MY BOSS-7

939 Kata
Satu bulan sudah Uli bekerja dan selama itu pula hidup uli tidak akan pernah tenang jika bos nya yang bernama mister Kien itu muncul di kantor. Ada saja yang diperbuat oleh Kien untuk menggoda dan mencari perhatian gadis itu. Bukan nya uli tak merasa jika kien memperlakukan nya berbeda dengan karyawan lain nya, hanya saja uli tak mau ambil pusing akan hal itu. Toh selama dia masih tidak ada kendala tak apalah menanggapi semua yang selalu kien lakukan padanya . " Uli...!!!! Kopi saya mana." Tuh kan, baru juga dipikirin lelaki itu sudah berteriak minta kopi. Uli mendengus sebal, membuat kopi seharusnya adalah tugas nya OB dan bukanlah tugasnya. Tapi mau bagaimana lagi Uli tak bisa menolak karena bagaimanapun Mister Kien adalah petinggi di perusahaan ini. Bu Agustina yang melihat Uli berdiri dengan malas hanya geleng-geleng kepala. " yang sabar Uli..... Mister Kien itu hanya suka kopi buatan Uli." ucapan Bu Agustina mendapat jawaban senyuman yang dipaksakan dari gadis itu. Uli menggerutu dalam hati, masih dengan meracik kopi permintaan mister Kien. Dan Uli semakin enggan mengantarkan kopi ini di ruangan bos nya itu, karena jika Uli sudah masuk ke kandang singa, akan susah bisa keluar lagi. **** Tok... Tok... " masuk" suara berat sarat intimidasi membuat Uli bergidik ngeri. Mengambil nafas dalam, lalu menghembuskan nya perlahan. Itulah yang selalu dia lakukan sebelum masuk ke ruang mister Kien. Uli melangkah masuk dan meletakkan cangkir kopi di atas meja. " mister Kien, ini kopi anda." Kien mendongak menatap Uli, mereka berdua beradu pandang. Kien menaikkan sudut bibirnya, Uli segera menunduk menghindari tatapan mata Kien. Aroma maskulin yang menguar setiap kali berdekatan dengan mister Kien, membuat Uli meremang. " saya permisi dulu mister." tanpa menunggu jawaban Kien, Uli berjalan menuju pintu. " Uli.....!!! " gadis itu menghentikan langkah. Tanpa berniat berbalik badan Uli sudah tahu jika Kien pasti akan menahan nya di ruangan ini. " ya Mister." jawab Uli singkat " kesini sebentar. " perintah Kien membuat Uli membuang nafas frustrasi. Lagi dan lagi selalu seperti ini. Mau tak mau Uli pun berbalik dan berjalan mendekati meja Kien. " tolong kamu bongkar kardus itu. Isinya brosur dan souvenir. Saya ada seminar dua hari lagi. Jadi saya minta tolong hitung brosur lalu masukan ke dalam paperbag dan jangan lupa souvenirnya juga. Ehm... Saya butuh sekitar 250." Uli melihat kardus besar yang ada di pojok ruangan. Astaga, kenapa bos nya itu pintar sekali mencari akal untuk mengerjainya. Dan apa yang dia suruh ini bukanlah pekerjaan nya. Tapi itu tugas marketing. Ingin menolak tapi Uli tak berani. " baik Mister." berjalan gontai menuju kardus besar itu. Uli berjongkok memeriksa kardus yang masih terbungkus rapi. Niatnya akan berdiri mengambil gunting diurungkan nya, karena kini sebuah gunting ada di depan wajahnya. Uli mendongak mendapati Kien yang sedang mengulurkan gunting itu. " terimakasih." ucap Uli " u are welcome." ****** Kien dengan terang-terangan mengamati gadis cantik yang sedang duduk di sofa ruang kerjanya , terlihat sibuk memasukan brosur beserta souvenir ke dalam paperbag yang akan dia bawa seminar dua hari lagi. Dengan seksama Kien menatap gadis itu tak berkedip. Sejak uli berada di dalam ruangan nya, Kien tak konsen bekerja. Salah dia sendiri yang menyuruh uli melakukan pekerjaan itu di dalam ruang kerjanya. Padahal jelas-jelas jika urusan brosur dan souvenir bukanlah tanggung jawab uli melainkan tugasnya divisi marketing. Tapi entah kenapa kien memang sengaja mencari cara agar dia bisa lebih dekat dengan uli. Bukan tanpa alasan tapi memang ada kebahagiaan tersendiri bagi kien bisa dekat-dekat dengan gadis itu. Kien bangkit dari kursi kebesaran nya, berjalan mendekati uli. Dengan tanpa basa basi kien sudah menjatuhkan tubuh besarnya di sofa yang sama dengan yang di duduki uli. Gadis itu terjengkit kaget dan beringsut duduk sedikit menjauh. Kien tahu jika uli pasti takut duduk menempel dengan tubuhnya. Pasalnya sofa ini tak terlalu besar dan tubuh kien sendiri sudah menempati separoh sofa sendiri. Kien tak ambil pusing diangkat kedua kakinya dan bertumpu pada meja di depan nya. Menyandarkan kepala di sandaran sofa. Berada sedekat ini dengan Uli membuat Kien merasa nyaman. Aroma minyak telon plus plus yang sering Kien hirup dari tubuh gadis itu entah kenapa bisa meredakan pusing kepalanya akibat penat bekerja. Kien tersenyum miring pasalnya dia tak pernah mendapati seorang wanita dengan bau khas minyak telon persis seperti bayi. Dipejamkan matanya sejenak meresapi semua momen yang ada. " kenapa suka pakai minyak telon. " Tiba-tiba Kien berucap masih dengan mata terpejam. ****** Uli tak menyangka jika mister Kien bertanya padanya pasal minyak telon. Sebenarnya perut uli sering kembung , oleh karena itu dia mengoles minyak telon yang selalu dibawanya kemana mana. Selain itu bau minyak telon yang segar sangat disukai olehnya. " tadi perut saya sedikit kembung mister. Jadi saya oles minyak telon." Jawab Uli membuat kien terkekeh. Tak ada lagi pertanyaan dari Kien. Uli memberanikan diri melirik pria yang duduk di sebelahnya ini . Jujur uli merasa tidak nyaman duduk merapat seperti ini dengan kien. Apalagi jika ada karyawan lain yang tau jika dirinya sedekat ini dengan bos mereka, uli akan menjawab apa jika ada yang bertanya. Uli bisa melihat jika Kien tengah memejamkan mata dengan tangan bersadekap di d**a. Kaki nya yang besar dan panjang masih bertumpu di atas meja. Posisi uli sungguh terpojok tak bisa berbuat apa apa. " apa dia tertidur." Pikir uli dalam hati. Dengan susah payah uli menetralisir degub jantungnya. Dia tak pernah sedekat ini dengan seorang pria. Apalagi duduk di satu sofa dengan pria yang tak lain adalah bosnya. Pekerjaan yang diberikan padanya masih belum selesai dan satu jam lagi saatnya istirahat makan siang. Segera uli memfokuskan diri menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Tak ia hiraukan lagi bosnya yang masih memejamkan mata disampingnya. #####
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN