47. Sejumput Restu

2257 Kata

“Sisil pokoknya harus ikut Tante pulang.” Aduh! Kalimat yang satu ini lebih terdengar seperti perintah alih-alih permintaan. Aku tak berani menolak, tetapi mau menerima juga rasanya tak siap. “Ikut Ibu aja, Sil,” sambung Mas Fendi. “Temani Ibu.” “Malam ini Fendi biar dijaga Ayahnya. Tante sendirian di apartemen soalnya. Mau, ya?” Ibu Mas Fendi, maksudku Tante Ika, tampak semakin memaksa. Aku menatap Ayah Mas Fendi— namanya Om Risyad, beliau langsung mengangguk. Sejak tadi aku baru ngobrol dengan beliau beberapa patah kata saja karena lebih banyak yang cukup disampaikan dengan isyarat. “Besok kan minggu. Kamu juga enggak kerja,” ucap Mas Fendi lagi. “Tolong temani Ibu. Biar Ayah saja yang di sini.” Aku terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. “Ya udah, iya.” Tante Ika langsung ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN