Kriiiiing!!!!
Tidur seorang gadis yang masuk ke dalam kategori gemuk itu terusik mendengar jeritan alarm yang selalu membuatnya mengumpat, tangannya tergerak mengambil jam weker di atas meja tanpa membuka mata sedikitpun seolah tangannya memiliki mata karena terlalu hapal letak benda yang meneror tidur nyenyaknya setiap pagi.
Ia sedikit memicingkan matanya yang perih karena terbangun dengan kondisi sangat mengantuk. Dalam segaris pandangannya tersebut ia melihat weker tersebut 00.01.
"Astaga, gilakah aku menyetel wekerku tengah malam",gumamnya lalu meletakan jam tersebut pada tempatnya dan bergelung kembali dalam kehangatan selimut.
1 detik. 2 detik. 3 detik.
Matanya menyalang seakan tersiram air es ditengah tidurnya yang nyenyak
"30 Januari?! Astaga, umurku 22 tahun hari ini!!!",pekiknya. Seketika rasa kantuk dan mata perih itu lenyap dan berganti dengan perasaan gembira. Ia menyibakkan selimutnya lalu berlari ke arah jendela kamarnya, membuka tirai dan menatap langit yang terlihat lebih indah dari biasanya. Gadis itu tersenyum menatap kilauan bintang yang seakan menyapanya bagai harapan di tengah kegelapan malam.
"Make a wish, letta", gumamnya seraya memejamkan matanya.
"Kuharap, apa yang kuimpikan selama ini dapat tercapai, di usiaku ini aku berharap bisa meraih mimpi dalam hidupku dan menemukan sosok tampan yang nantinya akan menjadi pendamping hidupku selamanya",gumamnya merapalkan doa.
Ya, hari ini adalah ulang tahun gadis yang telah melajang selama 22 tahun hidup. Alleta, gadis berparas cantik namun bertubuh gempal itu belum pernah didekati oleh lawan jenis baik di kampusnya maupun para pelanggan pria yang suka memesan catering milik ibunya. Ia selalu merasa sial dengan yang namanya istilah 'cinta'. Ia selalu merasa terkena sebuah kutukan sehingga tidak tampak menarik di mata para pria. Bukan karena faktor tubuhnya yang gempal ia rasa, karena banyak teman-teman wanitanya yang bertubuh lebih besar dibandingkan dengan dirinya tapi sangat mudah mendapatkan seorang kekasih. Sebetulnya Alleta tidak terlalu masuk ke dalam kategori 'gemuk', tingginya 168cm cukup tinggi untuk seorang wanita Indonesia yang rata-rata hanya 160cm, tubuhnya berlekuk dengan indah, dadanya berbentuk bulat sempurna tidak berlebihan, pinggangnya tidak terlalu besar namun pinggul dan bokongnya besar bak gitar spanyol. Lebih tepatnya gemuk yang sangat seksi.
Tapi bagi Alleta itu semua tidak berarti karena tidak ada satupun pria yang mau mendekatinya. Sempat ia berpikir apakah karena indeks prestasinya di kampus yang membuat teman kampus prianya tidak berani mendekatinya? Entahlah.. Alleta adalah seorang gadis yang sangat cerdas, indeks prestasi di kampusnya selalu menjadi yang terbaik yakni 4,00. Tak heran ia menjadi kesayangan para dosen dan tidak jarang pula ia diajak para dosennya melakukan penelitian ke desa-desa.Tapi tetap saja, banyak teman-teman di kampusnya yang membully dengan kata 'GENDUT'
Ia adalah gadis dengan kehidupan yang sangat sederhana, setelah perceraian kedua orangtuanya 10 tahun yang lalu Alleta berubah menjadi sosok wanita yang mandiri dan dewasa, ia hidup bertiga dengan Ibu dan kakak laki-lakinya yang bernama Mike. Ia membantu usaha catering ibunya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya, ia adalah gadis yang sangat pandai memasak, tidak sedikit pelanggan yang ketagihan merasakan olahan masakan dari tangan Alleta.
Entahlah, hanya Tuhan yang tahu kenapa ia masih lajang sampai detik ini.
*****
Alelta
Aku terbangun mendengar gedoran pintu kamarku. Aku ngantuk!.
"Alleta! Banguun! Sudah jam berapa ini? Bukankah Ibu sudah bilang tidak baik anak gadis sepertimu bangun terlambat?! Leta, bangun!"
Suara teriakan Ibu membuatku sontak melemparkan selimut hangat dan berlari membuka pintu kamar. Kutampilkan wajah cengengesan tanpa dosa yang bercampur kelopak mata yang baru terbuka setengah kepada Ibu.
"Ehehe.. morning,Bu",alihku
"Tidak perlu berpura-pura, jam berapa ini? Ibu 'kan sudah mengatakan padamu untuk mengantarkan pesanan kue dan masakan hari ini ke Angkasa Corps pukul 10 pagi, Alleta",cecar Ibuku.
Aku hanya tersenyum tanpa rasa bersalah sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
"Sekarang masih pukul 06.30 ibu, jam 10 itu masih sangat lama",belaku
"Enak saja, kau harus membantu Ibu mengepak box-box itu lalu bersiap, Leta. Jangan main-main, ini tender yang sangat besar untuk catering kecil kita. Ini akan berdampak sangat baik nantinya, untuk itu kita tidak boleh sampai mengecewakan perusahaan",jelas Ibu.
"Baik bu, aku akan mencuci wajah setelah itu membantu ibu di dapur",ucapku lalu berjalan menuju kamar mandi.
Aku berdiri di depan cermin menatap wajahku memutar tubuhku ke kanan ke kiri ke segala arah di depan cermin.
"Hmm.. di usiaku yang baru menginjak 22 tahun ini, aku masih saja gagal untuk berdiet. Sepertinya tidak ada harapan untuk bertubuh langsing seperti para model itu".
Aku menghela nafas yang terdengar lelah, lalu mencuci wajah dan menggosok gigi agar nafas lebih segar. Setelahnya, aku kembali merenung menatap pantulan diriku di cermin.
"Huft.. kapan aku memiliki kekasih ya Tuhan, umurku 22 tahun dan aku telah dikalahkan oleh siswa SD yang sudah berpacaran di usianya yang seharusnya dilakukan untuk bermain",gumamku frustasi. Kemudian kuputuskan untuk melenggang keluar kamar mandi dan segera menuju dapur.
"Yang mana yang harus kubantu, bu?",tanyaku ketika sampai di dapur.
"Tolong kau potong-potong kue di atas meja makan lalu masukan kedalam box disampingnya, setelah itu bantu ibu untuk memasukannya ke dalam mobil box kemudian kau bersiaplah mengantar dengan Pak Ajun",jelas Ibu.
Aku tersenyum sambil mengangkat ibu jari tanganku.
"Anyway, honey.. Happy birthday my little girl. Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu, aku bangga kepadamu. Kau dan kakakmu adalah permata hidupku. Sekarang umurmu 22 tahun, kau sudah dewasa dan sudah waktunya menentukan jalan hidupmu sendiri, aku selalu mendukung apapun itu asalkan berupa kebaikan. Aku yakin kau adalah gadis yang luar biasa dan kau akan mencapai kesuksesanmu setelah ini", mataku memanas mendengar ucapan doa dari Ibu, dengan segera aku menghambur ke pelukannya.
"Thank you so much, bu. Aku menyayangimu. Terima kasih untuk kasih sayangmu selama ini",ucapku yang semakin berlinang air mata saat Ibu membelai lembut kepalaku dan mengecup dahiku.
"Sudah, sekarang lanjutkan pekerjaanmu sayang",ucap Ibu dan segera kupatuhi.
Aku merasa luar biasa hari ini, aku merasa akan menemukan titik kebahagiaanku hari ini, apalagi catering kami mendapat tender besar seperti ini.
Tapi... tunggu dulu, bagaimana bisa ibu mendapat tender sebesar ini ?
"Bu"
"Hmm?"
"Bagaimana bisa ibu mendapat tender sebesar ini mengingat catering kita belum pernah melakukan promosi kepada perusahaan besar apalagi raksasa seperti Angkasa Corps?".
Ibuku tersenyum jahil. Pasti akan ada jawaban ngelantur.
"Kau pikir pesona ibumu ini sudah hilang ya?", tuhkan!
Aku tertawa geli seraya memutar mataku.
"Serious, mom (Serius, Bu)",ucapku berpura-pura tegas.
"Ceritanya panjang"
"Wah, aku baru tau panjang itu sebuah cerita, come on mommy, tell me tell me tell me tell meeeee (Ayo Bu, kasih tau aku kasih tau aku kasih tau akuuuuuu)"
Ibu tergelak melihat wajah gembilku yang berekspresi manja. Dan wajahnya tampak sedang menerawang ke kejadian sebelum hari ini.
"Kurang lebih dua minggu lalu aku menolong seorang anak kecil laki-laki yang hampir saja tertabrak mobil di jalan raya",ungkapnya.
"Ya ampun! Kenapa ibu tidak bilang kepadaku, apakah ibu terluka? Apanya yang sakit bu? Apakah ibu sudah ke dokter? Ayo kita ke... "
"Alleta, kau ini gampang sekali panik. Aku tidak apa-apa leta, dan ibu tidak terluka sedikitpun kalau itu yang ingin kau ketahui"
Huft, aku menghela nafas lega.
"Syukurlah bu, aku sangat panik mendengarnya"
"I know you love me, honey (Aku tau kau mencintaiku, sayang)".
Aku mencium pipi ibu dengan sayang.
"So much mom, I don't know what I do without you (Sangat Bu, Aku tidak tau apa yang harus kulakukan tanpamu)".
Ibu tersenyum haru menatapku.
"Baiklah akan ibu lanjutkan ceritanya, setelah menolong anak itu ibu bertanya nama kepadanya, namanya adalah Edwin umurnya 10 tahun, lalu aku bertanya kenapa ia bisa sendirian di tempat keramaian seperti itu, dan ternyata jawabannya sangat membuatku terpukul..."
"Apa jawabannya bu?", tanyaku penasaran.
"Ia bilang bahwa ia adalah anak dari seorang pengusaha kaya, tapi ia tidak mempunyai teman, keluarganya terlalu sibuk akan bisnis mereka, ia kesal dan memutuskan untuk kabur dari rumah. Bayangkan Leta, anak sekecil itu bisa berbicara layaknya orang dewasa dan mengatakan kesedihannya secara lantang kepada ibu"
Aku menutup mulutku, mataku terasa panas mendengarnya.
"Astaga, lalu apa yang terjadi setelahnya bu?"
"Aku menjelaskan kepadanya bahwa orang tuanya seperti itu untuk kebaikan dirinya, mungkin mereka memang sangat sibuk tetapi mereka tidak pernah melupakanmu, mereka akan sangat sedih jika dirinya pergi kabur seperti ini".
"Apakah ia tidak memiliki saudara sama sekali bu?"
Ibu mengangguk "Ada, dia memiliki saudara laki-laki yang perbedaan umurnya jauh. Edwin mengatakan bahwa kakaknya berumur 25 tahun"
"Lalu? Bukankah seharusnya kakaknya menjaga adiknya?"
"Edwin mengatakan bahwa kakaknya juga tak memiliki waktu untuk bermain dengannya karena memegang beberapa perusahaan Angkasa Corps", jelas Ibu. Aku semakin sedih mendengar cerita Ibu. Edwin, sepertinya dia anak yang baik. Aku jadi ingin menjadi temannya. Aku bisa mengajaknya bermain kapanpun ia mau.
"Astaga, rasanya ingin aku membawa Edwin tinggal bersama kita bu, anak sekecil itu sangat membutuhkan teman untuk bermain dan keluarga yang menyayanginya dengan perhatian", ucapku sedih
"But, we can't honey (Tapi kita tidak bisa, sayang)".
"Lalu bagaimana kelanjutannya, bu?", tanyaku penasaran.
"Akhirnya Edwin menyadarinya dan bersedia untuk ibu antar pulang, sesampainya di rumah ternyata orang tuanya telah panik menunggu kabar orang mereka mencari Edwin, ibunya menangis lega melihat keadaan Edwin yang baik-baik saja. Lalu orangtuanya mengajakku ke ruang tamu rumah emmh bukan rumah kurasa, mansion yang sangat luas tepatnya" ujar ibuku geli sebelum melanjutkan ceritanya.
"Mereka ingin memberikan ibu uang sebagai ucapan terima kasih karena telah mengantar Edwin dengan selamat, lalu ibu menolak pemberian mereka karena ibu ikhlas menolong Edwin, ibu hanya memberi mereka saran untuk tidak membuat Edwin merasa tidak disayang oleh keluarganya, dan ibunya kembali menangis"
"Lalu bagian mananya sampai ibu mendapat tender ini bu?"
"Kau ini sangat tidak sabaran Letta, setelah itu mereka bertanya perihal pekerjaan dan statusku. Ibu ceritakan saja semuanya, sebagai single parent dengan dua anak yang lucu-lucu dan memiliki usaha catering kecil. Lalu Elena, Oh Elena itu ibunya Edwin. Ia mengingat bahwa akan diadakan acara yang cukup besar di perusahaan mereka dalam rangka meningkatnya aset perusahaan raksasa tersebut dan yah.. here we are, preparing for that event, we're so lucky right? (Disinilah kita, menyiapkan event tersebut. Kita sangat beruntung bukan?)"
Aku tersenyum dan mengangguk senang.
"Kalau begitu uang jajanku akan bertambahkan bu? Sepertinya kemarin ada café baru di dekat kampusku", jahilku.
"Katanya ingin langsing?" Ledek ibu.
"Emmhh… Nanti saja deh"
Dan kami tergelak bersama. Kami bercerita sampai tak terasa seluruh pekerjaan telah selesai, aku segera bersiap untuk mandi, memakai kaos polos berwarna baby pink dan rok bermotif bunga berwarna dasar hitam, lalu memoles wajahku dengan sedikit bedak bayi dan lipbalm agar bibirku tidak pecah-pecah. Jangan salah menilaiku, walaupun aku gendut tapi bukan berarti tidak memperhatikan penampilan, aku selalu memakai rok-rok simpel yang cantik di setiap kali ada kesempatan. Dan aku selalu berusaha untuk mempercantik wajahku dengan sedikit polesan makeup. Siapa yang tidak mau cantik?
Seulas senyum muncul di wajahku, menarik tas ransel kesayanganku dan pamit kepada Ibu.
"Buu.. aku berangkat!!!"
"Hati-hati sayang, aku berfirasat kamu akan menjumpai kebahagiaanmu hari ini!",teriak Ibu dari dalam.
Aku tertawa sambil berlari menuju mobil box khas catering yang diantar oleh Pak Ajun, supir khusus catering milik Ibu yang dipekerjakan kalau ada pesanan besar seperti ini.
"Berangkat paaak", seruku.
*****