bc

Obsesi Cinta Sang Miliarder

book_age18+
1.5K
IKUTI
12.3K
BACA
confident
billionairess
drama
mystery
ambitious
city
secrets
love at the first sight
like
intro-logo
Uraian

Innovel Writing Contest — The Next Big Name

#MaleLead

#MaleLeadContest

Pangeran Ruista Juliane menjadi salah satu miliarder dari kota La Tigres, Mueensland setelah kakaknya meninggal dan menjadi pewaris tunggal seluruh kekayaan dari Ruista Global Hotel.

Setelah menjalin kasih dengan beberapa wanita dan berakhir penuh drama, ia pun mulai muak dan menganggap semua wanita hanya memanfaatkan kekayaannya saja.

Namun, pertemuannya dengan seorang gadis lembut bernama Sekar Innura Tama yang merupakan kekasih sepupunya sendiri, Hasan Montana, mementahkan argumentasinya tentang sifat wanita. Alih-alih tertarik padanya, gadis itu hanya memperhatikan Hasan dan tidak memedulikan keberadaannya sedikit pun. Sikap dingin dan ketus yang ditunjukkan Sekar padanya justru membuat Ruis jatuh cinta dan tertantang menaklukkan hati gadis tersebut.

Naluri dan obsesinya untuk memiliki gadis seperti Sekar mengantarkan Ruis menempuh jalan yang mengerikan. Pria itu bahkan tega melenyapkan keberadaan sepupunya demi bisa memuluskan langkahnya menikahi Sekar.

Bagaimanakah kisah cinta mereka berdua selengkapnya? Mampukah Ruis menaklukkan hati dan menutupi rahasia kejam itu dari Sekar?

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog
"Tuan! Ada kabar buruk!“ Aula pesta yang sejatinya menjadi saksi kebahagiaan Wisnu sekeluarga mendadak runtuh. Hiruk-pikuk keramaian sejenak menjadi hening tatkala seorang pria lari tergopoh-gopoh melewati beberapa tamu yang sudah hadir untuk menemui Wisnu dan Almira yang berdiri gelisah di tempat seharusnya mempelai melangsungkan pernikahan. Tentu saja putri cantik mereka akan melangsungkan pernikahan bersama seorang pemuda tampan, seorang pengusaha muda bernama Hasan Juliane Montana. Wisnu segera bergerak mendekat. Kata kabar buruk begitu mencekik urat nadi beserta tenggorokannya hingga ia tidak mampu menjawab dengan suara. ”Tuan.“ ”Ada apa?“ tanyanya ketika sudah mampu mengendalikan rasa gundah di dalam hati. ”Tuan Hasan telah menghilang, Tuan Wisnu.“ ”Apa!“ pekik Wisnu melebarkan kedua bola matanya hingga tubuhnya seolah limbung. Ia terduduk di kursi sebelahnya dengan dentuman rasa sesak di dalam dadanya. ”Tidak mungkin, apa maksudmu!“ Wisnu terperangah dengan tatapan tajam kemarahan. ”Pesawat jet yang membawa mempelai pria telah menghilang dari radar, Tuan,“ urai pria itu dengan tatapan sedih. ”Beritanya sudah—“ ”Sekar! Temui dia, jangan sampai ....“ Wisnu segera bangkit, berjalan tergesa ke dalam ruangan di mana pengantin wanita berada. Putrinya sangat bahagia, bahkan selama beberapa bulan sepasang muda mudi itu mempersiapkan semuanya dengan penuh semangat. Ia tidak mungkin mampu menahan diri melihat putrinya hancur dengan kabar buruk seperti ini. ”Mas Inu?“ Almira menahan tangannya, sorot mata memperlihatkan sebuah pertanyaan yang belum sanggup ia bagi. Wisnu masih diliputi rasa terguncang hingga bibirnya terkatub rapat. Hanya wajah mengeras, ingin menangis sejadi-jadinya bila itu memungkinkan untuk merefleksikan bagaimana hati Sekar bisa mendengar kabar mengejutkan ini. ”Ayah Sekar, apa yang sudah dikatakan pria tadi?“ desak Almira tidak sabaran. ”Apa mempelai pria tidak datang?“ Nenek Sekar pun ikut bersuara. Wisnu mencoba untuk menenangkan diri, mengusap wajahnya yang mulai memanas. Kesedihan yang mendalam untuk putrinya Sekar. Ia tidak tahu apa yang bisa dikatakannya agar putrinya tidak sampai terguncang ketika mendengar berita ini. Wisnu melanjutkan langkahnya menuju ke dalam ruangan di mana putrinya bersiap untuk menyongsong kehidupan yang baru. Ia mengabaikan tatapan cemas dan penuh antisipasi yang dilayangkan Almira padanya. Ia belum siap melakukannya sebelum melihat wajah putrinya. Ia teramat sedih membayangkan riasan cantiknya luntur oleh air mata kepedihan. ”Ayah!“ pekik suara Sekar sudah menunjukkan apa yang terjadi. Wisnu mematung di tengah pintu yang ia buka dari luar. Ia tidak menyangka, Sekar sudah mendengar berita itu. Wajah muram putrinya sudah menyiratkan bagaimana perasaannya. Wisnu menunduk dengan tangan terkepal erat, emosinya memuncak. Rasanya ia ingin mencabik-cabik pria itu karena sudah berani mempermalukan keluarganya, terutama menyakiti hati putrinya. ”Tuan Wisnu!“ Belum sampai Wisnu menghadapi Sekar, terlihat rombongan keluarga Montana dan Juliane mendekat. Pemandangan yang membuat keluarga Wisnu gemetar. Apa yang telah terjadi hingga membuat situasi tidak diharapkan ini bisa terjadi? Benak Wisnu dan Almira bergolak hebat. ”Maafkan kami, Hasan telah—“ "Jadi berita itu benar?” tanya Sekar dengan suara bergetar menahan tangis. Tidak! Gadis itu sedang menahan diri agar tidak merusak apa yang sudah dia lewati selama berjam-jam di depan cermin, merias diri. “Sekar ....” Tenggorokan Wisnu tercekat. Ia tidak sanggup melanjutkan apa yang sebenarnya ingin ia ucapkan untuk menenangkan sang putri. “Tidak mungkin kak Hasan melakukannya! Tidak mungkin!” jeritnya hampir histeris. Almira berjalan mendekat dengan gerakan tergesa. Perempuan itu memeluk tubuh anaknya untuk memberikan dukungan. “Berita mengatakan bahwa dia memutar balik arah pesawat, apa itu benar?” tanya Sekar dengan suara bergetar. “Pasti ini karena kecelakaan," sanggah salah satu anggota keluarga Montana. ”Dia kabur! Dasar pria tidak tahu diri!" geram Wisnu menatap tajam ke arah ayah dari Hasan. “Maafkan kami, Tuan Wisnu,” ucapnya penuh sesal. Berita yang tersebar sejak dua jam yang lalu telah mengisi media sosial maupun portal berita. Bahkan pihak bandara juga tim investigasi yang menangani ini mendapatkan bukti jejak bahwa pesawat telah putar balik dan hilang radar setelahnya. Semua orang yang mendengar berita itu hanya bisa memberikan tatapan simpati kepada Sekar. Gadis itu hanya menatap nanar lantai, menerima pelukan ibunya dengan hati yang remuk. “Lalu, bagaimana dengan acaranya? Kalian memalukan keluargaku!” hardik Wisnu penuh kemarahan. Ayah Hasan hanya bisa menatap pasrah calon besannya. Dia sendiri tidak menyangka bahwa putranya akan berbuat nekad seperti itu. Pria itu juga terguncang menerima pemberitahuan mengenai kaburnya sang putra. “Sudah terkonfirmasi, pesawat itu menuju ke sebuah pulau wilayah selatan,” lapor seorang pria yang baru datang. Ia merupakan bagian dari anak buah Wisnu. Semua orang yang ada di dalam ruangan rias Sekar hanya bisa tertegun, tidak mampu memberikan reaksi apa pun atas kenyataan itu. Hasan telah kabur dari pernikahannya. “Tamu sudah menunggu, Tuan, Nyonya." Suara perempuan yang merupakan bagian dari event organizer menyela pembicaraan mereka. ”Ya Tuhan, Hasan!“ raung Wisnu merasa frustrasi. Keadaannya pun semakin menegangkan karena tamu yang datang mulai kasak kusuk mengomentari tentang upacara pernikahan yang ditunda cukup lama. Semua yang berada di ruangan tata rias saling memandang gelisah satu sama lain. ”Umumkan saja kalau pernikahan ini dibatalkan,“ ucap Sekar dengan tatapan kosong dan dingin. ”Sekar ....“ Almira semakin memeluk putrinya dengan kepedihan yang mendalam. ”Kalian harus bertanggung jawab, berikan pengumuman ini kepada para tamu dan permintaan maaf kepada keluarga kami secara terbuka!“ Wisnu menatap tegas ayah Hasan. Tatapannya bagaikan sebuah pedang yang siap terhunus dan menusukkan pada tubuh musuh bila itu memungkinkan. ”Baik, maafkan keluarga kami. Hasan pasti memiliki alasan untuk—“ ”Mempermalukan keluargaku seperti ini?“ potong Wisnu dengan gemertak gigi. Ia menahan diri agar tidak sampai memukuli pria itu untuk melepaskan rasa sakit hati yang diterima putrinya. ”Baik, aku akan memberikan pengumuman.“ Ayah Hasan pun mengangguk penuh sesal. ”Tunggu!“ Suara yang terdengar baru memasuki ruangan mengalihkan perhatian sebagian besar dari mereka. Tampak seorang pria gagah, dengan mata biru kelabu memakai setelan jas hitam dipadukan dengan dasi kupu-kupu berjalan diiringi lima bodyguard di sampingnya. Salah satu di antaranya datang mendekati Wisnu sementara pria tampan berwajah rupawan itu berhenti di tengah ruangan. ”Tuan Wisnu, kenalkan ini Tuan Ruista Juliane yang merupakan sepupu dari Hasan Montana. Beliau ingin menyampaikan penawaran kepada Anda,“ ucap salah satu pengawal yang merangkap sebagai asisten pribadi Ruis itu berbicara dengan nada sopan. ”Apa maksudnya?“ tanya Wisnu tidak memahami perkataan pria itu, tatapannya kini beralih kepada Ruis yang tersenyum sopan. Wajahnya terlihat sangat tenang dan dingin. ”Saya sangat prihatin dengan kejadian memalukan yang dihadapi keluarga besar Juliane dan keluarga Anda, Tuan Wisnu.“ Ruis melangkah maju, menatap pria bernama Wisnu, ayah dari mempelai wanita yang kini terlihat tegang itu dengan percaya diri. Wisnu tidak mengeluarkan satu patah kata pun, ia mencoba membiarkan pria itu melanjutkan apa yang sebenarnya Ruis inginkan. Ia terlalu bingung menghadapi kekacauan hari ini. ”Saya berencana untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan oleh sepupu saya, Hasan atas nama keluarga besar Juliane. Saya tidak bisa membiarkan keluarga kita terpecah dan menanggung malu atas kepengecutan juga pengkhianatan yang dilakukan Hasan terhadap Sekar.“ Ruis menjeda kalimatnya, ia memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah Sekar yang membelalak dengan gelengan kepala tanda penolakan. Ruis pun hanya bisa mengulas senyuman masam. ”Maksud Anda?“ tanya Wisnu merasa tegang. ”Saya yang akan menggantikan posisi Hasan. Pernikahan ini akan terus berlanjut karena saya yang akan menjadi mempelai prianya. Saya yang akan menikahi Sekar,“ jawabnya dengan tegas dan menimbulkan hawa dingin mencuat. ”Tidak mungkin!“ Sekar menggeleng keras. "Aku tidak perlu menikah dengan siapa pun!” “Sekar!” Almira meraih pundak Sekar yang kembali gemetar karena menahan tangis. “Keputusan ada di tangan keluarga Anda, Tuan Wisnu. Ingin membuat pengumuman atau membiarkan saya menikahi putri Anda. Lagi pula, tidak ada yang dirugikan di sini. Saya hanya bertindak begini juga untuk menyelamatkan reputasi keluarga saya sendiri. Posisi kita sama,” ucap Ruis bernegosiasi. Ia yakin dengan apa yang dia ucapkan. Sekar menggelengkan kepala, tetapi ia merasa bingung ketika apa yang sebenarnya pria itu katakan tidak sepenuhnya salah. Nama besar keluarga mereka akan tercoreng dan menjadi santapan berita. Ia akan diingat sebagai pengantin yang dicampakkan di hari pernikahan. Rasanya ia ingin mati saja. “Bagaimana, Tuan Wisnu. Apa tawaran saya diterima?” tanya pria itu dengan suara lembut penuh perhitungan. Wisnu menelan ludah, memandang semua orang yang berada di sana untuk meminta dukungan. Ia memandang putri dan istrinya dengan tatapan keresahan. Setelah mengembus napas pelan, ia pun mengangguk. Menerima tawaran itu dengan perasaan sukar dijelaskan. Mau bagaimana pun, ia harus memutuskan. Ruis pun tersenyum, memandang wanita yang menempati tahta tertinggi di dalam hatinya itu dengan perasaan suka cita. “Mungkin aku harus lebih bekerja keras setelah ini, untuk menaklukkan hatimu, Sekar," gumam Ruis dalam hati. ****

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
210.7K
bc

My Secret Little Wife

read
104.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
15.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
193.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.1K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook