Bab 8. Kalma Punya Pacar?

1041 Kata
"Ndut, kenalin dia Agnes, tunangan gue." Deg. "Widih, gaya banget si Udin pake acara tunangan segala. Padahal kemarin mereka berantem, tuh." Kalma membatin. Mamanya Arka bangun, mendekati keduanya. Karena Kalma yang begitu penasaran, ia pun juga ikut mendekati mereka. "Arka, kapan kamu tunangan?. Kok mama gak tahu?. Jangan sampai kamu tunangan diam-diam, nanti mama juga sunat habis adikmu!" Tanya mamanya Arka, terlihat kebingungan. Dua sekaligus mengancam anaknya. Tanpa sadar, Kalma mengangguk seakan-akan ia setuju dengan pertanyaan mamanya Arka. Dia juga memasang wajah yang begitu penasaran, bahkan tangannya juga berlipat di depan da*a. "Iya nih. Kok bisa tunangan?" Tanya Kalma. "Emangnya kamu tahu?" Mama Arka kini bertanya padanya. Dengan cepat Kalma menggelengkan kepalanya, "enggak sih, Tante. Cuman tanya aja." Ujarnya sembari tersenyum malu. Arka yang mendapatkan hal itu pun jadi ikut merasa kebingungan. "Sayang, kita udah tunangan atau belum?" Tanya Arka pada Agnes, perempuan yang sama persis dengan yang ditemui Kalma saat liburan yang lalu. Agnes menggeleng tegas, "kan kamu sendiri yang membatalkan acara pertunangan kita. Kita juga udah putus." Jawab Agnes. Kampret! "Jadi, kita udah gak ada hubungan apapun?. Gak tunangan ataupun pacaran?" Arka bertanya memastikan dengan rasa malu yang sudah mendarah daging, akan tetapi Kalma sudah menahan tawanya yang siap meledak. "Gak. Bahkan sekarang aku udah punya pacar pengganti kamu. Dia ada di sini." Agnes menjawab dengan begitu jujur, melepaskan tangan Arka yang ada di lengannya dan beranjak pergi. Langkahnya diperhatikan oleh Arka, mamanya, dan juga Kalma. Ternyata, Agnes datang ke tempat ini untuk menemui seorang pria. Bahkan mereka juga terlihat berpelukan dan saling melempar senyum manis. Sudah bisa dipastikan, mereka adalah sepasang kekasih yang baru. Begitu menyedihkan. Arka kini tampak menyedihkan. Dia sudah percaya diri memperkenalkan Agnes sebagai pacarnya bahkan pula tunjangannya, namun ternyata ia sudah lupa kalau dirinya dan Agnes sudah putus, bahkan pertunangan mereka pun sudah batal. Seketika hal itu menjadi sumber tawa Kalma. Dia tertawa sekencang-kencangnya sembari menggebuk pelan punggung Arka. "Kasihan sekali kamu, Udin. Udah jadi si Udin kutu kumpret, jomblo, ngenes lagi!. Kasihan banget!" Ujar Kalma dengan tawanya yang begitu besar hingga membuat orang-orang melihat ke arah mereka. Fix, harga diri seorang Arka Bagaskara sudah sangat turun drastis akibat perlakuannya pada diri sendiri, pula dengan perlakuan bar-bar Kalma yang tak tahu tempat. Mamanya Arka pun demikian. Dia menahan tawa, tapi tidak sampai meledak-ledak seperti Kalma. Dia kembali duduk di meja makan tadi, kemudian di susul oleh Arka dan Kalma. Hingga kini, tatapan Arka kosong melompong seakan-akan jiwanya sedang terbang berkeliaran. "Gaya banget sih lo!. Pake acara tunangan segala. Kayak lo ganteng aja!" Kata Kalma, mencerca Arka dengan tawa yang masih senantiasa melekat dalam dirinya. Beruntungnya Arka tidak merespon apa-apa. Dia masih syok dengan kondisi ini, sampai rasanya telinga dan mulutnya membungkam sempurna. Dia bahkan membiarkan Kalma yang menggebuk-gebuk dirinya, tanpa perlawanan sedikitpun darinya kepada Kalma. "Tapi anak Tante tampan, kan?" Dengan cepat Kalma mengangguk. "Iya, si Udin emang tampan, Tante. Gak perlu diragukan lagi." Jawabnya di sela tawanya. Dan sepertinya hal itu mengundang tawa bagi mamanya Arka. Kini, dia mulai tertawa setelah mendengar jawaban Kalma. Bukankah ganteng dan tampan tidak ada bedanya?. "Ganteng dan tampan gak ada bedanya. Kamu bar-bar, gemesin, dan bodoh juga ternyata." Kata mamanya Arka. "Iya, dia emang bodoh." Arka memperjelas dengan nada yang sewot. Tapi, tidak lama setelahnya dia ikut tertawa terbahak-bahak dengan dua perempuan gesrek yang satu meja dengannya. Mereka melupakan masalah pertunangan. Malah, mereka bertiga selau tertawa di sela percakapan mereka yang terkadang serius dan terkadang pula tergolong main-main. Terlalu melupakan waktu sampai kemudian mereka memutuskan untuk pergi berbelanja untuk kebutuhan yang lainnya. "Kita semua bodoh. Si Udin, gue, sama si mama kece." Kata Kalma, sesaat mereka keluar dari tempat mereka makan tadi. Mama kece adalah panggilan baru dari Kalma untuk mamanya Arka. Dan itu, sudah disetujui secara sadar oleh mamanya Arka. Brak! Arka sengaja menyandung kaki Kalma hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Namun, dengan cepat Kalma menarik salah satu kaki Arka dan membuat pria itu menyusulnya. Mereka sama-sama telungkup di lantai mall, di depan umum. Dan seperti biasa, tugas si mama kece cuman satu. Memotret mereka dengan senyuman misteriusnya. "Fix, cewek ini harus satu geng denganku. Arka yang dingin bisa jadi gila seperti ini hanya karena bersama dirinya." Kata mama kece dalam hatinya. "Sudah yuk berantemnya. Mama harus pergi belanja kebutuhan dapur. Nanti papa nyariin di rumah." Kata mama kece, membantu mereka bangun satu per satu. Mama kece menggandeng tangan Kalma, pergi lebih dulu meninggalkan Arka yang sedang membersihkan setelan jasnya. "Tunggu!" *** "Kamu masih ada beras gak di kontrakan kamu?" Tanya mama kece pada Kalma. "Gak usah deh mama kece. Nanti aja Kalma beli kalau persediaan di kontrakan udah habis." Kalma menjawab. Mama kece tertawa, "kan aku gak menawarkan mau membelikan atau gak. Aku cuman tanya aja." Sangat memalukan. Kalma sangat malu dan tertawa untuk menutupi rasa malunya yang sudah sampai ke ubun-ubun. "Kalma kira mama kece mau beliin. Hahahaha...." Kalma meninggalkan mama kece beserta Arka di tempat itu. Yang sebenarnya terjadi adalah dia sedang menyembunyikan rasa malunya yang sudah mendarah daging. "Duh, malu banget sumpah. Pengen ngubur diri sendiri saking malunya!" Gerutunya. Tidak hanya berbelanja beras saja, namun mereka juga pergi membeli sayuran, daging-dagingan, bahkan pula makanan ringan. Jika mama kece membeli membeli begitu banyak barang, Kalma hanya membeli dua barang saja. Catat, hanya dua barang. Mie instan dengan rasa yang berbeda. "Loh, kok cuman dua aja, Ndut?. Gak sekalian pake kotaknya?" Tanya Arka. "Gak deh. Ini untuk persediaan nanti malam sama besok pagi." Kata Kalma, membayar belanjaannya di kasir. Dia yang begitu percaya diri, tidak malu dengan belanjaannya yang kurang dari sepuluh ribu. "Aneh banget ni cewek." Batin Arka terheran-heran, akan tetapi senyum manisnya melebihi kata aneh. *** Mungkin mereka lelah. Kalma ataupun si mama kece tertidur saat perjalanan pulang. Sebelumnya Kalma sudah memberikan alamat kontrakannya, dan kini sedang menuju alamat itu. Sesekali mata Arka bergerak lincah menatap Kalma yang ada di sampingnya, dan mama kece yang ada di belakang. Tidak lama kemudian, mobil Arka sudah sampai di alamat yang diberikan oleh Kalma. Bertepatan dengan itu, suara dering HP baru Kalma memenuhi mobilnya. Arka mengambil HP Kalma, namun setelahnya dia begitu terkejut. "Babe?" Kata Arka terheran-heran. "Si Ndut udah punya pacar?" Tanyanya dalam hati. Dengan cepat dia menggeser ikon merah, menolak panggilan dari nama 'Babe'. "Enak aja punya pacar. Gue aja jomblo!" Gerutu Arka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN