Aku kira kamu ga sekuat itu Ra. Batin Galaksi.
Saat ini seluruh siswa di SMA PERTIWI sedang istirahat. Namun Aurora masih tetap di kelasnya. Sementara Galaksi dan Rasi tadi di panggil oleh Dean untuk kumpul anggota basket.
Rora hanya terdiam di kelas dengan wajah murung nya. Tak berapa lama kemudian,
Matahari datang membawa beberapa makanan dan minuman yang Matahari beli untuk
Rora. Saat ini Aurora masih belum tau jika Matahari ada di dekatnya. Sampai akhirnya
Rora sadar karena Matahari memanggilnya.
"Aurora" panggil Matahari yang membuat Rora langsung melihat kearah Matahari.
"Oh Hai Matahari, Matahari ngapain disini?" tanya Rora dengan senyumannya sangat kontras dengan kemurungannya tadi.
"Rora. Please jangan gini. Aku rela kalo kamu mau maki-maki aku atau mukul aku tapi
Please jangan kasih aku senyuman itu Ra, kamu ga boleh nyerah" ujar Matahari memohon kepada Aurora.
"Matahari kenapa? Rora ga papa loh. Kenapa sama senyuman Rora? Atau Matahari mau ngehancurin senyuman Rora juga? Kayak yang mereka lakuin ke Rora?" tanya Aurora.
"Ra, please. Aku sayang sama kamu. Kamu jangan gini Ra. Kamu makan dulu ya aku udah beliin makanan sama minuman kesukaan kamu. Aku minta maaf udah ngebentak kamu tadi" ujar Matahari.
"Rora ga lapar, jadi bisa ga sekarang Matahari keluar dari sini?" tanya Aurora.
"Ra. Kamu ngertiin aku dong. Aku udah berusaha adil buat kamu sama Mentari. Aku berusaha ngasih kasih sayang yang sama buat Mentari sebagai adik aku. Tapi aku ga bisa nganggep kamu adik aku" ujar Matahari lirih.
Saat ini memang di kelas hanya ada Aurora dan Matahari saja.
"Siapa yang minta kamu sayang sama aku? Ga ada kan. Jadi buang semua sayang kamu itu. Kalo kamu ga mau pergi dari sini biar Rora aja" ujar Rora yang langsung keluar dari kelas berjalan tanpa arah.
Matahari pun menyusul Aurora, saat di dekat lapangan basket out door Matahari berhasil menghentikan Aurora.
"Rora. Aku kurang apa sih sama kamu? Aku juga udah minta maaf karena tadi udah ngebentak kamu. Kamu hargain aku sedikit dong" ujar Matahari emosi.
"Kamu ga usah minta maaf soal ngebentak aku. Aku udah biasa dibentak sama Papa dan itu semua gara-gara siapa? Itu semua gara-gara Mama kamu. Perebut suami orang. Wanita p*****r" ujar Aurora lirih dan membuat Matahari tak bisa mengontrol tangannya dan akhirnya tamparan pun melayang dari tangan Matahari ke pipi Aurora.
Semua siswa yang melihat itu semua pun kaget karena lagi-lagi melihat Matahari menyakiti Aurora.
"b*****t lo banci" ujar Angga sembari memukul Matahari membuat Matahari sadar akan kelakuannya.
Apa yang udah tangan busuk gua lakuin astaga. Batin Matahari.
"Aurora aku-aku ga maksud" ujar Matahari.
"Ra, kamu ga papa?" tanya Galaksi yang mendekati Aurora dan tadi juga Galaksi melihat Aurora ditampar oleh Matahari.
"Ga papa udah biasa" ujar Aurora menjawab Galaksi.
Sementara itu Angga membawa Matahari untuk berbicara berdua.
"Ke UKS yuk Ra. Pipi kamu pasti sakit ya?" tanya Galaksi.
"Ga usah Rora ga papa. Ke kelas aja" ujar Aurora.
"Yaudah ayo kita ke kelas ya" ujar Galaksi sembari mengajak Rora ke kelas.
Banyak yang bertanya-tanya perihal kejadian yang menimpa Rora dan Matahari hari ini.
Termasuk Mentari. Mentari sangat terkejut ketika melihat kakaknya menampar Aurora, karena yang Mentari tau Aurora adalah perempuan yang sangat disayangi oleh Matahari.
Sekolah pun sudah dibubarkan, namun Aurora tak ingin segera pulang. Karena hari ini, Papanya dan Mama tirinya akan makan dirumah Rora. Sebenarnya mereka akan makan bersama. Tapi Aurora tak mengingin kan itu. Aurora ingin tenang sebentar saja. Maka dari itu saat ini Aurora sedang berada dirooftop sekolahan.
*
Sementara itu saat ini Galaksi sedang menatap foto cowok dan cewek yang sedang bergandengan dengan mesra, mereka adalah Angkasa dan Lola.
Tak tau mengapa saat ini Galaksi sangat rindu dengan Lola.
"La, maaf aku belum bisa ngelupain kamu. Tapi ada satu cewek yang mirip banget sama kamu La, dia cantik, lucu mirip sama kamu. Tapi aku rasa, dia ga seceria kelihatannya. Sepertinya hatinya juga remuk La" ujar Galaksi.
"La, kamu baik-baik aja kan sama Angkasa? Gimana keadaan temen-temen La? Aku harap kamu sama temen-temen baik-baik aja ya. Aku juga udah baik kok La. Cuman aku butuh waktu untuk ketemu lagi sama kalian. Apalagi kamu La. Setengah hati ku masih milik kamu La. Oh iya La, cewek yang tadi aku ceritain itu namanya Aurora, Aurora Isabella. Namanya cantik ya La" ujar Galaksi lagi.
Walaupun Galaksi tau tak akan pernah ada jawaban dari segala perkataannya karena ia hanya berbicara dengan foto Lola saja.
*
Aurora masih berada dirooftop sendirian. SMA PERTIWI masih saja ramai dengan anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler padahal saat ini sudah pukul 3 sore.
Aurora masih duduk dirooftop sembari menatap langit.
"Mah, boleh ga kalo Aurora nyusul mama?" ujar Aurora pada langit diatasnya.
"Mah Rora capek mah mereka jahat banget sama Rora" ujar Rora.
Tanpa sadar sedari tadi Matahari sudah mendengar semua curahan hati Aurora.
"Aurora" panggil Matahari.
Mendengar suara Matahari, Aurora langsung terdiam.
"Ra, maaf. Aku ga maksud buat nampar kamu ra. Aku cuman aku.." ujar Matahari mencoba meminta maaf kepada Aurora.
"Matahari, Rora salah apa sih?" tanya Aurora.
"Rora ga salah. Rora ga salah sama sekali" ujar Matahari sembari mendekati Aurora dan memeluk Rora sembari mengucapkan kata maaf berulang kali.
Namun Aurora langsung menghempaskan pelukan dari Matahari.
“Lepasin Rora" teriak Aurora.
"Ra jangan gini. Aku sayang banget sama kamu. Tapi disisi lain aku juga punya Mama dan Adik yang harus aku sayangi. Tapi kamu malah benci sama mereka" ujar Matahari.
"Kamu pikir kenapa aku bisa benci sama mereka? Itu semua karena ulah mereka. Aku kehilangan mama aku karena keluarga kamu Matahari." ujar Aurora.
"Aku rasa Tuhan memang ga sayang sama aku. Aku kehilangan Mama, kehilangan Papa
Dan aku kehilangan kamu Ri, aku ga bisa lagi milikin kamu. Dan aku bakalan nyoba buat ikhlasin ini semua." Ujar Aurora.
"Ga. Kamu ga boleh bilang gitu. Kita bisa ngelanjutin lagi hubungan kita" ujar Matahari.
"Aku ga mau nambah beban Ri, aku harap kamu bisa dapetin yang lebih baik dari aku" ujar Aurora.
Aurora pun akan meninggalkan Matahari, namun Matahari malah semakin mendekati ujung rooftop.
"Ra, kalo kamu pergi dan ga mau lagi sama aku. Mendingan aku mati aja Ra. Demi Tuhan aku sayang banget sama kamu" ujar Matahari.
"Matahari don't be stupid. Kamu ga tau kan berapa kali dalam sehari otakku mikir buat bunuh diri atau mati? Banyak Ri. Tapi kenapa aku masih hidup sekarang? Karena aku masih punya tujuan buat hidup walaupun sama sekali gaada yang perduli sama aku. Tapi kamu masih punya segalanya. Mama, adik, bahkan Papa. Kamu punya semuanya Ri. Jangan gitu... Hikss.. Hikss" ujar Aurora lalu menangis sambil memeluk Matahari.
Mataharipun ikut menangis. Dalam tangisan itu Aurora berpesan kepada Matahari agar menerima Papanya untuk menjadi Papa Matahari karena selama ini Matahari masih sering tidak menerima jika Papa Rora sekarang menjadi Papa tirinya.
Aurora menelfon Rendy salah satu teman dari Matahari untuk menjemput Matahari di rooftop. Tak berapa lama kemudian, Rendy datang.
"Kenapa Ra?" tanya Rendy.
"Ren, tolong bawa Matahari pulang ya kayaknya Matahari lagi sakit" ujar Rora.
"Iya Ra" jawab Rendy tanpa banyak tanya.
"Kamu juga harus pulang" ujar Matahari lirih.
"Iya. Matahari jangan lupa ya pesan Rora tadi" ujar Rora
Mereka pun meninggalkan rooftop SMA PERTIWI.
Aku bakalan tetep cinta dan jaga kamu Rora. Batin Matahari.
Sementara saat ini Aurora mengendarai mobilnya untuk pergi ke KFC untuk membeli makan karena Rora sangat lapar.
Rora pun makan pesanannya sendirian. Ya, Aurora memang sudah terbiasa sendiri.
Namun tak berapa lama kemudian, datang Galaksi yang duduk didekat Aurora.
"Kosongkan?" tanya Galaksi.
"Ah iya. Eh Galaksi. Kamu disini juga?" tanya Aurora.
"Iya, mau makan soalnya laper banget sih. Rora juga laper yaa" ujar Galaksi.
"Hihihihii ya nih lapar sekali" jawab Rora.
"Yaudah kuy makan" jawab Rora yang di balas senyuman oleh Galaksi.
Kamu emang bener-bener mirip sama Lola. Tapi sayang, senyumanmu bukan senyuman yang sesungguhnya Ra. Batin Galaksi.
Galaksi dan Aurora pun makan bersama dengan seseorang yang melihat mereka dengan tatapan tak sukanya.