria jelek-apa aku boleh merokok satu kali saja?" Tanya Valentina sembari mengecup singkat rahang tegas Keano. "Hm?!" Suara Keano terdengar mengintimidasi. Wajah Keano seketika berubah menjadi dingin. dengan aura membunuh yang menguar. Valentina melirik ke arah Keano yang sangat datar dan mengeraskan rahangnya. Seketika ia menciut. "Ugh tidak-tidak." Valentina mengecupi bibir Keano dengan cepat. Keano hanya diam menatap datar Valentina yang terlihat merayunya. "Jangan marah- aku tidak akan merokok. Aku tahu itu tidak baik untuk anak kita." Valentina memeluk erat tubuh Keano berharap prianya tidak marah. Keano tak mengatakan apapun membuat Valentina semakin takut dan gelisah, la pun menunduk merasa bersalah. "Kau benar-benar. Bukankah setiap saat aku mengatakan jika merokok tak baik untuk kesehatanmu? Kenapa kau begitu bebal." Keano terlihat sangat marah. la melepaskan pelukan Valentina dan keluar dari ruangan Valentina dengan wajah yang terlihat marah. Dengan cepat Valentina menyusul Keano, ia berlari kecil dan tak sengaja kakinya menyandung kakinya sendiri. BRAAK!! Valentina terjatuh dengan kasar dan Keano menoleh kebelakang, ia bertari dengan cepat ke arah Valentina. Membantunya berdiri dan memeriksa tubuh Valentina apa ada yang terluka. Beruntunglah Valentina menyangga tubuhnya dengan kedua tangan hingga perutnya tidak mengalami benturan. "Ada yang sakit?" Tanya Keano dengan wajah khawatirnya. "Di sini." Valentina meletakkan tangan Keano ke arah dadanya. Keano menatap Valentina dengan seksama dan ia melihat wajah si kesayangan terlihat murung. "Maaf. Aku tidak akan bertanya hal seperti itu lagi. Ayolah jangan marah-" Valentina merengek sembari memeluk tubuh Keano. Menghentakkan kakinya dengan pelan sembari menatap melas ke arah Keano la sedang berusaha merayu prianya. "Baiklah. Kemari." Keano mengangkat tubuh Valentina ala koala lalu membawanya ke ruangan nya di atas. Valentina memeluk erat tubuh Keano, ia tersenyum senang karena Keano sudah tidak marah. "Apa kau akan menghukum ku? Dengan 5 ronde?!" Tanya Valentina dengan antusias. Ctak! Keano menyentil dahi Jungkook dengan pelan lalu mengecupnya. "Sayang ingat kata dokter? Kita hanya boleh bercinta 4 kali dalam seminggu. Sisa 1 kali saja." Ujar Keano sembari menepuk pelan p****t Valentina. Valentina mendengus kasar, padahal ia ingin bercinta dengan sang suami setiap saat dan di manapun. Beberapa bulan terlewati dengan cepat. Pagi hari Keano sudah berkutat di dapur karena Valentina ingin pasta buatannya dan juga steak daging kualitas premium. la bangun lebih pagi agar ia tidak telat ke perusahaan ada meeting pagi. la sedikit terkejut saat merasakan sesuatu yang besar menyundul punggungnya. "Aaah tidak cukup." Valentina merengut kesal karena ia tak dapat memeluk tubuh Keano dari belakang. Karena perutnya yang sangat besar sebagai penghalang Keano terkekeh, dia membalik tubuhnya dan mengecup lembut dahi Valentina. "Good morning Sweetheart." Keano mengecup kedua pipi Valentina dengan gemas. Valentina angguk-angguk kepala. dengan pelan, ia menatap ke arah pasta yang sedang di masak oleh Keano. Air liurnya memenuhi mulutnya karena ia sudah tak sabar memakan masakan Keano. "Duduklah Sayang. Sebentar lagi selesai." Keano mengelus sayang kepala Valentina. Valentina pun duduk di kursi sembari menunggu masakan sang suami selesai. Usia kehamilan Valentina sudah 6 bulan dan perutnya sangat besar karena ada dua nyawa di dalamnya, perempuan dan laki-laki. Gerakan Valentina sudah mulai terbatas, bahkan untuk berjalan pun Valentina harus sangat berhati-hati. "Nah sudah selesai. Selamat menikmati." Keano menyajikan sepiring pasta dan sepiring steak. Valentina bergumam terima kasih lalu makan dengan lahap. Keano pun ikut makan sembari menatap Valentina dengan senyuman hangatnya. la duduk di samping Valentina, mengelus lembut perut besar Valentina. Valentina menyodorkan satu potongan daging ke arah mulut, Keano namun prianya menggelengkan kepalanya pelan. Valentina menukik alisnya tajam dan membanting garpunya dengan kasar. Menyingkirkan tangan Keano dari perutnya kemudian ia berusaha berdiri namun tidak bisa. "Baiklah aaa-" Keano mengalah dan membuka mulutnya lebar. Valentina tersenyum lebar, ia kembali mengambil garpunya lalu menyuapkan daging tersebut. la mengelus rahang tegas Keano dengan sayang lalu kembali makan dengan lahap. Keano terkekeh gemas melihat Valentina, tubuhnya sangat berisi dan dia sangat manja kepadanya setiap harinya. "Hari ini jadwal ku sangat padat. Kau diam dengan baik di ruangan ku saja hm?" Keano mengecup pipi Valentina dengan gemas. Valentina mengangguk dengan pelan, mereka pun selesai sarapan dan kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Keano merengkuh kuat pinggang Valentina menyangganya untuk menaiki tangga. Valentina pun berpegangan erat ke pinggiran tangga dan memeluk pinggang Keano. Perut besar Valentina benar-benar membuat pergerakannya tidak leluasa. Terkadang Keano merasa sedih dan tidak tega melihat perut Valentina yang semakin besar seakan lebih berat dari tubuh Valentina sendiri. "Sayang di rumah saja eum? Aku khawatir membawamu perusahaan." Bujuk Keano namun ia mendapatkan delikan tajam dari Valentina. "Sudah kubilang aku ikut!" Valentina berteriak marah sembari hendak meninju wajah Keano namun dengan cepat Keano menangkap kepalan tangan Valentina. la mengecup punggung tangan Valentina untuk menenangkannya, Valentina dalam mode kesal sangat mengerikan. Keano hanya takut kesayangannya terjatuh jika terlalu banyak bergerak. Mereka sampai di kamar dan memutuskan untuk mandi bersama. Keano memainkan busa sabun di atas perut Valentina, mereka sedang berendam air hangat dengan aroma terapi. "Hubby apa kau sudah memikirkan nama anak kita?" Tanya Valentina sembari mendongak menatap Keano. la sedang menyenderkan kepalanya dengan malas di bahu Keano, la merasa begitu nyaman karena elusan di perutnya oleh sang suami. "Belum. Kau sudah?" Tanya Keano sembari mengecup tembut bibir Valentina. Valentina mengangguk antusias, ia menggeser sedikit tubuhnya agar ia dapat mengelus perut berotot sang suami. "Airera dan Azriel." Valentina tersenyum lucu sembari membuat gerakan random di otot perut Keano. Keano menggenggam tangan Valentina dan kembali menghadapkan tubuh Valentina ke depan, karena ia tahu sang pujaan hati sudah membuat gerakan random di d**a bidangnya maka ingin beranjak. Sedangkan Keano harus segera ke perusahaan tak ada waktu untuk memuaskan sang kesayangan. "Kita harus bergegas." Keano menggosok tubuh Valentina dengan cepat lalu membilas dengan air bersih. Setelah selesai mandi Keano membantu Valentina berpakaian lebih dulu. Yang dulunya Valentina selalu memakai pakaian yang sexi yang ketat menunjukkan lekuk tubuhnya-sekarang justru ia memakai pakaian oversize yang dapat menutupi perut besarnya. Keano dengan sengaja memesankan khusus ke desainer terkenal puluhan pasang pakaian oversize untuk istrinya. "Apa terasa nyaman?" Tanya Keano setelah memasangkan celana dalam pada tubuh Valentina. Valentina mengangguk pelan sembari memperbaiki celana dalamnya yang terjepit di belahan kakinya. la benar-benar kesulitan memakai pakaiannya sendiri. Jika di rumah maka ia hanya memakai kaos oversize tanpa bawahan. Namun jika keluar rumah seperti ini tak mungkin dia bertelanjang kaki. "Ayo Sayang." Keano memakaikan celana yang longgar untuk Valentina. Setelah selesai ia memakaikan kaos oversizenya berwarna hitam kemudian menyuruh Valentina duduk di kursi la mengambil sepasang kaos kaki Valentina dan juga sepatunya, ia memasangkan pada kaki Valentina dengan telaten. la menali sepatu Valentina dengan kuat agar tidak terlepas. "Sudah selesai. Tunggu aku di kamar ." Keano mengecup gemas perut besar Valentina.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN