STELLA |2|

1278 Kata
Sudah tiga hari Stella mendiami Clarine, Stella masih kesal dengan Mamanya itu. Clarine juga sudah tahu perubahan sikap putrinya, jika Stella mogok bicara padanya. Clarine tidak masalah dengan hal itu, karena ia tahu cepat atau lambat Stella akan berbicara lagi kepadanya. Seperti saat ini, Stella sedang santai menonton acara televisi sambil memakan cemilan yang dibawanya dari kulkas. Stella tak mempedulikan Mama dan Neneknya yang akan pergi ke rumah Tante Mira. "Stella, Mama pergi dulu ya. Kamu baik-baik di rumah, jangan ngerepotin Mbak Wanti," ucap Clarine. Stella tak menjawab, ia hanya diam saja sambil menatap televisi. "Stella, kamu nggak mau ikut?" sahut Neneknya seraya mengelus rambut Stella. "Nggak." Clarine dan Nenek nya menghela nafas melihat sikap Stella, mereka pun keluar rumah menyusul Ardi yang sedang memanaskan mesin mobil. Stella melirik pintu, ternyata Mama dan Neneknya sudah pergi. Stella menghela nafas gusar, ia bosan. Nomor ponsel Risti juga tidak dapat dihubungi, sepertinya Risti sedang sibuk. "Mbak Wan," panggil Stella dengan sedikit berteriak. Tak lama Mbak Wanti datang dengan sapu yang berada di genggamannya. "Kenapa, Stella? Mau Mbak buatin Bakwan lagi, ya?" "Nggak, enek Stella makannya. Lagi pula Mbak Wan buatin itu mulu sih, Stella kan bosan. Liat muka Mbak Wan aja Stella bosan, soalnya muka Mbak mirip sama Bakwan, nama nya juga mirip, hehe," kekeh Stella. Mbak Wanti menggeram gemas mendengar ucapan Stella yang ceplas-ceplos. Melihat itu, Stella hanya menyengir. "Mbak, Stella main bentar ya." Mbak Wanti membelalakkan matanya. "Nggak boleh, Stella ntar nyasar lagi. Kalo Stella nyasar, Mbak juga yang di salahin." "Yaelah Mbak, Stella udah gede nggak mungkin nyasar lagi. Lagi pula kalo nyasar, Stella bisa nanya ke orang kayak waktu itu. Stella bosen di rumah." Mbak Wanti akhirnya mengangguk, toh jika ia melarang Stella pergi, Stella pasti akan mendesak dirinya. Stella tersenyum kemenangan, ia mengambil ponsel dan juga earphone nya dan berjalan meninggalkan Mbak Wanti. "Stella, pulangnya jangan kelamaan, kalo nyasar telpon Mbak ya," ucap Mbak Wanti dengan nada tinggi agar Stella bisa mendengarnya karena cewek itu sudah berada di luar rumah. "Iya," jerit Stella. Stella menyumpal kedua telinganya dengan earphone, ia berniat untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks perumahan Neneknya yang terbilang sepi. Stella sangat menikmati perjalanannya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti lantunan lagu. Jejeran rumah dan persimpangan jalan sudah banyak dilewatinya. Hingga Stella tak sadar jika ia sudah berjalan sangat jauh dari kompleks perumahan Neneknya. Stella berhenti dan melihat kanan dan kiri, tak ada lagi perumahan di sekitarnya, mata Stella memicing, mempertajam penglihatannya. Ia melihat halte di pinggir jalan. "Itu bukannya halte yang gue datangin waktu nyari alamat rumah Nenek ya?" gumannya. Stella menjentikkan jarinya, "iya, nggak salah lagi." Stella berjalan menuju halte itu, Stella berniat untuk istirahat sebentar di sana dan menunggu taksi atau angkot lewat, rasanya tak mungkin jika Stella harus berjalan kaki lagi. Halte itu sepi hanya ada seorang cowok yang entah kenapa sedang membaca buku di tempat itu. Stella tak mempedulikan hal itu dan duduk di kursi panjang sambil menggantungkan earphone di lehernya. Stella melirik cowok itu, Stella mengernyit sepertinya ia pernah bertemu dengan cowok itu. Penasaran, Stella memutuskan untuk bertanya. "Hm, lo yang nolongin gue waktu itu, kan?" Cowok itu menoleh ke arah Stella, Stella benar, ia pernah bertemu dengan cowok itu, Geral. Kening cowok itu mengkerut, sepertinya ia baru menyadari keberadaan Stella. "Kamu ngapain di sini? Nyasar lagi?" tanya Geral. Stella mengangguk, "Lo ngapain baca buku di sini? Emang nggak ke ganggu sama suara kendaraan yang lewat?" "Saya sengaja baca buku di sini, soalnya saya mau ngelatih konsentrasi saya," jawab Geral. Stella mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali menatap jalanan sedangkan Geral melanjutkan membaca bukunya. Keheningan terjadi di antara mereka. "Kamu baru ya, di kota ini?" tanya Geral. Stella menatap Geral, "Hah?" "Kamu pendatang baru di kota ini?" tanya Geral lagi. "Iya, gue lagi liburan di sini," jawab Stella. Geral memasukkan bukunya ke dalam tas dan kembali menatap Stella. "Kamu asalnya dari mana?" "Jakarta, btw lo kelas berapa? Masih sekolah kan?" "Saya kelas 11 SMA." "Sama dong, gue juga kelas 11," ucap Stella antusias. "Kamu mau nggak saya anterin ke tempat yang indah di kota ini?" Senyum Stella mengembang, ia mengangguk antusias. Kapan lagi jalan bersama cowok ganteng seperti Geral? Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungannya karena bisa bertemu lagi dengan cowok ganteng itu. Geral berjalan menuju motornya dan memasang helm full face nya, sedangkan Stella hanya berdiri memperhatikan Geral sambil senyum-senyum. "Nih pakai," ucap Geral sambil memberikan satu helm kepada Stella. "Gue nggak suka pakai helm." "Kenapa?" "Ntar kepala gue panas." Geral terkekeh, "Mending kamu pakai dari pada ntar kita jatuh dan kepala kamu bisa aja pecah karena nggak pakai helm." "Lo doain kayak gitu?" Geral menghela nafas, "Bukan gitu, Saya cuma nggak mau kamu kenapa-napa." Oke sipp Stella tersipu malu mendengar ucapan Geral yang lembut seperti bolu yang pernah dibuat oleh Mamanya. "Ya udah kamu pakai masker aja," ucap Geral sambil merogoh saku jaketnya. "Gue nggak punya penyakit asma, ngapain pake masker?" Geral memijit kening kepalanya, Stella membuatnya pusing dalam beberapa menit. Stella naik ke motor Geral. "Buruan, gue nggak sabar pengen ngeliat tempat yang lo bilang tadi." Geral menghela nafas, satu hal yang ia tahu di diri Stella, ternyata cewek itu keras kepala. Geral pun menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya, Geral terdiam kala Stella memeluk pinggangnya. "Ayo jalan!'' seru Stella. *** Stella mengernyitkan keningnya, ternyata Geral membawanya ke pantai yang pernah di kunjunginya ketika ia tersesat beberapa hari yang lalu. Ternyata bukan hanya Stella yang menyukai tempat itu, Geral juga menyukainya. Geral dan Stella memilih duduk di atas pasir putih yang menghadap langsung ke hamparan laut yang biru. Stella menutup kedua matanya dan merasakan hembusan angin yang menusuk kulitnya. Cuaca saat itu tak panas dan juga tak mendung, membuat siapa saja ingin berlama-lama di sana. Tanpa Stella sadari, sendari tadi Geral menatapnya cukup lama. "Kamu suka tempat ini?" tanya Geral, tatapannya masih terarah ke wajah Stella. Geral enggan untuk melepaskan tatapannya, sepertinya wajah Stella lebih indah dari hamparan air laut yang berada di depannya. Stella mengangguk sambil tersenyum, membenarkan ucapan Geral. "Kamu mau naik ayunan?" Stella menatap lekat Geral. "Emang ada?" "Ada, yuk!" Geral berdiri dan diikuti oleh Stella, Geral menarik lembut pergelangan tangan Stella agar mengikuti langakahnya. Stella menatap pergelangan tangannya yang sedang digenggam Geral diam-diam ia mengulam senyum. Geral benar, di pantai itu ada sebuah ayunan kayu. Stella dengan antusias duduk di ayunan dan Geral yang mengayunnya dari belakang. Stella sangat senang, entahlah sepertinya Geral cowok asing yang baru saja ia kenal, berhasil membuatnya tersenyum bahagia. "Kamu senang?" tanya Geral. Stella mengangguk cepat. "Saya senang kalo kamu juga senang." Geral tak lagi mengayun Stella, cowok itu duduk di atas pasir dan Stella mengikutinya. "Thanks ya, udah bawa gue ke tempat indah ini." Geral tak menjawab, ia hanya menatap Stella sebentar. Stella bingung dengan perubahan sikap Geral, sepertinya cowok itu tengah memikirkan sesuatu. "Kamu orang kedua yang saya bawa ke tempat ini," ucap Geral dengan pandangan yang lurus ke depan. "Orang pertama siapa?" "Teman saya." "Hm, temen lo itu cewek atau cowok?" "Cewek, saya dan dia ketemu di sini," cowok itu menjeda ucapannya, membuat Stella semakin penasaran, "dan berpisah juga di sini." "Lo suka cewek itu ya?" Pertanyaan Stella sukses membuat Geral menatapnya, tatapan mereka bertemu, Stella bisa merasakan kesedihan di mata Geral yang sudah menjadi jawaban dari pertanyaannya tadi. Stella berusaha mencari topik pembicaraan, ia tak nyaman dengan obrolannya barusan. "Eh, kita teman kan?" "Emang kamu mau berteman sama saya?" Stella tersenyum dan mengangguk, "Mau lah, siapa sih yang nggak mau temenan sama cowok ganteng kayak lo, eh?!" Stella dengan cepat membekap mulutnya, ia sudah keceplosan mengatakan hal itu. Geral terkekeh geli melihat Stella. "Ayo pulang, nanti kamu di cariin," ucap Geral sambil berdiri dari duduknya, Stella hanya mengangguk canggung. *** ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN