Aku tak henti-hentinya menyunggingkan senyum bahagiaku sampai Mas Bagas menatapku dengan aneh. Ah, aku jadi kangen sama Mas Bagas karena Mas Bagas akhir-akhir ini sibuk sekali mengurus pekerjaannya di Jogja dan melupakanku. "Namira... wajahmu berseri-seri gitu. Senang ya lihat aku pulang?" Tanyanya kelewat pede membuatku mendengus. "Nggak, ge-er banget jadi orang. Wajahku berseri-seri karena Ardigo lamar aku. Demi apa coba? Akhirnya pangeran berkuda putihku telah tiba...." Teriakku histeris membuat Mas Bagas membekap mulutku dengan sadis. Aku menggigit tangan Mas Bagas membuatnya menjauhkan telapak tangannya dari bibirku lalu mulutnya mengeluarkan rintihan. "Kau! Bisa tidak gak usah teriak-teriak?" Katanya ketus sambil mengelus tangannya yang memerah bekas gigitan tanganku. Lalu ger