BAB 10: Menemui Rosea

2039 Kata
Suara derap langkah kaki Prince terdengar saat anak itu berlari menuruni satu persatu anak tangga sambil melihat keluar jendela, cuaca hari ini terlihat cerah. Bola mata Prince berbinar indah, pandangannya bergerak melihat ke sana-kemari mencari sosok ayahnya yang tidak di temukan di beberapa ruangan. Prince berhenti berlari begitu melihat Leonardo duduk di sofa tengah membaca sebuah dokumen di temani Yeri assistantnya. Leonardo dan Yeri tengah berbincang, mereka terlibat diskusi yang cukup serius, beberapa kali Yeri harus menulis dan menandai sesuatu melalui tablet yang ada di tangannya. Prince berdiri di antara pagar kayu penyekat ruangan. Anak itu menatap Leonardo dengan serius, menunggu kapan ayahnya akan berhenti bekerja padahal sekarang sedang akhir pekan. “Ayah,” panggil Prince. Leonardo berhenti berdiskusi dan melihat ke arah Prince, pria itu tersenyum menggerakan tangannya mengisyaratkan Prince untuk mendekat. “Kemarilah,” panggil Leonardo. Begitu Prince sudah berada di hadapannya, Leonardo meletakan dokumennya di atas meja. “Selamat pagi,” sapa Leonardo terdengar lembut. Prince merangkak naik ke atas dan duduk. “Selamat pagi,” balas Prince terlihat kaku. “Selamat pagi Prince,” Yeri ikut menyapa. “Selamat pagi, Yeri,” jawab Prince mengambang, anak itu lebih memperhatikan pakaian Leonardo yang formal menandakan bahwa hari ini ayahnya akan kembali bekerja seperti hari-hari sebelumnya. “Ayah, hari ini apa aku boleh bertemu Sea?” tanya Prince. Senyuman yang sempat terlukis di bibir Leonardo perlahan menghilang, pria itu terlihat bimbang untuk menjawab. Pembicaraannya dengan Rosea semalam tidak membuahkan hasil apapun, yang Leonardo dapat hanyalah ketidak sukaaan Rosea padanya kian bertambah. Jika hari ini Prince datang menemui Rosea, akankah Rosea semakin marah? Tapi Leonardo tidak ingin merusak harapan kesenangan puteranya yang sederhana. “Ayah..” panggil Prince seraya menggoyangkan ujung pakaian Leonardo. “Boleh tidak?” tanya Prince lagi. Dengan cepat Leonardo mengembalikan kesadarannya dari lamunan kecilnya itu. Pria itu tertunduk melihat Prince, “Sepertinya Sea sibuk,” jawab Leonardo. “Benarkah? Apakah Yeri sudah menanyakannya? Ini kan akhir pekan, apa Sea masih suka bekerja seperti Ayah?” tanya Prince pada Yeri. Yeri yang baru mendengar nama Rosea tampak tersenyum memaksakan untuk menyembunyikan kebingungannya karena tidak tahu siapa yang di bicarakan Prince. Yeri sudah menjadi assistant Leonardo lebih dari enam tahun lamanya, Yeri menjadi penganggung jawab banyak hal dalam kebutuhan Leonardo. Termasuk mengurus masalah hubungan Leonardo dengan beberapa wanita yang sempat menjalin hubungan dengan Leonardo. “Siapa Sea?” tanya Yeri. “Teman baruku, sekarang aku punya dua teman. Alex dan Sea” jawab Prince menjelaskan. Yeri melirik Leonardo dan tersenyum lebar, “Itu bagus sekali, pantas saja kamu terlihat senang.” Prince mengangguk setuju, “Ayah, teleponlah Sea, aku mau bicara dengan dia sebentar. Ayah bisa kan?” tanya Prince tidak sabaran. “Ayah tidak memiliki nomer teleponnya.” Prince tertunduk sedih mendengarnya. Padahal Prince hanya ingin bertemu dan berbicara, namun semuanya terlihat mempersulitannya. Kekecewaan yang di tampilkan Prince membuat Leonardo mendadak gusar, dia tidak tega melihat Prince sedih padahal permintaannya sangat sederhana. “Baiklah Prince, kita ke rumah Sea. Tapi, beri Ayah waktu untuk menyelesaikan pekerjaan Ayah, kamu setuju?” Hibur Leonardo. “Aku bisa pergi dengan Adam. Ayah tidak perlu ikut” jawab Prince masih tertunduk sedih. “Adam harus mengantar Yeri ke Bandung setelah ini.” “Baiklah, aku akan menunggu. Terima kasih Ayah.” Prince melompat turun dari pangkuan Leonardo dan segera berlari pergi. “Siapa Sea?” tanya Yeri selepas kepergian Prince. “Dia hanya teman Prince, kamu tidak perlu memikirkannya” jawab Leonardo dengan tenang, “Lanjutkan pembahasan kita. Saya harus mengantar Prince.” Yeri mengangguk setuju dan langsung melanjutkan pembahasan pekerjaan yang sempat tertunda. *** “Pak, nyonya Berta meminta saya untuk menemukan babysitter baru untuk Prince.” Leonardo terdiam sejenak, melihat Yeri dengan serius. “Tahan dulu, sepertinya ada seseorang yang cocok dengan Prince dan bisa mengajarinya banyak hal.” “Benarkah?” Yeri berbinar senang, “Mau kita hubungi langsung dari perusahaan?” “Tidak perlu,” jawab Leonardo dengan cepat, sekilas perhatian Leonardo teralihkan pada sosok Prince yang kini tengah duduk di depan jendela tengah duduk menyusun beberapa robot. Prince masih sangat kecil, dia polos meski memiliki kecerdasan yang berada di atas rata-rata anak seusianya, dia juga pemilih. Namun apa yang di lakukan Prince sampai membuat babysitter ke empat di tahun ini mengundurkan diri. “Kamu tahu apa yang di lakukan Prince hingga membuat babysitter itu mengundurkan diri?” Yeri berdeham tidak nyaman, wanita itu memasang ekspresi sedatar mungkin lalu berkata. “Saat Anda di luar negeri, babysitter itu menjaga Prince seperti biasa. Saat itu Prince ingin bermain tanah, babysitter melarangnya dan menelpon nyonya Berta. Prince di bawa ke kamar dan di suruh belajar, sementara babysitternya memainkan handpone lebih dari sepuluh menit, Prince merasa kesal. Entah bagaimana ceritanya, Prince mengambil handpone babysitter itu dan memainkannya, dia menggunakan aplikasi belanja online dan membeli banyak barang. Saat si babysitter pulang, banyak barang dan kurir yang datang, total tagihan lebih dari lima puluh juta.” Leonardo hanya bisa menutup mulutnya untuk sesaat. “Jangan lagi menerima babysitter yang di kirim ibuku.” “Baik, Pak.” *** Suara musik terdengar mengalun indah menemani Rosea yang duduk tengah bekerja, wanita itu sibuk menulis dan sesekali menerima panggilan telepon dari klien dan pengrajin perhiasan yang bekerja di tokonya. Sudah empat tahun lebih Rosea merintis bisnis perhiasan, akhir-akhir ini bisnisnya berjalan lancar setelah Rosea memberanikan diri menaikan kelasnya, satu tahun terakhir ini dia tidak hanya membuat perhiasan dari emas dan perak saja, Rosea memberanikan diri menggunakan permata, berlian, mutiara dan mengambil pekerjaan besar dari orang-orang kalangan atas yang di bawa oleh Karina. Bisnis ini membutuhkan banyak modal, karena itu Rosea selalu berusaha keras untuk bisa mengembangkannya dengan penuh kehati-hatian. Suara deringan telepon masuk terdengar, Rosea meluangkan waktunya untuk mengambil handpone dan menerima panggilan lagi. “Karina.” “Sea..” panggil Karina terdengar manja. “Kamu sibuk?” “Ada apa?” Rosea segera beranjak mengambil gelas kopinya, Rosea melangkah pergi melewati dinding kaca. Bayangan tubuh Rosea terlihat di kaca itu, hari ini Rosea memakai dress hitam selutut dengan motif bunga-bunga dan tali spagethi, bagian punggungnya terbuka lebar sampai ke pinggang. Rosea membuka pintu kaca dan berdiri di balkon sambil meminum kopi. “Sea, aku di jodohkan lagi. Papahku sudah mengaturnya lagi dan meminta aku bertemu dengan dia. Temani aku untuk membatalkannya lagi,” pinta Karina dengan sedih. “Benarkah? Kali ini sama siapa?” Rosea sedikit tertawa geli sekaligus merasa miris karena tidak hanya Rosea yang di desak untuk mulai serius memiliki hubungan dengan pria, Karina juga begitu. Beruntungnya, meski mendesak untuk menikah, ibu Rosea tidak pernah sampai mencarikan jodoh untuk Rosea. Sementara Karina? Karina harus di paksa bertemu dengan berbagai jenis pria oleh orang tuanya meski beberapa kali Karina berhasil membatalkannya. “Aku belum tahu Sea, pokoknya aku tidak akan menikah sebelum berkeliling dunia dan menemukan belahan jiwaku sendiri tanpa perjodohan.” Cerita Karina dengan menggebu. “Sayangku Sea, temani aku lagi oke?” “Oke.” “Jangan lupa nanti sore meeting. Sampai jumpa Sea.” “Sampai jumpa,” Rosea tersenyum geli menatap layar handponenya. Selama ini Karina sudah melewati banyak rencana perjodohan yang di atur orang tuanya. Setelah beberapa kali di jodohkan, Karina berhasil menggagalkannya dengan bantuan Rosea, Karina tidak suka perjodohan karena mimpinya Karina adalah bertemu dengan pria yang seperti di drama-drama romantis yang sering di nonton. Karina ingin bertemu jodohnya tanpa perjodohan apapun. Dia ingin menemukannya sendiri. Karina terlalu tenggelam dalam hayalan indah drama hingga membuat dia bertekad bepergia ke beberapa negara untuk mencari jodohnya sendiri. Banyak daftar mimpi yang belum Karina selesaikan, dan semua itu hanya Rosea yang tahu. “Dia benar-benar harus menjadi Cinderella kalau ingin bertemu pangeran,” gumam Rosea seraya menyesap kopinya. Rosea menelan kopi di mulutnya dengan kasar, bibirnya mengatup rapat, tanpa sengaja dia kembali melihat Atlanta kini tengah berdiri di depan balkon sebuah kamar sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Pria itu bertelanjang d**a hanya mengenakan handuk yang menggantung sembarangan di pinggangnya, beruntungnya tubuh pria itu atletis dan bagus, apapun yang ada di tubuhnya akan membuat Atlanta terlihat indah. Bola mata Rosea bergerak perlahan karena kini dia melihat bayangan wanita yang hanya memakain dalaman tengah menalikan jubah mandi dan keluar dari kamar, wanita cantik berambut pirang itu mendekat Atlanta dan memeluknya dengan mesra dari belakang. “Cih” decih Rosea seraya memalingkan wajahnya. Rosea langsung masuk lagi ke dalam ruangan kerjanya dan menyelesaikan pekerjaannya. *** Prince berdiri dengan kepala mendongkak melihat keberadaan rumah Rosea di balik celah-celah besi gerbang rumah, setelah satu jam menunggu Leonardo bekerja akhirnya kini Prince bisa datang ke rumah Rosea. Bola mata Prince berbinar penuh kesenangan, anak itu terlihat tidak sabar untuk bertemu Rosea karena ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. “Prince, kamu harus janji, kita tidak boleh lama di sini karena ayah harus menyambut tamu yang baru datang,” peringat Leonardo membuat perjanjian terlebih dahulu dengan puteranya. “Baik Ayah.” Kaki Prince berjinjit meraih bel di dinding dan menekannya beberapa kali. Halaman luas rumah Rosea yang hanya di hiasi rumput hijau itu dapat membuat Prince langsung bisa melihat pintu rumah Rosea melalui celah-celah gerbang. Prince kembali menekan bel beberapa kali menunggu Rosea datang. “Ayah, kenapa Sea tidak muncul?” “Ayah juga tidak tahu,” jawab Leonardo terdengar pasrah. Leonardo tidak begitu berharap banyak jika Rosea mau membukakan pintu untuknya. Leonardo sudah menyadari kesalahannya, semalam dia bersikap sedikit kelewatan, dia tidak menjaga sikapnya dan langsung meminta Rosea dengan cara yang memerintah tanpa menjelaskan situasinya. Sekali lagi Prince berjinjit dan menekan bel, anak itu masih sangat berharap besar Rosea ada di rumah dan membuka pintu. Tidak berapa lama, Rosea muncul membuka pintu. Rosea sempat mematung kaget melihat kedatangan Leonardo dan Prince secara tiba-tiba. “Sea!” Prince melambaikan tangannya dan memanggil. Leonardo menarik napasnya dengan kesulitan, sejak kemunculan Rosea di balik pintu, wanita itu langsung mencuri perhatiannya. Leonardo tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Rosea yang kini memakai dress musim panas sederhana membuat dia terlihat muda dan cantik. Gerak tubuh Rosea yang anggun dan kuat saat berlari, rambut panjangnya yang di ikat, ayunan ujung dressnya yang bergerak saat berlari, kulitnya yang bercahaya di bawah sinar matahari membuat Leonardo teringat bunga-bunga kecil yang mekar di pagi hari. Suara derakan kecil pintu gerbang yang di buka dan tawa senang Prince berhasil menarik kesadaran Leonardo lagi. Pria itu tertunduk melihat Rosea yang kini membungkuk di hadapan Prince dengan senyuman yang jelas memaksakan, namun tangannya terbuka menerima pelukan Prince. Rosea menyambut Prince dengan baik, mengesampingkan ke tidak nyamanannya pada Leonardo. Dengan handal Rosea bersikap seperti biasa pada Prince yang kini menanyakan kabarnya dan membalas pelukan erat anak itu. Entah apa lagi yang membawa Leonardo dan Prince datang menemuinya. Rosea merasa sedikit menyesal karena membiarkan kedua orang itu tahu di mana rumahnya. Padahal Rosea tidak ingin berhubungan lagi dengan mereka berdua. “Mengejutkan kamu ke sini,” Rosea tersenyum, mengusap pipi Prince yang terasa lembut dan halus. Prince tersenyum lebar, “Apa Sea sibuk?” tanya Prince. Rosea terdiam, dia ingin langsung mengatakan bahwa dia sibuk untuk mengusir Prince dan Leonardo. Namun, saat melihat mata indah Prince yang polos itu menatapnya penuh harap, Rosea jadi tidak tega mengatakannya. Rosea tidak tega melukai hati anak kecil polos seeperti Prince. “Tidak, aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku,” jawab Rosea pada akhirnya. “Apa aku boleh bermain di rumah Sea?.” Rosea segera berdiri dan berkata, “Boleh, masuklah,” ajak Rosea menyetujuinya. Refleks Prince langsung meraih tangan Rosea dan menggenggamnya. “Ayo Ayah,” ajak Prince. “Tunggu, Om, ah anu, kamu, Leo” Rosea terbata-bata gugup karena Leonardo terus memperhatikannya dengan tatapan yang tidak seperti biasanya. Rosea berdeham meredakan kegugupannya, wanita itu segera berkata, “Kamu ikut masuk?” tanya Rosea tidak yakin. Leonardo memalingkan wajahnya dan mengusap tengkuknya, “Ya, tapi jika tidak perbolehkan masuk, aku akan menunggu di mobil,” jawabnya terdengar malu. Rosea menelan salivanya, wanita itu menyadari jika Leonardo sedang berusaha bersikap lebih lembut padanya. “Masuklah” jawab Rosea setengah hati, wanita itu langsung berbalik dan melangkah terlebih dahulu bersama Prince. Leonardo mengikuti dari belakang, pria itu segera menurunkan pandangannya agar tidak melihat punggung Rosea yang terlalu terbuka. Tiga kali Leonardo bertemu dengan Rosea, dan ketiga pertemuan itu Leonardo melihat sosok Rosea yang berbeda-beda. Leonardo tidak tahu, seperti apa Rosea yang sebenarnya, namun semakin Leonardo melihatnya, wanita itu semakin menarik Leonardo untuk mengenalnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN