POV Kelvin
“Berisik! Norak!” terdengar sahutan dari Sekelompok Cowok yang berada tak jauh dari para Cewek yang tadi menyoraki Andhika dan mengungkapkan kekaguman mereka kepada Sang Vocalist band.
Gue tertawa tanpa suara.
Gue rasa, Para Cowok ini terganggu. Terganggu? Ah, bisa saja. Apa jangan-jangan, itu alibi mereka doang? Lihat saja, mereka sekarang berbalik mengganggu Kaum Cewek.
“Jazzy! Jazzy! Let me be your man, Girl!” teriak Para Cowok itu dengan super norak dan sok kompak. Berebut minta diberikan peluang untuk dijadikan Sebagai Pacarnya Jazzy. Seruan yang ditujukan kepada drummer Just For Fun, Jazzy Frederika Sebastian.
“Look at me Jazzy! Iam your future! You can count on me!” satu teriakan lantang terdengar.
Astaga! Sebegitu percaya diri, belum-belum sudah bilang bahwa Jazzy adalah masa depannya, dan Jazzy dapat mengandalkan dia. Terlalu murab ya, rayuan gombalnya.
Gue menghela napas panjang, mengundang rasa lega.
“Ha ha ha! Kumpulan Cowok gatel ini pasti sudah tahu, si Jazzy putus dari Pacarnya yang memilih untuk mengambil program master di luar negeri. Padahal belum genap dua minggu lho putusnya,” celetuk sebuah Suara di belakang gue, yang gue juga nggak berminat untuk tahu Siapa gerangan Pemilik suaranya. Nggak penting!
Faktanya..., ada yang bergemuruh di d**a gue sekarang. Ini jantung gue rasanya bekerja keras banget. Hingar-bingar ini, menerbitkan rasa yang... ah, itu lagi!
Kenapa sih?
“See? Kabar macam ini memang cepat menyebar! Para Cowok nggak tahu malu yang nyodorin diri dan menawarkan cinta, beramai-ramai di tempat umum itu kayaknya punya agen rahasia yang kerjanya yahud ya Tin? Tuh buktinya, sanggup kasih informasi akurat ke mereka. Mereka kayak nggak rela, gitu, Cewek semenarik Jazzy, yang parasnya manis bak permen itu, kelamaan jomblo,” sahut suara lainnya. masih dari arah sisi belakang gue. Gue perkirakan, mereka berdiri bersebelahan.
“Yup. That’s a big no for them,” balas Suara yang pertama, menegaskan bahwa Para Cowok yang tadi berteriak memandang bahwa kesendirian Jazzy itu masalah yang harus segera ditangani.
Gue mengembuskan napas gue dan mengerling ke Rheinatta.
Gue lihat, perhatian Rheinatta terfokus sepenuhnya ke arah panggung. Otomatis gue melihat ke arah yang sama.
Di atas panggung sana, Andhika Setiawan tampil amat atraktif. Tanpa gitar akustik yang sesekali dimainkannya pada sejumlah penampilan Just For Fun, dia lebih bebas bergerak kesana kemari. Sesekali Andhika meloncat-loncat macam monyet kecil yang lincah. Postur tubuhnya sungguh memudahkannya melakukan semua itu. Sebentar, dia bernyanyi dekat Faldo Priyadi sang keyboardist, kemudian bergerak gesit ke arah Erick Daryadi serta Tara Lazuardi, yang masing-masing memainkan gitar.
Ada saat-saat di mana Andhika juga mendekatkan michrophone kepada Erick Daryadi maupun Tara Lazuardi, mengajak mereka berdua bernyanyi pula bersamanya. Lalu pada saat lainnya, Andhika melambai-lambai pada Jazzy yang juga pamer keahlian, melempar-lemparkan dan menangkap stick drum-nya dan memasang tampang cool. Seakan tiada kesan bahwa dirinya belum lama putus pacaran dan semestinya sedang ada di fase galau, terpuruk sebagaimana Para Cewek lainnya.
Bagaimana bisa, Para Cowok ganjen itu tidak makin keras, suitannya? Jelas saja mereka merasa tertantanglah!
Dan jujur saja, sekarang d**a gue justru makin sesak rasanya. Gue sudah mulai meragukan, sanggupkah gue terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja?
“Iwwww! Hauuus!”
Kelompok pertama, Para Cewek yang meneriaki Andhika tadi, serentak memalingkan wajah dan berbalik mengejek kelompok kedua, ya Kumpulan Cowok ganjen itu. Namun, ejekan mereka diabaikan.
Lagi pula, mereka sudah harus fokus ke acara, kan? Pasalnya, intro lagu kedua sudah mengentak.
Sepertinya, tak hanya dua kelompok beda kepentingan itu, Bramantyo pun tak berminat melanjutkan olokannya pada Rheinatta lagi, yang terlihat kian menikmati penampilan Just For Fun.
Memerhatikan hal itu secara diam-diam, mata gue memejam begitu saja.
Bee, apa yang kamu kagumi dari Just For Fun? Aksi panggung mereka? Suara vokalisnya? Penampilan fisik mereka? Atau malah..., kisah yang menyangkut pribadi mereka masing-masing?
Lagu up beat yang menempati deretan top ten di radio dibawakan secara apik oleh Andhika, sebagai lagu kedua mereka. Suasana kian ceria.
Saat gue sedang berusaha menata hati gue yang berkecamuk nggak karuan, gue merasakan tarikan halus di lengan gue.
“Hon, keren banget! Lihat deh, Kumpulan Cewek yang di depan pada jingkrak-jingkrak semua. Terbakar mereka…, terbakar sama lagunya. Meraah banget ya suasananya. Padahal baru awal ya Hon,” bisik Rheinatta, yang mendadak menengok ke belakang.
Gue sedikit menundukkan kepala gue karena nggak tega melihat Pacar cantik gue ini sampai berjinjit demi memastikan suara yang keluar dari celah bibirnya benar-benar sampai ke telinga gue.
“Eeeh..., iya ya? Kamu nggak ikutan, Bee?” gue secepatnya menyahut untuk menutupi rasa gugup gue. Wajar dong kalau gue gugup? Kan tadi pikiran gue sempat piknik kemana-mana biarpun nggak lama. Diam-diam gue bersyukur, sisa kegugupan gue luput dari perhatian Rheinatta.
“Kurang seru di sini, Hon, terlalu jauh dari panggung. Jadi berasa aneh kalau aku jingkrak-jingkrak sendirian,” katanya jujur, seraya menatap sejenak ke arah depan, di mana gue memergoki ekspresi yang sangat gue hafal, dari sejumlah Cowok. Pengen ketawa geli rasanya.
Ah, mereka itu, berlagak nggak terpengaruh suasana. Sok jaim, tapi gue tahu pastti, sebetulnya mereka itu juga kepengen banget melonjak-lonjak gembira seperti Para Cewek, yang menurut gue malah lebih jujur berekspresi. Gue perhatikan sekilas, hanya beberapa dari Cowok yang di depan sana yang ikut bernyanyi dan menari. Gue mengulum senyum dan mengusap lengan Rheinatta.
“Sorry ya, Bee. Enggak datang lebih awal tadi,” ucap gue di telinganya.
“Nggak apa-apa, kok,” kata Rheinatta, menentramkan.perasaan gue.
“Kamu mau nemenin aku kemari saja, aku sudah senang,” tambahnya. Begitu tulus.
Hati gue terhibur jadinya. Kalau begini, rasanya nggak sia-sia berada di sini dengan d**a yang terasa sesak dan perasaan yang jauh dari kata damai.
Selama ada kamu, Bee. Selama aku bisa menyaksikan wajah semirngahmu. apalah artinya pengorbanan kecil yang aku lakukan? Kamu tuh selalu bikin aku bersemangat, batin gue sambil menatapnya.
Rheinatta tersenyum. Manis sekali.
Gue nggak mengatakan apa-apa, hanya mengelus punggungnya dengan sayang.
Duh, senangnya hati gue melihat wajah Rheinatta yang berseri. Kalau pinjam istilahnya Adda band di lagunya ‘Masih’, ‘dirimu bagai bunga di musim semi.’ Ya, itu faktanya. Itu gambaran Rheinatta di mata gue.
Hari ini nggak perlu dibantah, Emerald Park tampaknya menjadi Saksi aura suka cita yang diusung oleh Just For Fun seiring terdengarnya intro lagu ketiga.
“Alamaaak! Super duper keren! Langsung tiga lagu Kuy! Macam konser tunggal Just For Fun saja! Dan lagi-lagi, masih lagu up beat. Na, Na, Andhika sudah keringatan begitu, gara-gara loncat kesana kemari ngukur panggung. Duuh..., rasanya kepengen gue lap itu, mukanya Andhika,” cetus suara di belakang punggung gue.
Gue perkirakan, Pemilik suaranya masih yang tadi. Berhubung kali ini suaranya amat nyaring, Rheinatta sampai ikut menoleh ke asal suara.
“Enggak sekalian elo gantiin bajunya Andhika? Sudah basah kuyup, itu!” terdengar sahutan yang diajak bicara, yang segera ditimpali oleh derai tawa.
Suara musik sedikit memelan. Akibatnya, Suara dari arah belakang itu jadi terdengar lebih jelas.
“Cewek mana sih, yang saat ini enggak mati-matian menahan diri untuk nggak mengasurkan sapu tangan ke Andhika? Elo juga pasti Salah satunya kan? Tapi maaf, kalau gue mah, ogah deh. Pantang jadi Sylvanie kedua. Dia jatuh bangun nguber Andhika, sampai nyungsep bahkan, tapi enggak kunjung berbalas. Kalau gue jadi dia, sudah gue kumpulin serpihan hati gue yang tercecer, terus pelan-pelan gue satuin lagi, gue bungkus rapat-rapat biar terhindar dari sakit hati yang lebih parah,” kali ini telinga gue menangkap Suara yang sama sekali berbeda. Ini bukan Suara yang pertama ataupun yang kedua yang sempat gue kenali.
Karenanya gue langsung memperkirakan, di barisan belakang gue itu tentunya ada lebih dari Dua Orang Cewek yang asyik bergunjing. Ck ck ck! Bisa-bisanya! Lagi di tengah keriuhan begini padahal!
*
$ $ Lucy Liestiyo $ $