“Sudah lama, Sil, kerja di Jakarta?” tanya Mas Rajif tepat setelah Mas Fendi pamit ke toilet. Tadi kami duduk bertiga, membuat atmosfer di sekitar terasa aneh. “Sudah sejak lulus kuliah, Mas. Mungkin cuma jeda dua bulanan sejak wisuda.” “Oh, jadi dari kuliah belum balik Gresik lagi? Maksudku, yang menetap.” “Belum, Mas.” Aku menggeleng pelan. “Kerja rodi dulu di sini.” “Lagi renov rumah, kok, ya?” Aku tersenyum. “Iya. Doanya aja, Mas. Semoga lancar.” “Aamiin.” Mas Rajif menyeruput minumannya, lalu menatapku. “Jujur, aku enggak nyangka kalau Novia itu adikmu. Pantesan, aku ngerasa enggak asing waktu pertama lihat dia. Agak mirip, soalnya.” “Enggak mirip, ah. Cantikan Novia.” “Karena cantik itu relatif, bagiku cantikan kamu.” Kalau aku mendengar pujian ini dari Mas Rajif saat SMA du