Pengakuan Jae Hoon. ?

2294 Kata
Malam datang dengan cepat, keluarga Cho sedang mempersiapkan makan malam keluarga dengan menu hidangan yang super lezat buatan ahjumma yang bekerja di rumah mereka. Seo woo dan Jae hoon baru saja tiba dan langsung di sambut hangat oleh orang tua Seo woo, keduanya di persilahkan masuk saat itu juga dan Seo woo langsung mengambil tempat di sebelah Kyung woo yang kemudian menatapnya bingung. " Akhirnya kau pulang juga, ada apa dengan wajah mu itu? Apa kau masih merasa kesal karena atm mu telah di blokir oleh ayah.? " Sahut Kyung woo seketika membuat mood Seo woo kembali buruk. " Diam atau ku patahkan lehermu. " Jawab Seo woo sinis. " Wah adikku terlihat semakin menakutkan sekarang. " Komentar Kyung woo tak berani macam-macam. " Bagaimana menjadi Co-ass, apa menyenangkan.? " Tanya Jae hoon pada Kyung woo. " Begitulah hyung, dokter Ahn selalu memarahiku jika aku merasa gugup ketika menangani pasien. " Jawab Kyung woo beralih menatap Jae hoon. " Dokter Ahn memang tegas, kau harus terbiasa dengannya. " " Terkadang aku bingung harus mengambil departemen apa setelah ini, apa sebaiknya aku memilih departemen mu saja hyung. " " Tidak bisa, kau sudah cocok berada di departemen dokter Ahn, lagi pula itu akan semakin memudahkan mu agar bisa menjadi dokter spesialis seperti ayahmu. " " Baiklah, ku rasa tidak masalah. " " Jangan jadi dokter kalau kau tidak bisa melakukannya." Cibir Seo woo mengundang perhatian Kyung woo. " Seseorang yang gagal audisi sebaiknya diam saja. " Balas Kyung woo. " Bagaimana kau tahu aku mengikuti audisi? " Seo woo yang baru menyadarinya langsung menatap kyung woo dengan serius. " Gawat, aku keceplosan. " benak Kyung woo merasa bodoh. Beruntung ketika Seo woo begitu ingin mengetahuinya, keluarga Jung telah sampai dan mereka harus segera makan malam bersama. Akan tetapi Seo woo tetap memaksa Kyung woo untuk menjawabnya nanti, entah mengapa Seo woo merasa ada yang aneh karena sejauh ini yang mengetahui dirinya gagal hanyalah Minju, Byeolim dan Tae kyung saja. *** Selepas makan malam bersama, dua keluarga itu berkumpul di ruang keluarga untuk membahas hubungan antara mereka sebagai keluarga yang utuh. Meskipun setiap hari bertemu di rumah sakit beda ceritanya jika sudah berkumpul seperti itu, semua orang sudah ada di sana kecuali Seo woo dan Kyung woo yang memutuskan untuk bicara di luar terkait omongan Kyung woo yang masih mengganggu pikiran Seo woo. " Sekarang katakan padaku, bagaimana kakak bisa tahu kalau aku ikut audisi dan gagal. ?" Tanya Seo woo begitu penasaran. " Aku hanya asal bicara saja. " " Bohong, aku tahu kalau kakak sudah mengetahui audisi itu kan.!!" " Sebaiknya kita kembali ke dalam, orang-orang akan penasaran dengan kita yang pergi secara tiba-tiba ini. " Ajak Kyung woo namun di tepis oleh Seo woo. " Ini ulah ayah kan, dia yang menggagalkan audisi itu kan.? " " Seo woo-ya sudahlah, kau tidak perlu membahas soal ini lagi. " " Kau tidak akan mengerti bagaimana audisi itu sangat penting untukku, kalian tidak akan pernah bisa mengerti tentang aku.!!! " Isak Seo woo yang mulai menangis di hadapan kakaknya. " Jangan menangis, aku minta maaf. Memang benar ayah yang melakukannya, aku hanya mendengar percakapannya bersama pemilik agensi untuk menggagalkan mu di audisi itu, semua itu tidak ada hubungannya denganku jadi kau jangan marah padaku. " Seo woo menahan tangisnya, rasanya sudah sangat hancur berkeping-keping dan semua itu membuat dirinya sangat marah. Kemudian Seo woo menatap wajah kakaknya dengan tatapan tajam, matanya sudah memerah akibat tangisan tadi dan hal itu membuat Kyung woo merasa khawatir pada adiknya. " Katakan pada orang-orang di dalam sana kalau aku ingin pulang duluan, " Ucapnya pelan setelah itu memutar tubuhnya meninggalkan pelataran. " Aku akan mengantarmu. " " Tidak usah.!!! " Ketusnya membuat langkah Kyung woo berhenti. *** Gadis itu menelusuri jalan seorang diri sejak kepergiannya dari rumah beberapa saat yang lalu, tatapan matanya sendu seakan tak ada kehidupan di sana. Langkahnya pun gontai namun tetap memaksa untuk berjalan hingga ia menghentikan langkahnya tepat di sebuah jembatan. Seo woo memutar tubuhnya ke arah sisi jembatan yang di mana terdapat sungai yang terkenal sangat dalam di daerah tersebut, saat kedua tangannya memegang sisi jembatan tangisnya kembali pecah. Saat itu tak ada kendaraan yang lewat dan jalanan sangat sepi sehingga tak ada yang menghentikan aksi Seo woo saat itu. " Kenapa semua orang begitu jahat kepadaku, kenapa sepertinya dunia ini sudah tidak pernah berpihak kepadaku lagi.. Kenapa.. Kenapa..???? " " Untung apa lagi aku hidup di dunia ini kalau keinginan ku saja tidak bisa terpenuhi, semua orang bersikap egois dengan keinginan mereka tanpa memikirkan perasaanku. " " Mungkin sudah waktunya untukku pergi dari dunia ini. " Seo woo mulai memanjat pada pembatas jembatan, sejujurnya ia takut melihat ke bawah yang di mana kedalaman sungai itu tidak terlihat sama sekali di tambah suasana malam yang gelap memberikan kesan menakutkan pada area tersebut. Ketika Seo woo sudah membulatkan tekadnya untuk terjun, seseorang dengan cepat menarik tubuhnya kembali dan berhasil menggagalkan keinginan Seo woo untuk bunuh diri. Sesaat kemudian ketika Seo woo membuka kedua matanya ia langsung melihat sosok Jae hoon yang nampak mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. " Ahjussi, kenapa kau datang menolongku bukankah lebih baik aku pergi saja. " " Dasar bodoh.!! " sentak Jae hoon membuat Seo woo terkejut. " Jangan berpikiran sempit seperti itu, dengan bunuh diri kau pikir semua akan baik-baik saja? Apa kau pernah berpikir betapa sedihnya orang tuamu jika kau sampai melakukan hal seperti itu.? " Lanjut Jae hoon begitu emosi. " Mereka tidak peduli akan hal itu, mereka bahkan terus memaksa ku untuk melakukan keinginan mereka tanpa memperdulikan perasaanku. " " Kau salah, mereka melakukan semua itu karena mereka sangat menyayangimu. " " Tidak, mereka tidak menyayangi ku, mereka menganggap ku seperti boneka mereka. " " Cobalah berpikir dari sudut pandang yang berbeda, ikuti saja apa yang mereka mau, kau tidak akan pernah tahu kalau ternyata semua itu adalah yang terbaik untuk mu. " Ucap Jae hoon lagi. " Menikah denganmu adalah yang terburuk, kau pikir semua itu baik untukku.? " " Kau pikir aku tidak? Kau tahu seberat apa hatiku terpaksa menikahi mu, aku masih menyayangi mendiang istriku bahkan aku berjanji untuk tidak akan pernah menikah lagi. Tapi aku melakukan semua ini karena orang tuaku, aku tahu mereka melakukan ini karena ini adalah pilihan terbaik dari mereka, aku harus bisa menerimanya dan membuat mereka bahagia paling tidak dengan menerima mu sebagai istriku meskipun aku sama sekali tidak mengharapkan hal ini terjadi. " Jelas Jae hoon entah mengapa berhasil membuat Seo woo tersentuh mendengarnya. " kalau begitu apa yang harus ku lakukan setelah ini.? " Tanya Seo woo menunduk bingung. " Cukup dengan menjalaninya saja, lagi pula kita sudah berjanji untuk tetap bersikap layaknya suami istri hanya di depan mereka saja bukan. Aku bahkan tidak keberatan kalau kau memiliki pacar, selagi kedua orang tuamu tak mengetahuinya kau bebas melakukan apa saja. " Sekali lagi Seo woo merasa tersanjung dengan Jae hoon, sejatinya ia benar-benar tidak begitu membenci Jae hoon. Sejak awal Jae hoon sudah di anggap sangat baik, hanya saja pernikahan ini membuatnya lupa dan berakhir membenci Jae hoon, namun setelah kejadian ini mungkin benci itu sudah berubah menjadi respect. *** " Kami sudah di rumah, ayah jangan khawatir. " Ucap Jae hoon yang sedang menelpon dengan ayah Seo woo. Seo woo yang saat itu sedang asik menikmati coklat panas buatan Jae hoon terlihat melirik pria itu dengan tatapan yang sulit di artikan, ia teringat saat Jae hoon menyelamatkannya di jembatan dan rasanya persis seperti adegan dalam drama yang sering ia nonton. Tanpa sadar Seo woo tersenyum sendirian memikirkannya hingga membuat Jae hoon yang telah selesai menelpon menatapnya bingung, keduanya sudah kembali ke rumah mereka setelah Seo woo mau untuk di ajak pulang oleh Jae hoon. Bagi Jae hoon membujuk Seo woo sebenarnya bukan hal yang sulit jika dapat membuka pola pikir serta memahami keinginannya itu akan jauh lebih muda dari membalikkan telapak tangan. " Kenapa kau tersenyum sendirian.? " Tanya Jae hoon menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang berhadapan dengan Seo woo. " Aku tidak tersenyum. " Elak Seo woo mulai salah tingkah. " Kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan.? " Tanya Jae hoon sukses membuat wajah Seo woo berubah merah. " Aku baik-baik saja, jangan berlebihan seperti itu. Sudah, aku mau pergi tidur. " Dengan cepat meninggalkan Jae hoon yang masih menatapnya heran. Seo woo yang berjalan dengan cepat akhirnya tiba di kamar, sesaat kemudian ia mencoba mengatur nafasnya yang mulai tersengal-sengal. Seo woo berusaha bersikap tenang saat menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya dan itu terjadi ketika ia menatap wajah Jae hoon beberapa saat yang lalu. " Ah ada apa denganku, sadarlah Seo woo." keluhnya sambil memukul-mukul kepalanya dengan pelan. *** Pagi keesokan harinya, Seo woo yang baru saja bangun di minggu paginya itu mendengar suara ribut dari arah dapur. Siapa lagi kalau bukan Jae hoon yang sedang sibuk menyiapkan sarapan paginya, gadis itu kini berada di dapur kemudian menyapa Jae hoon sambil mengambil segelas air untuk di minum. " Kau tidak ke rumah sakit.?" Tanya Seo woo setelah menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. " Aku day off, karena ini hari minggu aku ingin menghabiskan waktu di rumah saja." Jawab Jae hoon masih dengan kesibukannya. " Bagaimana denganmu.? " " Aku akan tetap ke agensi untuk berlatih, meskipun ayah sudah meminta pemilik perusahaan untuk menggagalkan ku, aku akan tetap berusaha. " Balas Seo woo sungguh-sungguh. " Aku akan mengantarmu, sebaiknya kau sarapan dulu. " Jae hoon menyodorkan sepiring omurice kepada Seo woo dan seketika membuat wajahnya berbinar. " Aku sudah lama tidak makan masakan mu, selamat makan. " Serunya kemudian. Sekilas mereka berdua terlihat seperti sepasang suami istri yang menikmati sarapan pagi bersama, Seo woo memuji skill Jae hoon saat memasak dan tidak ada satupun masakannya yang di rasa tidak enak. Hal itu membuatnya malu karena dia yang sebagai perempuan bahkan tidak bisa memasak sama sekali. " Oh iya Ahjussi, bisa tidak setelah kau mengantarku setelah itu kau pergi ke rumah Minju untuk mengambilkan beberapa barang ku yang masih ada di sana.?" " Baiklah, aku akan ke sana mengambilnya. " " Gomawoooo.!" *** Seo woo tiba di agensi lebih cepat dari biasanya, ia memasuki ruang kelas dan duduk di sana menunggu hingga yang lain tiba. Sudah pukul 9:00 dan belum ada satupun yang datang setelah itu, bahkan hingga beberapa saat kemudian pun masih sama. " Apa sebaiknya aku bertanya di grup chat saja.? " Saat Seo woo mengecek ponselnya ia baru sadar kalau sejak semalam dirinya di kick dari grup chat. " Kenapa seperti ini.? " Tak menunggu waktu lama Seo woo segera berlari meninggalkan ruangan menuju ruang pelatih, di sana ia bertemu dengan pelatih yang menyeleksi audisi kemarin. " Pelatih, kenapa kelas kosong? Apa hari ini kita tidak ada latihan.? " " Maafkan aku Seo woo, aku lupa memberitahu mu kalau kemarin hanya kamu yang tidak lolos dan sekarang trainee lain sudah berlatih di tempat yang berbeda. Kau tahu aku sangat sibuk sehingga tidak bisa melatih mu lagi. " " Apa itu artinya aku sudah di keluarkan.? " " Aku benar-benar minta maaf. " " Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Terima kasih sudah mau melatih ku selama ini. " Seo woo membungkuk perlahan dan meninggalkan pelatihnya dengan perasaan yang hancur. " Kau yakin akan membiarkannya pergi begitu saja, bukannya dia trainee yang paling berbakat dari yang lain.?" Sahut seseorang ikut menatap kepergian Seo woo. " Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ini semua permintaan presdir." Sementara itu, Seo woo yang baru saja keluar dari gedung agensi terlihat berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Langkahnya tiba-tiba terhenti setelah melihat sosok Tae kyung dan Jihyun yang datang bersamaan di pelataran gedung. Mereka saling menatap satu sama lain hingga tatapan Seo woo tertuju pada tangan mereka yang saling menggandeng satu sama lain. " Seo woo. " Ucap Tae kyung terkejut dan melepaskan tangannya dari Jihyun. " Kenapa di lepas.? " Tanya Seo woo berusaha tegar. " Itu.., kau.., apa yang terjadi padamu.? " Tae kyung berusaha mengalihkan topik. Jihyun menatap Seo woo seperti tatapan biasa yang di lakukan nya, ia bahkan tak menjelaskan apapun dengan kejadian itu. Sementara Seo woo yang merasa tak pantas mendapat penjelasan meminta Tae kyung untuk berhenti bicara. " Aku sudah salah sejak waktu itu, sebaiknya aku mendengar ucapan teman-temanku tentang mu. Tapi aku memilih untuk percaya dan ternyata aku sudah salah, maaf sudah mengganggu hubungan kalian, dan tolong jangan sampai berpisah lagi. " Seo woo kembali membungkuk dan berlalu meninggalkan mereka. " Seo woo. " " Sudah, ini semua memang salah mu Oppa. Jika sejak awal kau tidak memberikan harapan padanya dia tidak akan terluka seperti itu, dan juga hari ini dia pasti sudah mendapatkan kesedihan double. " Ujar Jihyun kemudian. *** Langit berubah menjadi kelabu setelah sebelumnya cerah, akhir-akhir ini hujan lebih sering hadir di musim semi yang Indah. Bunga-bunga sakura yang ikut gugur akibat guyuran hujan membuat jalanan di penuhi oleh bunga-bunga berwarna merah muda itu. Seorang gadis terlihat berjalan di tengah-tengah jalanan tak peduli meski di guyur hujan sekalipun, air matanya ikut mengalir meski tak terlihat karena hujan. Dan saat langkah nya sudah tak sanggup untuk melangkah ia pun langsung tersungkur, menangis sejadi-jadinya tak peduli dengan orang-orang yang lewat saat itu. Tiba-tiba saja ia melihat sepasang sepatu berhenti tepat di depannya, ia kenal dengan model sepatu itu dan langsung mendongak saat menyadari seseorang datang dengan membawa payung dan langsung memayungi tubuhnya. " Ahjussi. " Ucap Seo woo langsung berhenti menangis. " Kenapa kau hujan-hujanan seperti ini, apa kau ingin sakit.? " Sahut Jae hoon dengan nada yang tinggi. Seperti layaknya seorang anak kecil yang sedih karena kehilangan jejak orang tuanya kemudian ia bertemu kembali dengan orang tuanya dan menangis tersedu-sedu, dan seperti itulah Seo woo saat ini di hadapan Jae hoon. Menangis seperti anak kecil dan di tenangkan dengan lembut oleh Jae hoon saat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN