15. Meriang

1918 Kata

“Enggak bisakah kamu abaikan saja cinta pertamamu itu dan mulai cerita baru dengan orang baru?” Kalimat Mas Fendi kemarin siang masih saja terngiang-ngiang di ingatanku. Ketika kutanya apa maksudnya, dia menjawab dengan kalimat yang sama sekali tak memuaskan. Ketika aku masih bertanya juga, bukannya menjawab dengan lugas, dia malah menyuruhku untuk segera turun karena dia bilang masih ada acara lanjutan. Aku yang tak mungkin menahannya, akhirnya hanya bisa mengangguk mengiyakan. Alhasil, aku pulang ke kos sambil menyimpan pertanyaan besar. Kini, orang itu belum juga membalas pesanku. Padahal, pesanku berhubungan dengan pekerjaan, yakni tentang progres proyek yang aku dan Vina perjuangkan beberapa hari lalu di Korea. Aku bukannya buru-buru, tetapi aku hanya ingin tahu seberapa besar pelua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN