Altran keluar dari kamarnya, dia berjalan menuruni tangga namun ada Juan yang berdiri di tepi tangga, dia melihat Altran dan mereka bersitatap. Meski Altran tidak mengerti dengan maksud tatapan dari Juan, dia berjalan menghampirinya dan menyapanya.
Juan yang juga membalas sapaan Altran, dia juga menghampirinya membuang nafas kasar dan mencoba untuk berbicara kepada Altran.
"Bicara dengan ku diruang tamu," ajak Juan.
Altran mengangguk meski dia tidak tau apa yang akan di bicarakan oleh Juan, namun dia mengikuti Ayah mertuanya itu dan berjalan menuruni tangga, hingga kini mereka duduk di ruang tamu dengan dua gelas kopi yang sudah di sediakan oleh pelayan.
Altran terdiam, dia duduk beseberangan dengan Juan dan bersiap untuk mendengarkan apa yang akan di bicarakan oleh Juan.
Meski dia tidak tau hal apa yang akan di bicarakan olehnya namun dia tau bahwa Juan tidak akan pernah membicarakan hal yang tidak penting baginya apalagi Altran yang selama ini sangat sulit untuk di ajak berkomunikasi dengan orang lain, hanya orang-orang tertentu yang dapat bicara dengannya termasuk Juan yang juga seorang pengusaha sukses dan besar saat ini.
"Kenapa kau meminta pulang terlebih dahulu, memangnya kau tidak nyaman disini?" tanya Juan.
Pertanyaan yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Altran keluar dari mulut Juan, dia mengangkat sebelah alisnya sembari kebingungan apa yang akan dia katakan kepada Juan sebagai jawaban.
"Sepertinya Naura yang meminta untuk pulang, saya bersedia untuk tinggal disini, untuk beberapa waktu," balas Altran dengan ragu-ragu.
"Kau ada kesulitan apa, sepertinya kesulitan mu membuat putriku tampak khawatir. Bicaralah, mungkin aku bisa membantumu," tanya Juan.
"Sepertinya benar juga, dia kan pengusaha dari dulu. Mungkin dia tau suatu hal," batin Altran.
Juan mengangkat sebelah alisnya jika pengusaha muda yang ada di hadapannya itu terlihat bodoh ketika berada di hadapannya.
"Aku hanya sedang mencari seseorang dan itu membuat ku kesulitan," jelas Altran.
"Seseorang ? Bukankah kau ahli I-tech, kenapa bisa sesulit itu," balas Juan
"Yaa, lebih tepatnya mungkin aku bukan ahlinya jika tidak kenapa hanya nama seseorang saja tidak dapat aku temukan," ucap Altran.
"Ooh, coba kau cari nama siapa. Mungkin aku bisa membantu," jawab Juan.
Altran membuka kalung yang melingkar di lehernya dan memberikannya kepada Juan.
Juan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Altran yang malah memberikan sebuah kalung yang dikenakan olehnya dan memberikannya kepada Juan.
Dia memperhatikan kalung itu, dan tertera sebuah nama Anggara. Dia mengangkat sebelah alisnya dan melihat kearah Altran.
"Bukankah ini namamu?" tanya Juan.
"Yaa ... Tapi itu bukan milik ku, ayah bilang itu ada di saat aku masih bayi di temukan olehnya," jelas Altran.
"Hmm ... Jadi ini kesulitanmu, kau sedang mencari jati dirimu? Sepertinya aku tau yang namanya Anggara ini, dia keluarga besar dan sangat besar sampai saat ini juga. Aku bisa memberi tahu mu, bahwa dia juga ada kerabat atau sahabat di Singapura ini namun dia sangat sulit untuk di temukan, apalagi hanya pengusaha seperti kita.
"Pengusaha seperti kita?? Memangnya ada pengusaha yang lebih dari aku?" .....???
"Kenapa aku semakin penasaran," batin Altran
Juan mengangkat sebelah alisnya, dia memperhatikan Altran yang memang sama sekali tidak ada kemiripan dengan tuan Anggara ayahnya. Baru kali ini dia berpikir bahwa Altran jauh lebih baik dari Anggara sebagai ayahnya, talentanya di luar orang-orang biasa membuat Juan sedikit tertarik akan pemuda itu.
"Kau datanglah besok keperusahaan ku, aku akan tunjukkan sesuatu kepadamu,
"Baik tuan," balas Altran.
Sekilas Altran melihat Naura menuruni tangga, dia sempat ingin tersenyum menyambut istrinya, namun di urungkan ketika mendengar Juan berbicara lagi kepadanya. Dia lebih fokus mendengarkan ucapan Juan dibandingkan melihat istrinya yang kini pergi kedapur, hingga beberapa menit kemudian Naura kembali menghampiri mereka.
"Hmm ... Makan malam sudah siap, Ayah , Al ... Ayo kita makan," ajak Naura.
"Iya sayang ... Ini sudah selesai ko, kamu memangnya sudah siap? Aku kira kamu masih mandi, soalnya kamu di kamar mandi lama sekali," balas Altran dengan lembut.
Altran menjawab Naura hingga tidak ada jawaban dari Naura yang malah terdiam, pada akhirnya Juan mengajak Altran dan kini mereka berjalan ke dapur mengikuti Naura paling depan berjalannya dan Altran paling belakang di depan Juan.
Masih dalam perasaan ragu-ragu Naura menghampiri mereka dan mengajak mereka untuk makan malam bersama hingga di balas anggukan dan senyuman dari Altran membuat Naura terheran. Dia merasa ada hal yang aneh ketika melihat hal seperti itu di lakukan oleh Altran .
"Ada apa dengannya, kenapa dia seperti itu? aktingkah ? Ooh iya yaa ... Bisa jadi dia seperti itu, mana mungkin dia bisa acuh dan sedingin itu di depan kedua orangtua ku. Mau ada pertanyaan dari Ibu ku yang segudang ?" batin Naura.
Mereka kini berjalan menghampiri meha makan bersama-sama di ikuti oleh Naura dari belakang. Makan malam pun terjadi tanpa perbincangan di antara mereka, namun setelah mereka selesai makan malam. Ayah Naura mengajak Altran untuk berbicara lagi diruang tamu.
Mereka bahkan makan malam bersama meski tanpa ada berbicara diantara mereka saat di meja makan. Altran hanya memerhatikan Naura yang sedari tadi terdiam saja, dia mengerutkan dahinya dan penasaraan dengan apa yang saat ini yang tengah di pikirkan oleh istrinya itu, malainkan dengan Naura yang ingin memperhitungkan tingkah Altran yang sempat melihatnya hanya mengenakan handuk saja, itu sama sekali tidak terpikirkan oleh Altran.
Makan malam pun terjadi tanpa perbincangan di antara mereka, namun setelah mereka selesai makan malam. Ayah Naura mengajak Altran untuk berbicara lagi diruang tamu.
Naura berjalan memasuki kamarnya setelah ia melewatkan rasa penasarannya dengan apa yang di bicarakan oleh Ayah dan Altran, rasa ingin taunya begitu sangat banyak hingga membuatnya sangat kesal ketika harus menjadi seorang wanita yang anggun seperti apa yang di katakan oleh Ibunya.
Kali ini, lagi - lagi Naura salah menanggapi apa yang di ucapkan oleh Ibunya. Dia berjalan memasuki kamarnya dan melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia melihat langit - langit kamar dan masih terpikirkan olehnya tentang pembicaraan antara Altran dan Ayahnya dan juga sikap Al yang berubah saat tadi dia mengajaknya untuk makan malam.
"Apa yang terjadi sih sama dia, atau jangan - jangan dia sedang mencoba untuk menipu ku. Hmm ... Nanti sifat aslinya akan ku ketahui jika kita sudah tidak disini lagi, meski baru sebentar aku tau sifat dia yang bagaimana pria dingin itu tidak mungkin tiba - tiba berubah jadi baik seperti itu," gumam Naura.
Dia masih terpikirkan tentang Altran namun dia juga merasa kasian kepadanya, yang dimana kesulitan yang tengah melanda pikiran Altran.
"Tapi saat dia seperti itu terlihat menggemaskan, aku suka apalagi pas dia mencari teman. Kalau dirinya bukan anak kandung Anggara, rasanya aku ingin mencubit pipi dia haha," gumam Naura. Dia tertawa memikirkan hal itu, namun dia mencoba untuk tetap biasa di hadapan Altran.
Setelah berbincang dengan Ayahnya Naura. Altran kini kembali ke kamarnya, saat ia membuka pintu kamar terlihat Naura sudah tertidur sangat pulas.
Dia berjalan menghampiri Naura yang tengah tertidur dan mengangkat sebelah alisnya.
"Kali ini dia tidak membuat pembatas," gumam Altran.
Altran berjalan ke tepi ranjang dan ia mencoba untuk tidur disamping Naura, meski sebenar ia sangat enggan untuk tidur disamping gadis ini, namun mencegah hal yang tidak di inginkan dimana kedua orangtua Naura sangat protektif dalam hal apapun. Maka dari itu dia tidak ingin mempersulit keadaan apalagi Naura yang sering kali meminta tolong kepadanya, meski hanya sebatas suami pura - puranya, namun Altran harus berperan dengan baik selama tinggal di kediaman kedua orangtua Naura.
Dia tertidur tepat di samping gadis yang terlihat menggemaskan saat ia tertidur, terlihat sangat malas bahkan begitu mengasyikan di dalam tidurnya. Altran mengangkat sebelah alisnya, dia terheran akan gadis yang ada di samping itu.
"Dia sedang bermimpikah? Kenapa sampai se menggemaskan ini," gumam Altran sembari memperhatikan Naura yang tertidur pulas.