04

1163 Kata
TITIK TEMU [04] Shena, gagal move on! ____________________________ Alun-alun kota ramai dipenuhi oleh masyarakat yang ingin merayakan malam pergantian tahun dengan pesta kembang api dan beberapa karnaval seru hasil kerjasama antara walikota dengan perusahaan Erlangga Grup—perusahaan Papi dari Shena. Berbagai acara dengan bintang tamu yang banyak pun menjadi daya tarik bagi masyarakat. Mereka turut serta dalam acara ini dengan suka cita, sambil membawa keluarga untuk menikmati pesta yang belum tentu setahun sekali diadakan. Shena menatap Papi dan Bundanya yang tengah berada di deretan kursi tamu kehormatan. Mereka saling berbicara dengan walikota beserta istri. Memangnya siapa yang tidak tahu Erlangga Adi Kusuma? Salah satu orang terkaya di negara ini. Memiliki banyak aset dan katanya sering mengikuti kegiatan amal di mana-mana. Jika memang begitu beritanya, maka Shena akan sangat tidak setuju. Memang Papinya sering mengikuti acara amal. Tetapi itu semua bukan karena hati Papinya yang seputih salju. Namun semua karena tradisi. Semenjak jaman Kakek buyut, mereka sudah sering mengadakan acara amal. Jadi, sebagai penerus perusahaan keluarga, sudah sepantasnya jika seorang Erlangga untuk ikut acara tersebut. Walaupun pada akhirnya, dia akan menghitung berapa banyak uang yang sudah dia hamburan untuk menolong orang lain. Shena heran, mengapa dia bisa menjadi anak Papinya. Seorang yang menurutnya sangat amat kikir itu. Walaupun untuk dirinya sangat loyal sekali untuk masalah uang. Jika Papi dan Bundanya duduk di kursi kehormatan. Lalu di manakah seorang Shena? Jangan harap jika dia akan duduk bersanding dengan dua orang tua menyebalkan, untuknya. Shena memilih untuk blusukan di area penonton yang banyaknya tidak karuan. Dia memilih untuk berdiri bersama dengan orang lain, berbaur sesuka hati. Ketimbang harus duduk cantik bersama para pejabat. Shena bosan dengan pembahasan mereka semua. Jika bukan masalah uang atau jabatan. Mereka akan membahas tentang menjodoh-jodohkan. Padahal dia bukan barang untuk kecocokan. Jika sampai itu terjadi pun, Shena tidak akan segan untuk menyuruh Papinya yang menikah saja. Dengan mengenakan kacamata hitam, dia berhasil berjalan-jalan dengan nyaman tanpa ada yang mengenali wajahnya. Percayalah, jika sampai ada satu orang yang mengenalnya. Maka penyamarannya akan langsung berakhir. Akan ada sesi foto yang beruntun. Aksi berpelukan, pegangan tangan, atau aksi lainnya hanya karena dia dikenal dan mempunyai sekumpulan fans alay. Jadi, dengan terpaksa Shena akan memasang wajah manis dan bersikap humble kepada siapapun. Padahal kenyataannya, dia ingin sesegera mungkin kabur dari tempat itu. Setelah membeli telur gulung yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Shena mencari tempat yang pas untuk duduk selonjoran. Pasti kedua bodyguard suruhan Papinya sudah kalang-kabut mencarinya kemana-mana. Sebelum menyendiri di sini, Shena harus melakukan petak-umpet terlebih dahulu dengan dua bodyguard sialan itu. Untuk bagian sialan, Shena sendiri yang memberi nama. Singkatan dari Simon dan Falan, yang dibaca menjadi satu kata SIALAN. Tepat ketika dirinya duduk, Shena datang melihat ke arah segerombolan anak muda, seumuran dirinya yang berjalan bersama. Shena merasa iri dengan mereka. Mengapa bisa begitu dekatnya sampai jalan pun bersama. Shena ingin mempunyai seorang teman yang sesekali diajaknya untuk keluar seperti orang lain. Terkadang, kesepian seperti ini yang membuat dirinya ingin berteman. Tetapi jika dipikir-pikir, Shena tidak ingin berteman lagi. Berteman hanya akan membuat hidup semakin sulit. Teman = ada yang harus dibagi. Lalu matanya beralih ke arah Utara. Matanya berhasil menangkap dua orang yang mungkin dikenalnya sedang berjalan bersama. Shena tersenyum masam, masih saja tidak bisa move on. Setiap kali melihat wajah itu, ingin sekali tinggal sekali lagi bersama dengan orang itu. Tetapi sayangnya semua telah berakhir. Mungkin dia tidak akan pernah mengingat Shena lagi sebagai bagian masa lalunya. Entahlah, Shena tidak mau membahasnya. Sesekali, Shena ingin membencinya. Tetapi dengan bodohnya. Selalu tidak bisa! Kembang api mulai dihidupkan dan terdengar keramaian dari mulut orang-orang. Shena menatap ke arah langit. Banyak sekali kembang api yang bermekaran. Seperti tanda jika esok adalah hari baru untuk sesuatu yang baru. Banyak orang yang bersuka cita. Saling memeluk satu sama lain dan memberikan sebuah perhatian yang membuat Shena iri. "Selamat tahun baru Shena... Selamat ul—" ucap Shena terpotong begitu saja. "Selamat ulang tahun, Nona." Ucap Simon melanjutkan. Entah sejak kapan salah satu bodyguard-nya berada di sini. Shena menoleh ke arah Simon yang tersenyum kepadanya. Walaupun Simon hanyalah seorang pengawal yang telah menjadi pengawalnya sejak umur empat belas tahun, tetapi Simon sudah seperti kakak baginya. Meskipun Shena sering membuat masalah, maka Simon akan terus membantunya. Terkadang juga menyembunyikan dari Papinya. "Jangan berpikir untuk kabur, Nona. Saya bisa diomelin Tuan dan Nyonya. Sehari saja, tolong jangan merepotkan saya." Ucap Simon yang membuat Shena mengerucutkan bibirnya. "Yang ada, Lo yang ngerepotin gue. Kaya bayi aja, kemana-mana harus dikawal. Gue udah enam belas tahun. Gue udah gede." Gerutu Shena sebal. Simon diam-diam menyunggingkan senyumnya, "perintah Tuan, Nona. Jika Nona tidak mau dikawal, nanti saya tidak berpenghasilan lagi." "Jujur banget sih!" Sewot Shena menggerutu. Sesekali dia menatap Simon yang saat ini mengawasinya. Sepertinya tidak akan melepaskan pandangan sedikitpun darinya. Terkadang, Shena bosan dengan keberadaan dua pengawal yang selalu membuntutinya kemanapun. Tetapi, disisi lain, dia seperti mempunyai teman yang berada di belakangnya. Mereka berdua melewati pesta kembang api bersama, seperti tahun-tahun lalu. Ada Falah dan Simon yang menungguinya di belakang. Setelah pesta kembang api selesai, Shena meminta pulang. Dia sudah cukup lelah di sini. Matanya teralihkan ke arah seorang cowok yang sedang duduk bersama dengan teman-temannya. Keduanya cukup kaget, namun Shena ataupun orang itu mampu menguasai ekspresi masing-masing. Shena memilih mengajak Simon untuk bergegas pulang. Meninggalkan hingar-bingar hiburan di malam pergantian tahun. Selama perjalanan, Shena hanya diam saja. Tidak mengoceh seperti biasa. Cewek itu hanya memandang keluar jendela, seperti sedang memikirkan sesuatu. Hidupnya selama enam belas tahun ini, sangat tidak bahagia. Shena merasa jika hidupnya biasa saja. Tak benar-benar menyenangkan. Apa artinya punya orang tua kaya, tetapi tidak mempunyai satupun orang yang mau tinggal bersamanya. Terkadang, waktu yang membuatnya berubah. Berubah dari Shena yang baik menjadi Shena yang terus iri dan membenci sesuatu. Ya, tentu saja Shena pernah iri. Tapi dia tidak ingin menjelaskan dari sudut manakah dia merasa iri. Dia hanya kecewa... "Nona tidak pa-pa?" Tanya Simon ketika mereka terjebak lampu merah. Shena menoleh, "hm!" "Apa Nona mau saya antarkan ke tempat biasa?" Tanya Simon lagi. Shena menggeleng, "mau pulang. Ngantuk!" "Baiklah!" Jawab Simon akhinya. "Tapi, ini pertama kalinya saya mengajak Nona kesana setelah saya berulang kali melarang Nona. Dan ini juga pertama kalinya Nona tidak ingin kesana." Lanjutnya. Shena terdiam sebentar lalu mengangguk, "lebih senang datang kesana dengan cara kabur daripada datang kesana dengan sukarela." "Apa Nona akan berencana kabur lagi?" Tanya Simon tidak habis pikir. "Mungkin," jawab Shena yang akhirnya menampakkan senyuman manisnya. Simon hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya. Cewek disampingnya ini memang tidak pernah bisa dia tebak isi kepalanya. Sesekali Simon khawatir, seperti sedang mengkhawatirkan adik perempuannya. Dia tidak ingin Shena salah jalan atau berbuat hal yang merugikan dirinya. Simon memang hanya seorang pengawal. Namun dia selalu berharap tentang kebahagiaan Shena. "Gue lapar! Sekalian Drive thru sebelum belokan ke rumah." Ucap Shena yang diangguki Simon tanpa menjawab. Shena kembali menatap keluar jendela, diam-diam menghapus air matanya yang entah sejak kapan jatuh. Dia benar-benar sangat lelah. •••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN