Abil Sayup-sayup aku mendengar sedikit keributan yang cukup mengganngu. Sebenarnya mataku enggan terbuka, tapi ketika aku menyadari sesuatu, mataku seketika terbuka lebar dan badanku menegak. Aku menoleh ke samping dan… “Ikut kebangun?” Pertanyaan santai itu membuatku membulatkan mata. “Ini lagi di pom bensin. Banyak yang kebelet,” lanjutnya kemudian. Aku buru-buru menggeser badanku, lalu menunduk malu. “Maafkan saya, Pak. Serius, saya nggak sadar.” Aku memejamkan mata, menangkupkan kedua telapak tangan di depan wajah, menyadari betapa tak tau dirinya aku sampai tidur menyandar di bahu Pak Juna. Haduh! Mati, aku! “Namanya juga tidur. Nggak ada yang sadar.” Lagi-lagi kalimat Pak Juna terdengar sangat santai. Aku menelan ludah, sembari berusaha meng