Diusir

1097 Kata
Batari mengerjapkan matanya saat merasakan silau matahari menerpa wajahnya. Seluruh tubuhnya terasa remuk redam seperti habis dikeroyok oleh banyak orang. Saat dia akan bangkit dia merasakan sakit yang amat sangat di bagian alat vitalnya. "Stttt sakit, " ringis Batari. Matanya terbelalak saat melihat banyak bercak darah di sprei yang dia tiduri. Dia baru teringat kalau semalam opa Hans sudah merenggut keperawanannya. Bahkan tak cukup sekali melakukannya, pria tua kembali mengulanginya sampai 3 ronde. "Hiks hiks hiks aku benci sama bapak dan ibu hiks hiks, " tangis Batari. Selama ini dia tidak pernah meminta apapun pada kedua orang tuanya. Bahkan di saat mereka tidak mampu membiayainya untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi, dia sama sekali tidak pernah protes. Kenapa hanya dia yang jadi korbannya? kenapa Kemala tidak? ini adalah hidupnya. Dia berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. CEKLEK Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka, Batari langsung merapatkan selimut di tubuhnya dan menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap wajah opa Hans secara langsung. "Kamu sudah bangun? aku akan turun ke sawah sekarang. Di meja makan sudah ada sarapan untukmu, " ucap opa Hans begitu dingin. Batari tidak menjawabnya, dia sangat membenci opa Hans. Walaupun pria tua itu tampan dia sama sekali tidak menyukainya. Karena Batari tidak kunjung menjawab, opa Hans langsung pergi begitu saja meninggalkannya sendirian di dalam kamar. Batari kembali meneteskan air matanya. Dia tidak mau jadi pemuas opa tua itu. Pokoknya hari ini dia akan mencoba melarikan diri ke kota lagi. Batari melihat sekitarnya, dia menemukan sebuah dompet yang tergeletak di atas meja. Saat dia membukanya, dia menemukan uang sekitar 300 ribu di dompet itu. "Lumayan, daripada aku jadi pelampiasan opa tua itu mending aku pergi ke kota. Aku akan cari kak Kemala di kota dan tinggal bersamanya. " Batari bangkit sambil menahan perih pada bagian sensitifnya. Dia lekas mandi lalu berganti pakaian. Setelah itu dia bersiap-siap untuk kabur. Sebelum dia pergi, dia sudah menyisipkan sebuah surat di atas ranjang. Tanpa membawa apapun, Batari pergi dengan menumpang mobil pick up yang biasa mengantarkan sayuran ke kota. Dia harus duduk di belakang mobil itu berdempetan dengan sayur-sayuran. Tujuannya sekarang adalah ke kota. Beruntung dia sudah mengetahui dimana kak Kemala tinggal sekarang. Karena lamanya perjalanan tanpa sadar Batari tertidur disana. Hingga akhirnya supir membangunkannya dengan mengguncangkan bahunya. "Neng kita sudah sampe sekarang, " Mata Batari perlahan terbuka. Dia sudah sampai di sebuah pasar. "Pak ini dimana? " tanya Batari sambil melihat sekitarnya. "Ini di pasar tanah abang neng, " jawab si supir. "Yasudah kalau begitu, ini uangnya ya pak, " Batari menyerahkan uang 100 ribuan kepada bapak supir. Setelah itu dia turun dari mobil pick up dan berjalan menuju telepon umum yang tak jauh dari pasar tersebut. Dia mengeluarkan uang 500 perak ke dalam lubang koin di telepon umum itu lalu menekan nomor hp kakaknya sambil menempelkan gagang telepon ke telinganya. "Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan hubungi beberapa saat lagi.. " terdengar suara operator teleponnya saja. Apa ponsel kakaknya mati? dia mencoba menelponnya lagi sambil memasukkan uang 500 perak ke dalam lubang koin di depannya, tapi tetap saja nomornya tetap tidak aktif. "Kak Kemala kemana sih? apa aku susul saja ya ke kosannya? " Batari sekarang hanya memiliki uang 200 ribu. Dia harus memanfaatkan uang ini sebaik-baiknya. Dia keluar dari telepon umum itu dan masuk ke dalam angkot yang berhenti di dekat pasar. Saat angkot mulai berjalan, Batari menyebutkan lokasi tempat tujuannya, " Berhenti di dekat Universitas Jakarta ya." "Iya neng, " jawab si supir angkot. Di dalam supir angkut ada beberapa orang selain dirinya. Ada ibu-ibu, ada anak sekolah, ada bapak-bapak hingga ada nenek-nenek juga. Saat sampai di tujuan, Batari membayar ongkos pada supir angkot lalu turun dari sana. Setelah itu dia menatap betapa besar dan megahnya Universitas Jakarta. "Wah besar sekali, kak Kemala beruntung sekali bisa kuliah disini, " dia ingin masuk ke dalam sana, siapa tau kakaknya ada. Tapi satpam dengan cepat mencegatnya. "Siapa kamu? kamu bukan mahasiswi disini Universitas sini kan? " tanya satpam itu dengan tatapan meremehkan. Karena rata-rata yang berkuliah di universitas ini adalah anak-anak orang kaya. "Iya saya memang nggak kuliah disini pak. Tapi saya mau lihat kakak saya. Namanya Kemala Dewi jurusan Ekonomi, " jawab Batari. Satpam itu tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya, " Kamu mau menipu saya? penampilan kamu aja kayak gembel, mana mungkin kakak kamu kuliah disini!! pergi sana!! " "Tapi pak... " "Pergi!! " satpam itu menyeret Batari agar segera pergi menjauh dari universitas. Batari tidak bisa berlama-lama disana. Wajahnya murung karena satpam itu baru saja menghinanya sebagai gembel. Dia menatap baju lusuh yang dikenakan olehnya. Ini adalah baju bekas milik Kemala. Dia tidak pernah membeli baju baru seumur hidupnya. Semua yang dia pakai adalah bekas ibu dan kakaknya. Bahkan sendal yang dia pakai hampir putus dibagian ujungnya. Setelah diusir, Batari mencari kosan kakaknya yang berada tidak jauh dari Universitas. Ada banyak macam kosan disana. Batari sampai bingung mencarinya. Satu jam telah berlalu, akhirnya dia menemukan kosan milik kakaknya saat bertanya dengan ibu kosan. "Kebetulan sekali, kamu adiknya Kemala kan? Kemala udah dua bulan ngilang dari kosan dan dia nggak bayar kosan 6 bulan!! sekarang cepat ganti uangnya!! semuanya 6 juta!!" tagih si ibu kosan. "Tapi bu saya nggak punya uang sebanyak itu. Saya cuma ada uang 200 ribu ini saja bu, " Batari menunjukkan uang 200 ribu yang tersisa di tangannya. "Apa?! 200 ribu?! dasar orang miskin!! kalau udah tau miskin ngapain sok-sokan ngekos disini?! sini uangnya!! " ibu kosan itu langsung merebut uang 200 ribu milik Batari dengan paksa. "Bu saya nggak punya uang lagi, tolong bu jangan ambil uang saya. Saya tidak tau menau tentang hutang kakak saya, " Batari ingin mengambil kembali uang yang sudah direbut oleh si ibu kos. Tapi ibu kos itu malah mendorong tubuhnya hingga terjatuh. "Ahkk!! " teriak Batari kesakitan. "Sudah sana pergi!! nanti kosan saya ketularan sial jika orang miskin kayak kamu lama-lama disini. Pergi!! " usir si ibu kos. Mata Batari berkaca-kaca sambil menahan sakit pada kakinya. Dia bingung mau kemana lagi. Kak Kemala sudah pindah entah kemana. Dia juga tidak mau kembali lagi ke kampung dan menjadi pemuas nafsu opa tua itu. Sekarang dia tidak memiliki uang sepeserpun di tangannya. "Malah ngelamun lagi!! cepat sana pergi!! " ibu kos menarik Batari untuk kembali berdiri lalu mengusirnya dari kawasan kosannya. Lalu ibu kos mengunci pagarnya dari dalam. "Pergi kamu dari sini!! awas ya kalau kamu datang kembali!! " setelah mengatakan itu ibu kos kembali masuk ke dalam rumahnya. Batari menangis saat dia berjalan menjauh dari kosan tersebut. Harus kemana lagi dia akan pergi? dia tidak memiliki kenalan lain di Jakarta selain kakaknya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN