Seandainya Ruis bisa memainkan sulap, saat ini ia pasti sudah membawa Sekar menghilang dalam sekejap dan mengurungnya di dalam ruangan sempit agar bisa menikmati tatapan mata indah itu seorang diri. “Apa malam itu Hasan merepotkan kamu?” pancing Ruis berbasa-basi. Ruis tahu ketegangan dibalik wajah cantik itu sangat terlihat jelas. Ia bisa merasakan sinyal penolakan dalam diri Sekar ketika ia dengan keberanian berlipat-lipat mencuri genggaman tangan itu di bawah kolong meja. Sama persis seperti dugaannya, bagai tersihir kejut listrik hingga membawa efek bahagia dicampur rasa ingin memiliki lebih dari ini mengalir begitu saja dalam dirinya. Ruis terjebak dalam situasi tidak sesederhana yang dipikirkannya. “Oh, itu!” seru Hasan menyahut. “Alli mengantar kami. Terima kasih atas kepedulian