Cukup lama Altran memperhatikan Naura yang tengah tertidur, dia bahkan sesekali tersenyum ketika melihat wajah Naura yang tertidur sembari sesekali bergumam.
"Gadis ini, tidak pernah tenang walaupun saat tertidur. Apa yang sedang ia mimpikan sampai gundah dan bergumam seperti itu," gumam Altran.
Altran terkejut saat Naura membalik tubuhnya dan memeluknya, dia mengangkat sebelah alisnya tidak percaya apa yang saat ini terjadi.
"Bukankah dia sendiri yang mengatakan bahwa aku jangan dekat-dekat dengan dirinya, apalagi sampai menyentuhnya. Gadis nakal," gumam Altran.
Dia mencoba untuk melepas tangan yang melingkar tepat di pinggangnya namun Naura berulang kali memeluknya lagi, dia bahkan tidak ingin melepasnya.
Altran kesulitan untuk melepas pelukan Naura lagi. Cukup lama Altran membiarkan Naura seperti itu, berharap gadis itu melepasnya namun ternyata itu tidak berhasil. Naura malah semakin nyenyak dan begitu erat memeluknya dan memasang senyum di wajahnya.
Altran mencoba untuk bertahan namun dia tidak bisa melawan rasa kantuk yang sudah menyerangnya. Pada akhirnya dia pun tertidur dengan Naura memeluknya. Dia sudah tidak memikirkan lagi tentang Naura yang tentunya akan marah besar ataupun berteriak kepadanya dalam hal ini. Yang dia tau saat ini, dia itu tertidur dan bersiap-siap untuk mendengar teriakan dan gerutuan dari Naura esok pagi.
Pada akhirnya mereka tertidur dengan Altran membiarkan Naura memeluknya tepat di dadanya, meski terasa sangat aneh namun Altran juga merasa nyaman tertidur dalam posisi seperti itu. Ada seorang gadis yang berstatus istrinya, memeluknya saat tertidur.
Pagi sekali Naura begitu sangat menikmati tidurnya, namun dia teringat sesuatu saat tangannya meraba sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh. Jarinya bergerak tepat di atas benjolan yang kecil membuatnya terheran, lalu dia mencoba untuk merabanya dan semakin jelas dia merasakan bahwa itu tubuh seseorang.
Pada akhirnya Naura membuka kedua matanya, dia memperjelas penglihatannya dan begitu terkejut ketika mendapati dirinya, memeluk begitu erat kepada pria yang saat ini tengah tertidur di sampingnya bahkan Altran sama sekali tidak membalas pelukannya, dia perlahan terbangun dan duduk dari tidurnya.
Naura membulatkan kedua matanya tidak percaya apa yang terjadi pada dirinya.
"Jangan bilang aku yang berinisiatif memeluknya, ya ampun ... Bagaimana aku bisa melakukan hal seperti itu, apalagi? Atau aku ... apa yang harus aku lakukan? Apa aku perlu berteriak, menjerit, atau aku memukulnya. Tapi tangan dia seperti itu, mana mungkin dia yang berinisiatif memeluk ku, jika ia memeluk ku tentunya tangan dia tidak akan seperti itu," batin Naura.
Dia memikirkan cukup lama hal itu dan sesekali dia mencoba memperhatikan apa yang saat itu dia sentuh, namun dia terkejut ketika melihat sesuatu di dad@ bidang Altran.
Naura menelan salipanya saat melihat buah dad@ seorang pria yang begitu terlihat seksi.
"Ini lama-lama bisa goyah pertahanan ku, jika aku terus - terusan tidur bersamanya selama ini. Bersyukurnya hari ini aku akan pulang, tentunya tidak ada hal seperti ini lagi, harus tidur bersama satu kamar membuat ku tersiksa," gerutu batin Naura.
Dia mencoba turun dari tempat tidurnya perlahan berharap tidak membangunkan Altran, dia bergegas pergi ke kamar mandi mengingat hari sudah pagi. Pada akhirnya dia terdiam di dalam kamar mandi dan mencoba menyalakan keran air yang hangat, dia harus membersihkan piikiran - pikirannya yang kotor saat dia melihat tubuh bidang milik Altran yang membuatnya teringat - ingat akan hal itu.
"Benar - benar bodoh jika aku harus teringat terus tubuh itu, apalagi tadi aku menyentuhnya," gumam Naura, dia mencium tangan yang sempat menyentuh sesuatu di d**a Altran.
Namun dia tersenyum tertahan saat mengingat kebodohannya melakukan hal seperti itu.
Padahal sudah ketentuannya, untuk tidak menyentuh dirinya tapi ternyata Naura yang berinisiatif menyentuh bahkan memeluk Altran.
"Ternyata aku sendiri yamg melakukannya, tapi bagusnya tuu tidak ada peraturan hal seperti itu. Jadi sah - sah aja jika aku menyentuh tubuhnya haha ..." tambah Naura, dia tersenyum tertahan memikirkan hal seperti itu.
Meski di pagi hari, dia tidak pernah luput dari merendam tubuhnya di bak mandi. Dia sudah terbiasa akan hal itu, hingga acara mandi pun cukup lama hanya untuk dirinya. Setelah itu Naura merasa puas dan kembali keluar kamar mandi. Namun kali ini dia teringat satu hal bahwa di luar sana ada seorang pria yang akan menggoyahkan pertahanannya.
Naura memperkuat keteguhan hatinya untuk bisa bertahan dan membuka pintu perlahan. Bukan Altran yang dia takutkan melainkan dirinya sendirilah yang akan berkhianat kepada ucapannya.
Naura sama sekali tidak bisa bertahan ketika melihat tubuh Altran apalagi dia sudah mencoba menyentuhnya tubuh itu memang membuatnya semakin tertarik untuk menyentuhnya.
Namun demi kekeras kepala Naura, dia mencoba untuk menahannya. Perlahan ia membuka pintu dan benar saja, Altran masih terlihat seperti semula tertidur. Perlahan Naura berjalan keluar dari kamar mandi. Dan dia ini melangkah menuju ke ruang ganti dan berharap pria itu masih tertidur tanpa melihat dirinya yang hanya mengenakan handuk melingkar di tubuhnya.
Dan dengan berhasil, dia memasuki ruang ganti dengan selamat. Naura tersenyum puas, dia kini mencari pakaian yang dia kenakan dan keluar kembali membuka pintu ruang ganti begitupun menutupnya. Saat ia berbalik dia terkejut saat melihat Altran sudah terduduk diatas tempat tidurnya.
Altran hanya mengangkat sebelah alisnya melihat Naura yang terus-terusan terkejut karenanya.
"Ada apa dengan gadis ini?" batin Altran terdiam.
Naura mencoba menstabilkan dirinya agar tidak terlihat dia seolah-olah mencuri-curi untuk menyentuhnya. Dia berjalan dengan acuh mendekati tempat tidur dan meja rias, yang dimana Altran kini duduk di belakang ya di tepi ranjang.
Dia memperhatikan Naura yang duduk di hadapan meja rias, perlahan seakan-akan dia menghindari suatu hal.
Altran mencoba untuk memahami apa yang saat ini tengah terjadi kepada Naura, namun dia teringat sesuatu hal dan mencoba untuk menggoda Naura yang saat ini tengah mengaplikasikan cream di tubuhnya terutama lengan dan kakinya.
"Bagaimana, serukan menyentuh tubuh seksi ku ini?" bisik Altran di samping Naura.
Naura yang terkejut mendengar penuturan Altran, dia dengan reflek mendorong wajah Altran yang begitu dekat dengannya. Al hanya mengerutkan dahinya dan tersenyum mendapati Naura yang menjadi salah tingkah mendengar penuturannya. Pasalnya Naura tadi malam memeluknya sangat erat bahkan tidak bisa dilepas oleh Altran.
Altran hanya tersenyum tipis, dia semakin menyukai menggoda Naura yang menjadi salah tingkah seperti saat ini tengah mencoba untuk tidak menatap Altran menahan malunya.
"Aku juga dengar seseorang mengatakan bahwa tubuhku seksi," ucap Altran menahan senyumnya.
Naura yang mendengar ucapan Altran dia semakin memerah wajahnya di balik kaca rias.
Namun lain dengan Altran yang menggodanya tertegun melihat wajah Naura di balik kaca. Dia menahan malu dengan wajahnya yang memerah dari kulit putihnya. Altran terpaku akan hal yang saat ini dia lihat pemandangan yang menggemaskan, ingin dia menyentuh wajah yang tengah menahan malu itu. Namun dia menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya yang seolah bukan dirinya yang memiliki pikiran seperti itu.
Tidak ingin berlama - lama melihat Naura yang sedang berias, Altran kini berjalan meninggalkan Naura dan memasuki kamar mandi.
Dia begitu merasa segar saat memasuki kamar mandi dengan aroma khas wanita.
"Apa yang habis di kenakan oleh gadis itu, kenapa bisa sampai sewangi ini ? Aku penasaran apa yang dia kenakan," gumam Altran dia memasuki kamar mandi hingga terlihat hanya peralatan wanita yang tertera disana.
Altran mencoba untuk memasuki bak mandi milik istrinya dan mencoba berbagai merk yang di gunakan oleh Naura. Dia tidak habis pikir apa yang di lakukan oleh dirinya, mandi merendam tubuhnya seperti apa yang di lakukan oleh Naura. Dia hanya tersenyum tipis menertawakan kebodohannya.
Kali ini Altran memiliki kesenangannya sendiri di dalam kamar mandi. Dia cukup lama berada di dalam kamar mandi itu, percis seperti apa yang di lakukan oleh Naura.
Naura menepuk - menepuk wajahnya, ia tidak tau jika perasaan yang saat ini begitu merasa malu saat Altran berulang kali menggodanya.
"Dasar pria dingin, menggoda saja seperti itu. Tidak sanggup aku jika melihat wajah tampannya, apalagi mengingat tentang tubuhnya yang begitu seksi," gerutu Naura. Dia bergegas untuk berjalan keluar dari kamarnya sebelum Altran selesai mandi.
Ia tidak ingin terulang kembali apa yang seperti tadi, dimana Altran menggodanya berulang kali dan membuatnya tersipu malu.
Naura berjalan keluar dari kamarnya perlahan, namun dia masih teringat akan godaan dari Altran dan mengingat tubuhnya begitu seksi bahkan dia memeluknya sangat erat.
Naura menuruni tangga dengan senyum di wajahnya begitu ceria, dia berjalan menelusuri ruangan hingga sampai di sebuah dapur dimana ibunya tengah menyiapkan sarapan pagi.
"Selamat pagi Mam ...," sapa Naura.
"Emm, kau pagi sekali bangun. Biasanya begitu siang dan perut mu berbunyi baru teringat untuk menghampiri dapur ini," balas Maria.
" Iya iya ... Naura memang selalu ingin sekali makan masakan buatan mamah.
"Oh ya, ayah dimana mah," balas Naura tersenyum.
Dia mengedarkan pandangannya berharap ada ayahnya yang dapat di temui.
"Ayah kamu pagi sekali dia pergi ke kantor, entah apa yang membuatnya begitu terburu - buru. Mungkin pekerjaan di kantornya mengharuskannnya untuk hadir," balas Maria.
"Ooh begitu ya ..." Angguk Naura terdiam.
Maria mengangkat sebelah alisnya ketika melihat putrinya kini tidak riang saat mendengar ayahnya pergi pagi sekali ke kantor.
" Ada apa ... Ayah mu itu baru berangkat beberapa menit yang lalu, kenapa kamu sangat merindukannya," tanya Maria.
"Emm, buka itu sih. Mah ... Aku tuh hanya ada perlu saja sama ayah, tapi sepertinya tidak sempat. Nanti aja deh," balas Naura.
Dia beralih melihat kearah Altran, yang menelusuri anak tangga. Dia berjalan dan masih terlihat masih sangat seksi di mata Naura, saat pria itu berjalan dengan tubuh kotak - kotaknya tersenyum manis kearahnya. Namun suara ibunya membuyarkan lamunannya, membuat Naura tertunduk menahan malu saat melihat Altran kini duduk di sampingnya.
"Makan yang banyak, kalian mau pulang jam berapa?" tanya Maria.
" Terserah dia," jawab Naura dan Altran bersamaan.
Maria mengangkat sebelah alisnya mendengar putri dan menantunya berbicara begitu kompak.
"Ada apa dengan kalian, sampai sampai sekompak ini," tanya Maria tersenyum tertahan.
"Tidak ada," balas Naura.
"Sebaiknya kita pulang lebih cepat aja, Naura ada yang perlu di selesaikan," ucap Naura.
"Hmm ... Yaa sudah, mama hanya berpesan saja sama kalian. Mau sebesar apapun masalah, sebaiknya di bicarakan dengan baik - biak, jangan menggunakan kekerasan ataupun berteriak. Faham !" seru Maria tersenyum tipis sembari memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Naura dan Altran mengangguk, dan tersenyum menanggapi nasehat dari Maria.
Setelah sarapan selesai, Altran dan Naura kini berada di depan rumah dengan Lio didalam mobil menjemput mereka.
"Ingat pesan mama untuk kalian berdua, jalani baik - baik hubungan ini jangan sampai hanya sebuah kesalahpahaman bisa membuat kalian terpisah," tegas Maria, dia tidak ingin jika putrinya merasakan apa yang di rasakan olehnya dulu. Maka dari itu Juan dan Maria berharap sekali bahwa ada seorang pria yang dapat membuat Naura hidup bahagia dan tenang.
Tidak ada kesalahpahaman dalam hubungan mereka ataupun sebuah perpisahan seperti apa yang terjadi kepada mereka berdua.
Setelah itu Naura dan Altran berpamitan dan memasuki mobil mereka.
Di sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan antara Altran dan Naura, mereka hanya berdiam diri. Satu sama lain larut dalam pikiran mereka.
Naura memikirkan tentang dirinya memeluk Altran dengan sangat erat bahkan tubuh itu begitu nyaman, membuat Naura tidur nyenyak. Biasanya dia selalu tersadar jika ada hal yang mengganggunya, apalagi sampai ada suara yang membuatnya akan mengerjapkan kedua matanya dengan segera. Namun prihal memeluk Altran di luar kendalinya bahkan Naura tidak ingin melepas pelukan itu.
"Entah apa yang sedang di pikirkan oleh pria ini, apa dia sedang menertawakan ku," batin Naura. Dia sangat cemas akan apa yang dipikirkan oleh Altran.
Altran yang hanya terdiam, dia masih terpikirkan tentang dirinya yang mengenakan sabun milik wanita, dia takut jika Naura menyadarinya. Namun sampai saat ini gadis itu masih belum juga menyadarinya ataupun protes kepadanya.
Maka dari itu Altran merasa lega ketika mendapat hal itu tidak terungkap sama sekali.
Kini Altran mengalihkan pikirannya untuk mendapatkan sebuah informasi tentang dirinya terutama tuan Rendi Anggara, dia melihat kearah Lio yang masih fokus di balik kemudi tanpa berbicara sama sekali sedari tadi.
Altran sudah menduga jika ada sesuatu yang mengganjal pikiran Lio, dia tau situasi dan tidak akan pernah menceritakan ataupun bicara sembarangan kepadanya di depan umum, meski itu di depan istrinya sendiri.
Sepanjang perjalanan mereka hanyut dalam pikirannya masing - masing tanpa ada perbincangan kali ini, mereka sampai dengan cepat hingga membuat Naura dan Altran tersenyum bahagia saat mereka berdiri tepat di depan rumah mereka.
"Akhirnya aku bisa menghirup udara segar," seru Naura.
"Dan akhirnya aku bisa terbebas dari tidur terbatas dan juga pelukan dari seorang gadis yang terobsesi akan tubuh ku," ucap Altran.
Mendengar ucapan Al, Naura mendengus kesal, dia memajukan bibirnya dan berjalan menyenggol lengan Altran, hingga ia kini membuang wajahnya dari arah Al dan membuka pintu.
Melihat Naura yang begitu menggemaskan dan merajuk membuat Altran hanya tersenyum tipis, dia tidak tau sejak kapan begitu menyukai Naura yang seperti itu di bandingkan banyaknya wanita yang selalu menjaga image nya di dalam hadapan seorang pria. Membuat Altran sedikit tertarik akan wanita yang saat ini berstatus istrinya.
Lio yang melihat mereka, yang saat ini terlihat bahagia menurutnya. Kini perlahan menghampiri sahabatnya itu, dengan menepuk sebelah bahu Altran.
"Bro ... gimana rasanya malam pertama?" tanya Lio sambil tersenyum tertahan.
"Malam pertama matamu!" balas Altran.