Dokter memeriksa Alena, dan berkata tak ada masalah serius apapun yang dialami wanita itu. Dia pingsan karena syok mungkin saat mengetahui fakta tentang suaminya yang selingkuh bahkan sudah memiliki anak dari wanita lain.
Karena tak perlu mendapatkan perawatan apapun, Alena pun bisa langsung pulang. Walau tubuhnya sehat dan bugar, pikiran dan hatinya tidak. Rasa sakit dan sesak itu masih memenuhi d**a Alena. Dia masih tak menyangka akan diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Padahal Alena selalu setia sebagai istri.
"Kamu datang sendirian ke sini? Atau naik taksi?" Fardhan bertanya seraya membantu Alena turun dari atas ranjang pasien. Melihat kondisi Alena sekarang, rasanya Fardhan tak tega meninggalkan wanita itu begitu saja. Pasalnya, dia tahu bagaimana sakitnya diselingkuhi. Kaki rasanya tak dapat berpijak dengan benar di bumi.
"Aku naik taksi, Mas. Aku akan cari taksi di depan atau pesan taksi online," jawab Alena. Mereka berjalan beriringan keluar dari kamar rawat. Hanya satu yang Alena harapkan sekarang. Yaitu dia tak melihat Irham lagi. Jujur saja Alena belum siap berhadapan dengan pria itu dengan kenyataan pahit yang sudah dia ketahui.
"Kalau begitu, aku antar saja pulang." Fardhan berucap. Langkah Alena terhenti, lalu dia menengok ke arah Fardhan yang berdiri di sampingnya.
"Tak perlu, Mas. Arah rumah kita berlawanan. Aku tak mau merepotkan Mas Fardhan." Alena berusaha menolak dengan halus tawaran dari Fardhan barusan.
"Tak apa, Al. Aku juga tidak sibuk." Fardhan membalas dengan senyuman kecilnya. Alena terdiam mendengar itu, dan akhirnya mengangguk saja. Menerima tawaran Fardhan yang akan mengantarnya pulang.
"Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu. Sayangnya keadaan sedang kurang baik," ucap Fardhan. Mereka kini sudah duduk berdampingan di dalam mobil milik Fardhan yang berwarna hitam. Alena menghela nafas mendengar itu. Ya, sudah lama sekali dia dan Fardhan tidak bertemu.
"Syahla bagaimana kabarnya, Mas?" Alena bertanya. Fardhan menghidupkan mesin mobil dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.
"Entah. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya apalagi berkomunikasi," jawab Fardhan dengan jujur. Alis Alena berkerut mendengar itu. Dia menengok ke arah Fardhan dengan tatapan bingung.
"Kami bercerai dua tahun yang lalu, Al. Dan setelah bercerai, kami tak bertemu lagi," lanjut Fardhan. Bibir Alena terkatup mendengar itu. Merasa kaget dengan berita yang Fardhan ucapkan barusan.
Alena dan Fardhan dulu memang tak saling mengenal. Usia mereka terpaut empat tahun, dan enam tahun yang lalu sebelum sama-sama menikah, mereka pernah di jodohkan oleh orang tua mereka. Namun, mereka sama-sama menolak perjodohan itu.
Saat dijodohkan, Alena maupun Fardhan sudah memiliki kekasih masing-masing. Karena keduanya enggan bersama, akhirnya orang tua mereka pun menyerah memaksa mereka untuk bersama dan memberikan restu pada pilihan mereka masing-masing. Jarak pernikahan Alena dan Irham dengan pernikahan Fardhan dan Syahla hanya selisih dua minggu saja. Mereka bahkan hadir di pernikahan masing-masing dan menjadi teman.
Enam tahun yang lalu, mereka menolak di jodohkan karena yakin sekali dengan kekasih masing-masing. Namun ternyata, sekarang semuanya berubah. Fardhan dan Syahla sudah bercerai. Dan Alena yakin, suatu hari nanti dia juga akan menghadapi fase itu. Dia tak mungkin terus bersama dengan pria yang sudah mengkhianatinya sampai sejauh itu.
"Lucu sekali ya, Mas. Dulu kita berpikir mereka adalah yang terbaik," ucap Alena dengan lirih. Fardhan terdiam mendengar penuturan Alena barusan. Namun, hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Alena barusan.
"Jadi, rencanamu sekarang bagaimana?" Fardhan bertanya seraya melirik Alena lewat sudut matanya.
"Aku belum memikirkannya. Aku hanya tidak mau Papa dan Mama tahu hal ini. Mereka pasti sangat syok dan sedih jika tahu masalah ini," jawab Alena. Ya, orang tua Alena memang tidak memberikan restu awalnya. Namun Irham mampu mengambil hati kedua orang tua Alena, hingga dia menjadi menantu yang sangat disayangi. Bahkan Irham dipercaya oleh ayah Alena untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan.
"Aku tak mungkin mempertahankan laki-laki pengkhianat sepertinya. Tapi tentu aku juga tak akan bisa menggugat cerai dirinya begitu saja. Setidaknya, aku harus mengambil dulu semua yang sudah dia ambil dan dia dapatkan. Aku tak rela dia memberikan harta ayahku pada selingkuhannya," lanjut Alena. Fardhan menengoknya sekilas lalu mengangguk kecil, paham apa yang Alena maksud.
"Aku ingin sekali melabrak mereka, mempermalukan mereka, memarahi mereka, atau bahkan membunuh mereka sekalian. Tapi jika melakukan itu, aku malah akan terkena masalah," lanjut Alena lagi.
"Aku akan membuat mereka miskin. Sebagaimana mereka sebelum bertemu denganku." Perkataan Alena barusan terdengar sangat yakin. Alena ingat sekali bagaimana keadaan ekonomi keluarga Irham dulu. Tinggal di rumah kontrakan, Irham bekerja sebagai pelayan toko, lalu adik perempuan Irham yang kerja paruh waktu saat masih sekolah, juga ibu kandung Irham yang berdagang kecil-kecilan di rumah kontrakannya.
Tentu hidup mereka membaik setelah Irham menikah dengan Alena, apalagi setelah Irham diangkat jadi CEO perusahaan ayah Alena. Ibu dan adik Irham tinggal di rumah yang mewah, bahkan biaya pendidikan adik Irham pun sangat terjamin. Mereka tidak kekurangan lagi.
Dan setelah yang mereka semua dapatkan, mereka malah mengkhianati Alena dengan cara yang kejam.
"Kamu yakin keluarganya tahu tentang perselingkuhan suamimu?" tanya Fardhan. Alena terdiam saat mendengar itu. Dia memang belum tahu kebenarannya seperti apa. Tapi, dia akan mencari tahu. Dia tak akan diam saja. Dia tak akan membiarkan Irham membodohinya lagi. Dia tak akan membiarkan pria tak tahu diri itu merasa menang.
"Aku akan mencari tahu, Mas." Alena menjawab. Fardhan mengangguk kecil mendengarnya. Sedetik kemudian, dia menghela nafas pelan. Tak menyangka kalau ternyata dia dan Alena bisa bernasib sama.
Menyedihkan sekali memang.