" Ulia Ariska, umur 19 tahun, lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas." Kien membaca biodata Uli yang tadi tak sengaja dia temukan ada di atas meja kerjanya. Mungkin Bu Agustina yang menaruh nya disana.
Kien membalik kertas selanjutnya.
" pintar juga gadis itu. Nilai nya bagus semua. " gumamnya seorang diri sambil melihat transkrip nilai yang Uli lampiran saat mengirimkan surat lamaran pekerjaan.
Mata Kien tertuju pada sebuah foto berukuran 4x6 yang tertempel di curiculum vitae gadis itu. Kien tersenyum dan menarik lepas foto itu. Diamatinya foto gadis polos yang entah sejak kapan telah membuatnya tertarik.
Diambilnya foto Uli dan dia selipkan di dalam dompet nya. Petualangan Kien dimulai, dan dia tersenyum penuh arti.
Sudah lama sebenarnya Kien segera ingin menikah. Dia bukanlah pria muda dan usianya pun sudah menginjak kepala tiga. Tapi seperti yang pernah Kien bilang, jika mama nya lah yang selama ini seolah menjadi penghalang baginya tiap kali Kien menjalin hubungan dengan seorang wanita.
Sebenarnya sang mama hanya ingin yang terbaik untuk dirinya dan Kien tahu betul akan hal itu. Beberapa wanita yang menjalin hubungan dengan dirinya kebanyakan memang berasal dari keluarga kaya dan berada. Kalangan sosialita yang berpenampilan mewah kemana mana. Dan mama nya selalu tak suka jika kien bersanding dengan perempuan seksi semacam itu.
Tapi bagaimana mungkin kien bisa menjalin hubungan dengan wanita biasa saja jika pergaulan kien selama ini selalu dengan orang orang yang berkelas dengan nya.
Pernah suatu ketika kien bertanya pada mama nya seperti apa kriteria perempuan yang akan menjadi istrinya. Dan jawaban mamanya membuat kien tercengang.
" mama hanya nak daniel berkahwin dengan perempuan yang sanggup menjaga maruah keluarge. Perempuan solehah yang bisa menjaga daniel, menyayangi Daniel dan membuat Daniel bahagia. "
Dan itu membuat Kien bingung , kemana dia akan mencari wanita seperti itu. Selama di australia yang Kien jumpai kebanyakan adalah wanita Bule. Terkadang antara dirinya dan kekasihnya terbentur keyakinan yang berbeda. Dan hal itu yang akan dijadikan alasan bagi mama untuk tidak menerima wanita yang kien sodorkan padanya.
" kemana ai nak cari perempuan macem tuh ." pikir Kien waktu itu.
*****
Kien yakin mungkin gadis seperti Ulia inilah yang mama nya cari. Polos, baik, sopan dan bertudung. Menggambarkan wanita sholehah yang pernah mama nya bicarakan kala itu.
Jujur ini baru pertama kalinya Kien dekat dengan perempuan berkerudung selain keluarganya. Keluarga sang mama lebih tepatnya. Mama nya yang asli orang malaysia, berasal dari keluarga muslim. Dan sebagian keluarga mamanya yang perempuan kebanyakan adalah berjilbab.
Kien pun adalah seorang muslim, mengikuti keyakinan sang mama. Papanya yang berdarah Vietnam juga pada akhirnya memeluk agama islam saat menikahi sang mama.
Dulu sekali saat dirinya masih kuliah di Universitas Indonesia ada beberapa mahasiswi yang berkerudung. Tapi kien tak pernah dekat dengan mereka. Apalagi semenjak dirinya pindah ke Autralia , Kien hanya pernah beberapa kali menjumpai wanita muslim. Selebihnya wanita yang dekat dengan nya ya kebanyakan wanita Bule yang sudah barang tentu tak sekeyakinan dengan nya.
******
Untuk kali kedua Kien mendapati Uli berada di pantry sedang menyeduh kopi. Aroma harum kopi yang diciptakan sampai ke indera penciuman Kien saat tanpa sengaja lelaki itu melintas.
" buatkan satu untuk ku."
Suara tajam nan berat milik Kien mengagetkan Uli.
Gadis itu menoleh dan mendapati bosnya yang sedang bersadekap berdiri menjulang dibelakangnya.
Tubuh Uli meremang, merasa sedikit takut melihat Kien yang menatap nya tajam. gadis itu hanya mengangguk. Membuka lemari pantry mengambil kopi beserta gula.
Uli pikir Kien akan meninggalkan nya dan menunggu kopi di ruangan nya. Tapi ternyata pikiran nya salah. Bos nya itu tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Dan Uli yakin jika lelaki itu masih menatap nya. merasa terintimidasi Uli salah tingkah dan cepat-cepat meracik kopi yang diinginkan bos nya itu.
" Gula nya cukup satu sendok saja. Dan jangan dikasih krimer. Aku lebih suka rasa kopi yang asli."
Kembali Uli mendengar Kien bersuara. Dengan seksama gadis itu menyimak apa yang diminta Kien.
Secangkir kopi dengan satu sendok gula selesai dia buat. Kien menghirup dalam-dalam aroma harum yang menguar dari kopi buatan Uli.
Kien melangkah dan berdiri tepat di belakang Uli yang sedang sibuk mengaduk kopi buatan nya. Kien mencodongkan sedikit tubuhnya disamping Uli, mengendus sekali lagi harum semerbak yang menguar dari secangkir kopi.
" hmm... Harum....."
Uli terjengkit kaget. Dia baru menyadari jika tubuh kecilnya terperangkap tubuh besar Kien. Entah kenapa jantung Uli berdegup kencang.
"Astaga, apa yang sebenarnya sedang mister Kien lakukan." Batin Uli dalam hati.
" ehm maaf Mister. Ini kopi nya sudah jadi." Uli menahan napas tak berani bergerak barang sedikitpun.
Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Kien sangat mengganggu indera penciumannya.
Dan demi apa pula Kien tak juga beranjak. Tangan nya terulur disamping tubuh Uli. Meraih cangkir berisikan kopi.
" Thanks." ucap Kien.
Uli bernafas lega begitu Kien berlalu pergi meninggalkannya yang masih diam berdiri di pantry. Gadis itu mengelus dadanya yang sejak tadi bergemuruh dan menghirup nafas sebanyak banyak nya. Uli merasa lega, tak tau kenapa bos nya itu bersikap demikian padanya. Menurut uli itu terlalu intim bagi seseorang yang baru saja kenal. Apalagi mereka berdua menyandang status bos dan karyawan. Rasanya sungguh aneh saja bagi uli jika bos nya itu berperilaku demikian.
Dengan gontai uli membawa cangkir kopinya keluar dari pantry, berharap dia tak perlu bertemu dan berurusan dengan bos nya lagi.
########