Masih dengan mata mengantuk dan kepala yang bekerja dengan sangat lambat untuk menerjemahkan keadaan, Rhea memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang sambil menyeret koper di tangan masing-masing. Suara orang berjalan, saling mengobrol, bahkan berlarian serta pengumuman yang berasal dari pengeras suara, mewarnai keadaan Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara pagi ini. “Bandara?” gumamnya masih heran akan keberadaan dirinya. “Iya, bandara,” sahut Aga di sampingnya. Rhea menoleh, melihat Aga dengan dahi yang penuh oleh lipatan ketika bertanya, “Kita ngapain ke sini?” “Naik pesawat.” Rhea menggertakkan giginya saat mendengar jawaban singkat yang diberikan Aga. Lalu tidak cukup sampai di sana, keterkejutan Rhea masih berlanj