51. Pulang

1817 Kata

Tanpa sadar, air mataku langsung menggenang ketika menatap rumah yang sudah berdiri tegak di depanku. Rumah dengan dinding yang masih berwana abu kehitaman, yakni hasil dari polesan semen halus yang dicampur air. Terakhir aku melihat secara langsung, bagian intinya masih berbentuk kerangka. Mau tak mau aku harus tidur di rumah samping, yaitu gudang kosong yang dijadikan untuk jualan dan tempat tinggal sementara. Kini, rumah yang dulunya terbuat dari kayu dan telah keropos di mana-mana, sudah berubah menjadi rumah yang berdiri kokoh dengan design minimalis yang sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari dugaanku. Ini bahkan belum dicat dan dihias. Kalau sudah seratus persen selesai, pasti akan semakin cantik lagi. Akhirnya, air mataku menetes juga. Tentu saja, aku terharu. Rumah ini dibangu

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN