Keteguhan Hati ?

1602 Kata
Setibanya di rumah sakit, Seo woo langsung berjalan menuju ruangan Jae hoon. Begitu tiba di sana ia tak menemukan sosok pria itu, dan meletakkan pakaian serta makanan Jae hoon di atas meja sebelum akhirnya menghubungi pria itu. Suara dering ponsel Jae hoon terdengar di ruangan itu yang artinya Jae hoon tidak membawa ponselnya keluar. " Kenapa dia bisa sampai lupa dengan ponselnya sendiri. " Komentar Seo woo sambil memegang ponsel Jae hoon. Seo woo melihat ponsel Jae hoon dengan rasa penasaran yang tinggi, kemudian ia membuka ponsel itu di mana sebelumnya ia sudah tahu pasword Jae hoon saat mereka menghabiskan waktu bersama di rumah. Jae hoon merupakan orang yang tidak suka memasang foto di walpaper ponselnya sehingga ponselnya masih memasang walpaper asli ponsel itu. Jemari Seo woo akhirnya menekan ikon galeri dan mendapatkan folder foto yang hampir mencapai 2000 file, begitu membuka foto tersebut ia terkejut karena isinya hanya foto-foto mendiang istrinya. Tak ada foto lain bahkan foto pernikahan mereka pun tidak ada, karena kesal dengan isinya yang hanya ada foto Soo bin, Seo woo pun kembali meletakkan ponsel itu di tempatnya semula. " Aku tidak akan menunggunya kembali. " Ucap Seo woo kesal dan meninggalkan ruangan itu segera. " Oh gadis kecil, apa yang kau lakukan di dalam? Jae hoon sedang melakukan operasi, kau mau kemana.? " Sahut Woo jin yang kebetulan bertemu dengan Seo woo di koridor. " Aku tidak peduli, aku mau pulang." Jawabnya ketus. " Biar ku antar, kebetulan aku mau pulang ke rumah." Sambungnya kemudian menyamakan langkahnya dengan Seo woo. " Maaf ya tadi sore hampir membuatmu ketahuan, aku tidak tahu kalau pria itu belum mengetahui soal hubungan mu dan Jae hoon. " Lontar Woo jin begitu mereka tiba di parkiran. " Lain kali ahjussi harus lebih hati-hati. " Jawab Seo woo dengan nada yang tegas. " Oke oke, aku akan lebih berhati-hati. " Kini Woo jin dan Seo woo sudah meninggalkan rumah sakit, keduanya fokus pada pandangan masing-masing tanpa melontarkan satu kalimat pun. Bukan Woo jin namanya kalau tidak banyak bicara terlebih lagi dengan Seo woo yang sudah di anggapnya seperti adik sendiri. " Apa kau kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Jae hoon." lontar Woo jin seketika membuat ekspresi Seo woo berubah. " Hah? Tentu saja tidak." balasnya cepat. " Lalu kenapa sejak tadi ku dengar kau menghela nafas dengan kasar.? " " Bukan apa-apa. " Balasnya sambil tersenyum kecil. " Boleh aku minta tolong satu hal padamu.? " Ucap Woo jin terdengar mulai serius. Seo woo menoleh ke arah pria itu dengan tatapan penasaran, sebelum itu Woo jin menghentikan mobilnya di sebuah taman. Ia meminta Seo woo untuk tidak kemana-mana sebentar selagi dirinya pergi untuk membeli minuman. Tak lama setelah itu ia kembali dan menyodorkan minuman s**u pisang kepada Seo woo, mereka duduk di bangku taman sambil menatap minuman mereka masing-masing, dan suasana terasa lebih serius saat ini. " Biar aku beritahu kau satu hal, ini soal Jae hoon yang mungkin harus kau ketahui." Gumam Woo jin terdengar mulai serius. Seo woo diam tanpa menyahut yang artinya dia mengizinkan Woo jin untuk melanjutkan ucapannya, sebelumnya Seo woo sempat menolak untuk mendengarkan cerita tentang Jae hoon dari Woo jin. " Kau pasti sudah mengetahui tentang Soo bin, bukan.? " " Aku tahu, tapi tidak semuanya. " " Sampai saat ini Jae hoon masih mencintai mendiang istrinya, bahkan ini sudah berjalan hampir 10 tahun tapi rasa cintanya terhadap Soo bin tidak pernah pudar. Aku sangat terkejut mengetahui akhirnya dia telah menikah, tapi aku lebih terkejut mengetahui kalau istrinya ternyata seusia dengan adikku sendiri. Dan setelah mengetahui hubungan pernikahan kalian yang hanya sementara dan terpaksa dilakukan ini membuat kebahagiaan ku hilang dan aku khawatir pada Jae hoon nantinya." " Kau tahu Seo woo, aku sangat berharap kau dan Jae hoon akan berakhir dengan bahagia. Tidak masalah jika kalian terpaut usia 19 tahun, jika kalian sudah bisa memahami sifat masing-masing masalah usia bukanlah hal yang harus di permasalahkan lagi. " " Jadi kalau kau merasa benar-benar menyukai Jae hoon maka perjuangkan perasaanmu itu, buat Jae hoon mencintaimu sehingga dia bisa terlepas dari masa lalunya itu. Tapi kalau kau tetap ingin hubungan kalian berakhir sebaiknya menjauh saja dari Jae hoon secepatnya. Karena aku tahu Jae hoon orangnya sangat Setia dan tulu jika dia sudah mencintai seseorang, maka orang itu akan selalu menjadi prioritasnya." Jelas Woo jin menatap Seo woo yang mendengarkan dengan seksama. Seo woo menundukkan wajahnya, ia kembali teringat dengan kontrak yang di buatnya bersama Jae hoon. Selama kontrak itu masih berlaku maka akan sangat sulit untuk membuat Jae hoon menyukainya, seandainya kontrak itu tidak ada maka semuanya tidak akan serumit seperti saat ini. " Apa kau sudah menyukai Jae hoon.? " Tanya Woo jin lirih. " Aku sudah menyukainya, tapi aku tidak bisa melakukan apapun karena kontrak yang ku buat dengannya. " Jawab Seo woo menunduk sedih. " Kalau kau benar-benar menyukainya, lupakan soal kontrak itu. Kau bisa mengakui perasaanmu padanya, sekalipun dia membahas kontrak tersebut kau bisa menghapus kontrak itu setelah mengutarakan perasaanmu." " Aku tidak bisa," Ucapnya pelan. " Kau malu karena kontrak yang kau buat dan kau sendiri yang akan mengakhirinya.? " " Dengarkan aku Seo woo, singkirkan egomu itu dan ikuti kata hatimu. " Lanjut Woo jin betul-betul meyakinkan Seo woo. Mengatakannya mungkin mudah, tapi untuk melakukannya masih harus di pikirkan baik-baik oleh Seo woo. Yang terbaik untuk di lakukan saat ini hanyalah meyakinkan Jae hoon soal perasaanya dan membuat Jae hoon ikut merasakan apa yang di rasakan olehnya. ♕♛ Setelah pertemuannya dengan Woo jin malam itu, Seo woo terus memikirkan bagaimana ia bisa mengatakannya langsung pada Jae hoon. Karena Jae hoon masih lembur ia tidak memiliki kesempatan untuk bicara berdua, dan keinginannya itu masih naik turun yang membuatnya dilema sendirian. AAkhir-akhir ini juga Seo woo tidak ikut kumpul bersama teman-temannya dan langsung ke tempat les setelah itu pulang ke rumah, tak banyak yang di lakukannya tapi rasanya membuat dirinya lelah dengan aktivitas itu. Sepulang sekolah ketika bel baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, saat itu Minho hendak mengajak Seo woo pergi makan corn dog yang baru saja buka di dekat sekolah mereka. Tapi saat itu seseorang tiba-tiba menghampiri Seo woo dan membuat gadis itu melongo heran karena tak mengenalnya. " Nona, tuan Jung sudah menunggu anda di mobil. Beliau ingin menjemput nona sekaligus makan siang bersama dengan anda." Ucap pria berseragam hitam itu. " Tuan Jung? Tidak mungkin ahjussi kan. " benak Seo woo melirik mobil yang di lihatnya asing. " Maafkan aku Minho, aku harus pergi. " Ujar Seo woo melirik Minho yang masih berdiri dengan tatapan sinis ke arah pria yang barusan di ajak bicara oleh Seo woo. " Tunggu Seo woo, dia siapa? Siapa tuan Jung.? " Tanya Minho seketika membuat Seo woo bingung harus menjawab apa. Lalu tiba-tiba saja Byeolim dan Minju datang sehingga mereka langsung menarik Minho, Seo woo bersyukur ada mereka sehingga ia tak perlu menjawab pertanyaan dari Minho barusan. ♕♛ Untuk pertama kalinya ayah mertua Seo woo mengajaknya ke sebuah restoran Bintang lima untuk makan siang berdua, bahkan hal ini belum pernah di lakukannya bersama sang ayah namun hal itu tak membuat Seo woo merasa canggung terhadap pria yang tak lain adalah ayah dari suaminya sendiri. Bagi Seo woo Jung Hoseok sudah seperti ayah kedua yang sangat perhatian, selama pernikahannya bersama Jae hoon walaupun mereka jarang menghabiskan waktu berdua keduanya akan sangat dekat jika bertemu seperti saat ini. " Ada apa ayah tiba-tiba mengajakku makan siang bersama.? " Tanya Seo woo penasaran. " Hanya ingin saja, ayah tidak memiliki anak perempuan jadi ayah ingin menghabiskan waktu bersama menantu cantik ayah." Jawabnya membuat Seo woo tersipu malu. " Memangnya ayah tidak sibuk.? " " Ayah mungkin akan berhenti menjadi dokter dan menyerahkan jabatan ayah pada ayahmu," " Kenapa di berikan ke ayahku? Kenapa bukan dokter Jae hoon saja.? " " Sepertinya Jae hoon belum siap mengemban tugas berat, dia masih harus menjadi dokter yang profesional dan untuk saat ini biarkan ayahmu saja yang menjadi direkturnya. " " Apa ayah sakit? Kenapa tiba-tiba ingin menyerahkan jabatan dan berhenti menjadi dokter.? " " Di usia ayah yang sudah tua ini lebih baiknya beristirahat dengan tenang di rumah, ayah ingin menghabiskan masa tua ayah dengan melakukan apapun yang ayah suka. Menjadi dokter di usia sekarang hanya akan membuat pasien kesulitan, banyak dokter muda yang bisa menggantikan ayah nantinya." " Tapi ayahku kan juga sudah tua, dan pasti hanya sebentar menjabat. " " Maka dari itu sambil menunggu Jae hoon siap, biar ayahmu saja yang mengurusnya." " Kalau memang itu keputusan ayah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. " " Kamu memang anak yang menggemaskan, ayah bersyukur Jae hoon memiliki istri sepertimu Seo woo-ya. " Sahut beliau seketika membuat Seo woo merasa tidak enak. " Kenapa ayah bicara seperti itu, aku bahkan masih sangat jauh dari kata sempurna untuk menjadi seorang istri. " Jawab Seo woo menunduk malu. " Siapa bilang? Kamu itu pilihan ayah, dan ayah sangat yakin kamu pantas menjadi istri Jae hoon, mungkin saat ini ayah belum bisa menimang cucu dari kalian tapi tolong jika seandainya nanti ayah tidak ada umur tolong kalian jangan sampai bercerai, ayah akan terus mengawasi kalian. " " Aku jadi merasa semakin tidak enak, jika ayah sudah berkata seperti itu apa yang harus kulakukan setelah ini." Batin Seo woo di landa kebingungan. " Ayah tidak boleh bicara seperti itu lagi, umur ayah masih panjang dan tidak boleh berkata seperti itu lagi yah. " " Hahaha maafkan ayah, sebaiknya kita mulai makan siang ini, mengobrol terus membuat hidangan yang sudah di sediakan menjadi dingin. " Lontar beliau dan mereka pun memulai makan siang bersama dengan perasaan lega setelah akhirnya mengobrol satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN