“Itu maunya Bapak!” Kari membuka pintu apartemennya lebar-lebar dan mempersilakan kepada Ryan untuk masuk. “Saya tidak mengerti, mengapa gaun pilihan saya tidak ada? Justru gaun yang Bapak pilihkan, yang sama sekali tidak pernah saya coba dan saya tidak menyukai modelnya yang terbuka di bagian belakang, hingga hampir mencapai bagian bawah pinggang saya.” Ryan melihat jam tangan yang dipakainya. “Waktumu hanya tinggal 15 menit saja, terserah kamu mau memakai gaun yang kupilihkan secara sukarela, ataukah saya yang akan memakaikannya?” Dengan raut wajah cemberut Karin bergegas masuk kamarnya. Dipakainya gaun pilihan Ryan, setelahnya ia mengambil tas tangan, kemudian keluar dari kamarnya. Begitu Karin keluar kamar, Ryan melihat jam tanganya. Diacungkannya jempol ke arah Karin. “Bagus! Tern