Ceres dan Galaksi pun sampai di RS MEDIKA bersamaan. Mereka pun langsung menuju ke ruangan Rora.
Saat mereka masuk, sudah ada Matahari yang wajahnya sangat keruh seperti penuh dengan masalah dan Aurora yang menangis. Ceres pun langsung mendekati Aurora.
"Rora, Rora kenapa?" tanya Ceres.
"Ceres" ujar Rora sembari masih menangis dan memeluk Ceres.
"Iya Rora, Ceres disini" ujar Ceres yang sangat kontras dengan dia yang ada di lapangan tadi.
Kali ini Ceres terlihat sangat lembut.
"Rora kangen Mama" ujar Rora membuat mereka yang disana ikut sedih.
"Iyah Ra, besok kita ke Bandung yaa ke makam mama" ujar Ceres yang sudah biasa memanggil mendiang Mama Rora dengan kata Mama.
"Bb-bandung?" tanya Galaksi yang seketika memorinya menguak ke teman-temannya yang ada di Bandung.
"Iya Bandung kenapa? Eh ada Galaksi? Galaksi kesini juga ya" ujar Rora sembari melepaskan pelukannya pada Ceres.
"Kamu pernah tinggal di Bandung?" tanya Galaksi.
"Iya pernah cuman pas SMP doang" ujar Rora.
"Ohh iya" jawab Galaksi.
"Emangnya kenapa?" tanya Rora.
"Ga papa" jawab Galaksi.
Jadi dulu Rora SMP di Bandung juga. Batin Galaksi.
Kemudian dokter masuk dan memeriksa Aurora.
"Aurora sudah boleh pulang, hanya saja tidak boleh terlalu capek. Jangan bandel ya Aurora nanti diminum obatnya" ujar Dokter.
"Iya dokter" jawab Rora.
Kemudian dokter keluar dari kamar Rora.
"Ra pulang sama aku ya" tawar Matahari dengan membujuk.
"Sama Ceres aja ya Rora?" tanya Ceres..
"Rora pulang sama gua" ujar Angga yang tentunya tidak di setujui oleh Ceres dan Matahari.
"Kalo gitu gua pulang dulu. Rora cepet sembuh ya" ujar Galaksi.
Namun belum sampai Galaksi di pintu, Aurora sudah memanggilnya.
"Galaksi, boleh Rora nebeng Galaksi?" tanya Aurora.
"Ra tapi" jawab Matahari.
"Boleh ya?" tanya Aurora yang diangguki oleh Galaksi.
Aurora pun pulang bersama Galaksi, namun Matahari, Ceres, dan Angga mengikuti mereka di belakang.
Sesampainya di rumah Aurora, Galaksi langsung pamit karena ada acara perayaan tim basket SMA PERTIWI.
Rora masuk ke dalam bersamaa Ceres, Matahari, dan Angga. Sesampainya di dalam sudah ada Papa Rora dan Mama Tiri Rora yang notabene adalah Mama dari Matahari.
"Mama.. Papa" ujar Matahari.
"Sayang kamu ga papa kan. Aduh sampe masuk rumah sakit" ujar Mama Matahari tidak diada-ada semuanya sangat tulus, namun tetap saja Aurora marah ketika dipegang-pegang oleh Mama tirinya.
"Ga usah pegang-pegang" ujar Rora yang saat ini sudah menjauh dari mereka.
"Rora Papa khawatir sama Rora. Rencananya kita mau nginep disini nemenin Rora jagain Rora" ujar Papa Rora.
"Silakan kalian nginep disini. Rora yang akan pergi" ujar Rora langsung pergi diikuti oleh Ceres karena Angga dan Matahari diinterogasi oleh Papa Rora.
Sementara itu, Galaksi sudah berganti baju dan saat ini sudah berada di Cafe Bear untuk merayakan permainan basket mereka hari ini.
Terdapat juga Mentari, Ayu, dan Nina yang bersama dengan mereka.
Galaksi pun menyalami mereka semua yang sudah hadir duluan.
"He bro kok nelat sih lo?" tanya Dean.
"Iya nih, tadi ada perlu" ujar Galaksi.
"Oke deh, have fun disini kita makan sepuasnya. Berkat lo sama Rasi kita bisa ngalahin SMA GAMA" ujar Dean.
"Yoi" jawab Galaksi.
Galaksi pun menuju ke Rasi yang tengah menatap kameranya. Hari ini, Galaksi juga membawa kamera kesayangannya.
"Wihh photograper handal lagi liatin hasil kameranya nih" ujar Galaksi membuat Rasi berpaling dari kameranya menuju ke Galaksi.
"Ah Lo lebih pro lagi" ujar Rasi.
"Masih noob gua hahaha. Lo lagi liatin apa sih dari tadi serius banget?" tanya Galaksi yang sudah duduk di depan Rasi.
"Ngeliat Foto-foto gua sebelum sekolah disini, gua lagi kangen seseorang yang pernah jadi model gua selama sehari, cantik. Lucunya dia tuh kayak anak kecil imut gemesin. Dulu gua foto dia, dan nyulik dia selama seharian. Dia itu istimewa banget" ujar Rasi.
"Wihh lo suka ya sama dia?" tanya Galaksi.
"Bahkan rasa suka gua udah ga terdefinisikan. Gua udah cinta sama dia makanya gua pindah kesini" ujar Rasi sembari memberi senyuman kecutnya.
"Kalo lo cinta sama dia. Kenapa lo malah pindah ke Jogja?" tanya Galaksi penasaran.
"Sayangnya dia udah punya malaikatnya sendiri. Dia udah punya cintanya sendiri. Dan itu jelas bukan gua yang baru sekali ketemu dia" ujar Rasi.
"Tapi walaupun kayak gitu gua ga bakalan bisa lupain dia" ujar Rasi.
"Gua jadi penasaran deh boleh gua liat fotonya?" tanya Galaksi.
"Boleh" jawab Rasi dan akan memberikan kameranya kepada Galaksi.
Namun hal itu tidak terjadi karena Mentari meminta Galaksi untuk memfoto dia dan teman-temannya. Galaksi pun pamit meninggalkan Rasi.
"Lola, selalu tersenyum kayak gini ya" ujar Rasi kepada potret yang ada di kameranya.
Sementara itu Galaksi beralih memfoto Mentari, Nina, dan Ayu.
"Gimana Galaksi? Bagus ga?" tanya Mentari.
"Mau liat?" tanya Galaksi.
"Iya deh" ujar Mentari.
Sementara Nina dan Ayu pamit untuk minum, padahal mereka berdua ingin memberikan ruang untuk Mentari dan Galaksi.
Galaksi pun melihat foto bersama Mentari, jarak mereka sangat dekat.
Mereka masih seperti itu sampai sebuah siraman datang ke tubuh Mentari, dan Galaksi beserta kameranya pun ikut tersiram.
"s**t" teriak Mentari.
"Rora?" ujar Galaksi terkejut.
Ya, Rora lah yang menyiram mereka berdua. Saat ini Rora sedang bersama dengan Ceres.
"Lo tuh kenapa sih. Selalu aja ga di duga2 jahatin gua" ujar Mentari.
"Gua jahatin lo? Apa perlu gua bongkar semuanya biar lo tahu. Dan biar lo paham. Sebenarnya siapa yang lagi di jahatin?" tanya Rora dan langsung menyerang Mentari.
Aurora menjambak rambut Mentari dengan kuat. Galaksi dan Ceres mencoba untuk memisahkan, namun Rora sangat kuat sekali kali ini. Dean pun berinisiatif untuk menelfon Matahari.
Dan tak berapa lama akhirnya Matahari, Angga, Mama dan Papanya datang karena Cafe tersebut dekat dengan Rumah Rora.
"Astaga Mentari, kamu ga papa sayang?" tanya Mama, Papa, dan Matahari kepada Mentari.
"Rora lepasin adik gua" teriak Matahari.
Namun masih tidak mempan untuk Aurora. Sampai satu suara membuat Aurora menghentikan segalanya. Bahkan Aurora berharap jika hidupnya berhenti saat itu juga.
"Aurora. Tolong lepasin anak saya" ujar Papanya yang kali ini membela Mentari.
Aurora pun langsung diam tak berkutik. Sementara yang lainnya terfokus kepada Mentari yang mengalami luka cakaran dan beberapa rambutnya rontok.
"Ra, kamu keterlaluan" ujar Galaksi dan ikut mengantarkan Mentari ke rumah sakit bersama dengan keluarganya.
"Angga" ujar Rora berharap Angga mengerti dirinya.
"Ra, ga begini caranya. Ceres gua titip Rora dulu. Gua mau mastiin keadaan Mentari. " ujar Angga dan juga pergi meninggalkan Aurora.
Mereka tidak tahu, Mentari memang memiliki luka fisik namun tak seberapa dengan luka psikis di hati Aurora.
Galaksi menunggu di depan ruangan Mentari sembari berfikir.
Lola maaf, ternyata dia ga sebaik itu. Dia ga kayak kamu La. Dia... Dia... Beda sama kamu. Batin Galaksi.
Sementara itu Aurora masih diam saja di sebuah taman. Ceres tetap mengikuti Aurora..
"Ceres bisa pulang duluan. Ceres besok sekolah kan. Nanti Ceres bangun kesiangan terus telat sekolah nanti Rora disalahin lagi" ujar Aurora tanpa melihat ke arah Ceres sembari mengeluarkan air matanya.
"Ra, masih ada aku" ujar Ceres.
Ceres memang tau bagian dimana Aurora sedang merasakan sakit begitu hebatnya.
"Mama, Rora mau ke Mama" ujar Aurora.
"Iya nunggu besok liburan sekalian ya biar punya banyak waktu sekalian liburan" ujar Ceres menenangkan Aurora.
"Rora mau sekarang, besok hari Jumat. Rora mau bolos aja. Rora mau ketemu Mama" ujar Aurora dengan tangis yang semakin menderas.
"Sssttt ga usah nangis lagi. Kita beli tiket malam ini. Ayo kita ke Bandung malam ini" ujar Ceres.
"Ceres mau nemani Rora?" tanya Rora.
"Iya" jawab Ceres.
Malam itu juga mereka terbang ke Bandung.