Namira tengah asyik berjalan kaki menyusuri trotoar, entah membawa dirinya ke mana. Ia terus berjalan tanpa tahu arah, sejujurnya ia masih sangat sedih. Setelah ia mendapatkan hinaan dari Bu Dian dan Mellisa, ia tidak berniat langsung pulang. Menurutnya percuma saja pulang, toh, di rumahnya tidak ada siapa-siapa. Ia juga tidak memiliki pekerjaan, yang bisa mengalihkan pembicaraan. Sekarang yang bisa Namira lakukan, hanya menghibur dirinya sendiri dengan berjalan kaki. Tidak adanya niatan ia naik taksi, meskipun cuaca saat masih sangatlah panas. Bahkan seluruh wajahnya kini basah karena keringat, baginya itu tidak masalah. Ia malah merasa senang, seolah ia sedang berolahraga ringan, tentunya dengan berjalan kaki seperti ini. Saat Namira sedang melihat sekitar tempat yang ia lewati, ti