06. Awal kehidupan rumah tangga.

1028 Kata
Keano memarkirkan mobilnya di garasi lalu masuk ke dalam rumah barunya sembari menyeret koper besar yang berisikan baju-baju nya. Kedua matanya menelisik penjuru ruangan mencari keberadaan sang istri, sontak dia tersenyum saat mendapati sosok yang dia cari terlihat tengah memakan buah di depan TV. Keano kembali melanjutkan langkahnya, lalu berhenti saat suara Valentina mengintruksinya. "Berhenti! Kamarmu ada di lantai bawah." tunjuknya pada kamar di bawah tangga yang seharunume jadi kamar pembantu. Keano mengangguk dan menuju ke ruangan yang ditunjukkan sang istri. Keano tersenyum menatap ruangan sempit yang cukup nyaman baginya. Tak apa dirinya tinggal di tempat seperti ini, baginya hidup satu atap dengan Valentina sudah lebih dari cukup. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga istrinya sepenuh hati, jika perlu dia juga akan mengorbankan nyawanya kalau Valentina mau. Selesai mengemasi barang-barangnya, Keano keluar dan menuju ke ruang dapur. Hari sudah menjelang siang, pasti Valentina lapar, batinnya. Dia memutuskan untuk memasak makan siang. Beberapa menit masakan sudah siap, Keano memanggil Valentina di ruang santai. "Val, makan siang sudah siap." Ucap Keano lembut. "Apa matamu tidak melihat?! Aku sedang makan!" ketusnya. Keano menatap makanan cepat saji di hadapan sang istri. "Makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan mu, apalagi kamu sedang mengandung!" BRAKK! "Tutup mulutmu! Kau memang berstatus sebagai suami ku! Namun kau juga harus ingat, jika aku tidak sudi melihat dirimu! Aku pun juga tidak ingin melihat anak menjijikkan ini hidup di dalam perutku! Jika bisa aku ingin melenyapkan dia!" Amuk Valentina. Keano hanya diam, mencoba bersabar. Biar bagaimanapun semua ini karena kesalahannya. "Maafkan aku, karena ku, kamu harus menderita." "Bagus jika kau sadar dengan kesalahanmu!" Valentina membuang makanan di hadapannya ke wajah Keano. Lalu pergi berlalu menuju ke kamarnya di lantai atas. Keano menerima semua perlakuan buruk Valentina, biarkan wanita itu melakukan semua yang dia inginkan asal semua itu bisa membalas kesalahan Keano. Dengan penuh kesabaran Keano membereskan kekacauan yang dibuat istrinya. Lalu menuju ke arah dapur dan menyiapkan makan siang untuk Valentina. Menaruh piring berisikan makanan yang baru ia masak ke atas nampan lengkap dengan jus buah. Tok! Tok! Tok! "Val, boleh aku masuk?" tanya Keano. CKLEK! "Mau apa, hah?!" Marah Valentina merasa waktu istirahatnya terganggu. "Aku hanya ingin mengantar makan siang untukmu." "Ck! Tidak bisakah kau diam dan jangan menggangguku?! Aku muak melihat wajahmu! Jangan pernah berpikir aku akan mau memakan menjijikkan yang kau buat. Sampai mati pun aku tidak akan sudi!" Blam!! Valentina menutup pintu kamarnya dengan keras. Keano hanya bisa diam, dan kembali mwjkjuke lantai bawah menaruh makanan yang dibawanya ke dapur. Hari ini dia harus datang ke kantor yang diberikan ayahnya untuk belajar tentang dunia bisnis. Selepas Keano bersiap, dia hendak berpamitan pada Valentina namun ia urungkan karena tidak ingin mengganggu sang istri. Berakhir Keano menulis di note book kecil, dia mengatakan jika sedang pergi ke kantor, lalu menyematkan di pintu kulkas. Setelahnya dia pergi. Valentina mendengar suara deru mobil keluar dari garasi rumah nya. Merasa penasaran, dia mengintip dari jendela kamarnya. Melihat Keano sudah pergi, Valentina memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Kedua netranya melihat nota kecil yang tersemat di pintu kulkas, dia hanya merolling bola matanya malas tanpa ingin melihat isi tulisan di sana. Dia hanya ingin mengambil minuman dan menikmati harinya tanpa melihat wajah menyedihkan Keano. Valentina bosan berada di dalam rumah besarnya sendirian, akhirnya wanita itu menghubungi teman-temannya dan mengajak berpesta di dalam rumahnya tersebut. Tak berapa lama beberapa gadis datang, membawa banyak makanan dan minuman untuk berpesta. Valentina menyambut kedatangan teman-temannya dengan senang hati. Mereka pun langsung berpesta dengan diiringi musik. Sampai sore menjelang, mereka masih menikmati minuman keras yang sudah mereka siapkan bahkan Valentina sampai mabuk tak berdaya. Keano terkejut mendengar suara dentuman musik yang terdengar di dalam rumahnya dengan cepat dia masuk ke dalam rumah. Sontak dia kaget melihat apa yang terjadi. Tanpa membuang waktu, Keano mengusir semua gadis di sana tak peduli jika mereka mengumpat kepadanya. "Ck, apa yang ada di dalam otak mu? Kau benar-benar ingin membunuh anak kita." Gerutu Keano, sembari menggendong tubuh sang istri membawanya ke dalam kamar. Keano merebahkan tubuh Valentina pelan di atas kasur, mengantikan baju wanita tersebut dan membersihkan bau minuman yang menguar di tubuh Valentina. Selesai membersihkan tubuh sang istri, Keano beralih menyelimuti tubuh Valentina. Lalu memutuskan untuk pergi ke kamarnya, membiarkan Valentina tidur dengan lelap. Namun saat dia hendak melangkah, lengannya di cekal oleh Valentina. "Jangan pergi, temani aku di sini." Racau Valentina. Keano tersenyum dan duduk di samping tubuh Valentina, membiarkan wanita itu memeluk lengannya. Posisi Keano sedikit menyender di kepala ranjang, dia memandang wajah cantik Valentina. Menyingkap rambut panjang yang menutupi wajah istrinya. "Maafkan aku, kau harus menderita." batin Keano, mengecup lembut kening sang istri. Sampai tengah malam Keano terjaga, dia hanya ingin menjaga Valentina. Tak apa jika dia tidak tidur malam ini. Valentina semakin mengeratkan pelukannya di lengan Keano. Keano berkali-kali terkantuk-kantuk, namun dia segera membuka matanya lebar. Merasa jika Valentina sudah terlelap dan tak lagi memeluk lengannya, Keano memutuskan untuk pergi ke lantai bawah. Sekedar membuat kopi agar tidak mengantuk. Lalu kembali ke kamar Valentina. Valentina terlihat sedikit gelisah, mungkin dia sedang bermimpi buruk. Keano segera mendekat dan mengelus rambut Valentina. Membisikkan kata-kata lembut agar wanita itu merasa nyaman. Valentina kembali terlelap, Keano tersenyum. Jam dinding menunjukkan pukul 03:00. Sebentar lagi sudah pagi, Keano memutuskan untuk menaruh gelas dan teko bekas kopi yang ia buat semalam ke dapur lagi. Dia akan segera bersiap, karena harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Valentina membuka matanya, dia sejujurnya sudah bangun sejak tadi. Namun enggan untuk membuka matanya karena ada Keano di sana. Pukul 04:30, Keano berangkat ke kantor. Seperti biasa dia akan menempelkan note book di pintu kulkas sebelum pergi. Valentina berjalan menuju ke dapur dia melihat bekas gelas dan teko di dalam wastafel, ingin mencuci benda tersebut namun ia urungkan saat mengingat wajah Keano yang begitu ia benci. Dia memilih kembali ke kamarnya untuk tidur. Valentina hanya diam menatap langit-langit ruang kamarnya, memikirkan Keano yang semalaman terjaga menunggu dirinya tidur. "Dasar bodoh." gumam Valentina, sembari menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin memikirkan pria itu lagi. Keano berusaha tetap fokus dengan pekerjaannya, meski tubuhnya terasa remuk. Jangan sampai dia sakit, Keano harus berusaha keras untuk belajar mengelola bisnis. Demi masa depan Valentina dan juga calon anak mereka nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN